Bab 20: Pengkhianatan dalam Kegelapan

Keheningan yang tercipta setelah sosok berjubah hitam itu menghilang dalam ledakan cahaya terasa begitu tegang. Elarya dan Kael berdiri saling berhadapan, tubuh mereka masih gemetar, berusaha menenangkan napas yang terengah-engah. Cahaya yang memancar dari tubuh Elarya kini mulai meredup, namun ada perasaan aneh yang mengalir dalam dirinya—sebuah perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sesuatu yang lebih kuat dan lebih mengganggu.

Kael menatap Elarya dengan penuh perhatian, menyentuh pipinya dengan lembut. “Kau baik-baik saja?” tanyanya, masih dengan sedikit kecemasan. Namun matanya tak bisa menyembunyikan kelegaan yang begitu besar, setelah melihat Elarya mampu bertahan.

Elarya mengangguk, meskipun matanya masih dipenuhi kebingungan dan kegelisahan. “Aku... aku rasa aku baik-baik saja, Kael. Tapi ada yang salah. Kekuatan ini, cahaya ini, terasa berbeda.”

Kael mengerutkan kening, mencoba merasakan aura yang mengelilingi Elarya. “Kekuatanmu memang lebih kuat dari sebelumnya. Tapi mungkin itu karena kamu baru saja menghadapinya secara langsung. Kau terlalu banyak mengorbankan dirimu tadi.”

Namun, meskipun Kael mencoba meyakinkannya, Elarya tak bisa mengabaikan perasaan gelisah yang merasuki dirinya. Cahaya yang pernah terasa seperti bagian dari dirinya kini terasa semakin asing. Seperti ada sesuatu yang telah berubah dalam dirinya. Sesuatu yang lebih gelap, lebih berbahaya.

Tanpa peringatan, suara berat dan bergema kembali terdengar di udara. “Kalian pikir kalian telah menang?” Suara itu memancar dari segala arah, begitu familiar, namun tak teridentifikasi. “Kalian baru saja melawan bagian dari permainan yang lebih besar. Segel cahaya itu milik kami, dan kalian tidak bisa menghentikan takdir.”

Elarya terlonjak, matanya membelalak saat ia menyadari bahwa suara itu berasal dari dalam dirinya sendiri. Kekuatan itu, segel yang selama ini mengalir dalam dirinya, seolah-olah berbicara kembali. Ia merasakan sesuatu yang mengerikan, seolah segel itu... berontak.

“Apa maksudmu?” Elarya berteriak, mencoba memerintahkan dirinya sendiri untuk tetap tenang, namun suaranya dipenuhi ketegangan. “Kau—kau tidak bisa mengendalikan aku!”

“Ah, tapi kau salah, Elarya,” suara itu berlanjut, kini terdengar lebih dekat, lebih mengancam. “Segel cahaya itu bukan hanya milikmu. Kekuatan itu... kami yang memberi kekuatan itu padamu. Dan kini, saat segel itu terbuka, kami akan mengambilnya kembali.”

Kael menatap Elarya dengan cemas, tidak mengerti apa yang terjadi. “Elarya, kau dengar itu? Apa yang sedang terjadi?”

Elarya merasa perutnya tercekik, cemas dan bingung. “Kael, ini tidak hanya tentang kita melawan mereka. Ada sesuatu yang lebih besar... sesuatu yang lebih dalam yang terjadi dalam diriku.”

Namun sebelum mereka bisa memahami lebih lanjut, angin yang tiba-tiba datang semakin kencang, berputar-putar di sekitar mereka. Suasana yang tadinya terasa tenang kini berubah menjadi kekacauan. Cahaya dari tubuh Elarya berkedip-kedip, semakin lemah, seakan berusaha menahan sesuatu yang berbahaya di dalam dirinya.

Tiba-tiba, dari dalam bayang-bayang, muncul sebuah sosok yang mengenakan jubah putih. Wajahnya tertutup, hanya matanya yang tampak tajam, penuh dengan kesan yang tidak bisa diungkapkan. Sosok itu berdiri di hadapan mereka, seolah menunggu Elarya untuk berbicara.

"Siapa kamu?" Kael bersiap, pedangnya terhunus, melindungi Elarya di sampingnya. "Apa yang kalian inginkan?"

Sosok itu tidak segera menjawab. Hanya ada kesunyian yang menegangkan, sebelum akhirnya suara yang dalam dan berat keluar dari mulutnya, dengan nada penuh perhitungan.

“Kael, kamu tidak tahu siapa yang sebenarnya mengendalikan segel cahaya itu. Kamu tidak tahu siapa yang sebenarnya mengendalikannya selama ini.”

Elarya merasakan kegelapan yang semakin kuat menguasai tubuhnya, seolah ada tangan tak terlihat yang meremas jantungnya. “Apa yang... apa yang kamu katakan?” suaranya terhenti, tubuhnya terhuyung.

Sosok itu mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, sebuah gambar tampak di udara. Sebuah gambaran yang menunjukkan seorang wanita muda yang tampak sangat mirip dengan Elarya—namun dengan aura yang jauh lebih gelap. "Ini adalah penguasamu yang sebenarnya. Dia yang mengendalikan segel cahaya, bahkan sebelum kau dilahirkan. Kekuatan yang ada pada dirimu berasal darinya."

Kael melangkah maju, matanya tajam, penuh kebingungan dan amarah. “Apa maksudmu? Apa yang terjadi pada Elarya?”

Sosok itu menatap Kael, lalu menoleh pada Elarya, matanya yang tersembunyi penuh dengan keangkuhan. “Kamu hanya bagian dari takdir yang lebih besar, Elarya. Kekuatanmu telah lama ditentukan. Dan kamu... akan menyadari semuanya, saat waktunya tiba.”

Elarya merasa tubuhnya terhimpit oleh kata-kata itu. Segel cahaya dalam dirinya yang selama ini dianggap sebagai kekuatan pelindung ternyata adalah bagian dari permainan yang jauh lebih jahat. Dan sosok yang kini berdiri di hadapan mereka hanya akan menjadi awal dari sebuah kebenaran yang sangat menyakitkan.

"Tidak!" Elarya berteriak, merasakan amarah yang membakar dari dalam dirinya. "Aku tidak akan membiarkan diriku dikendalikan!"

Namun, saat ia berteriak, sosok itu tersenyum tipis. “Kau akan melakukannya, Elarya. Karena segel itu bukan milikmu. Itu adalah milik kami—dan saat waktunya tiba, kau akan tahu apa yang sebenarnya harus kau lakukan.”

Kael memegang lengan Elarya dengan erat. "Kita harus pergi sekarang, Elarya. Kita akan menemukan jawaban atas semua ini. Bersama-sama."

Tetapi sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, sosok itu bergerak dengan cepat, menghalangi jalan mereka. "Kamu tidak akan pergi kemana-mana, Elarya," katanya dengan suara penuh ancaman. "Kekuatanmu adalah bagian dari kami. Tidak ada jalan keluar."

Dengan seketika, Elarya merasa tubuhnya terhimpit oleh kekuatan tak terlihat. Cahaya yang semula terang dalam dirinya kini terasa pudar, ditarik ke dalam kegelapan yang semakin besar. Namun, di balik rasa takut yang menyelimuti dirinya, ada satu hal yang membuatnya tetap teguh—ia tidak akan membiarkan siapa pun mengendalikan takdirnya.

Kael menarik pedangnya, siap untuk bertarung. "Elarya, kita harus bertahan. Jangan biarkan mereka mengambil kendali."

Saat itu, perasaan kuat mengalir dalam diri Elarya. Meski segel cahaya itu berjuang untuk dikendalikan, ia tahu satu hal: ia tidak akan menyerah.

Tapi di balik keberanian yang ia rasakan, ia tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan bahaya yang lebih besar sedang menunggu di depan mereka.

Elarya merasakan hawa gelap itu semakin menekan dirinya, seperti bayangan yang semakin besar dan menggenggam jiwanya. Sosok berjubah putih itu berdiri diam di depan mereka, dengan tatapan yang tajam dan penuh keyakinan. Kael tetap memegang pedangnya erat, menatap sosok itu dengan mata yang penuh tekad. Namun, di dalam hati mereka berdua, kecemasan mulai tumbuh, menambah ketegangan yang kian terasa.

“Kael...” bisik Elarya, suaranya bergetar. “Kekuatan ini... terasa semakin tak terkendali.”

Kael menatapnya dengan penuh keprihatinan. “Elarya, jangan biarkan itu menguasaimu. Kau lebih kuat dari ini. Ingat siapa dirimu. Ingat apa yang telah kau lalui.”

Namun Elarya merasakan sesuatu yang sangat berbeda dalam dirinya. Cahaya yang selama ini menjadi pelindungnya kini terasa seperti dua sisi mata uang—sebuah kekuatan yang tak hanya memberi, tetapi juga menghisapnya. Ketika ia mencoba untuk mengendalikan kekuatan itu, ia merasa semakin terperangkap di dalamnya, seperti ada kekuatan yang lebih besar dari dirinya yang mengendalikan segalanya.

Sosok berjubah putih itu tersenyum tipis, tatapannya tetap tajam, penuh dengan rasa percaya diri yang tinggi. “Kau merasa itu, bukan? Cahaya yang seharusnya menjadi milikmu, sekarang berperang dengan kegelapan. Kekuatan itu... bukanlah milikmu sendiri.”

Elarya terhuyung, tubuhnya gemetar. "Apa yang kau maksudkan?" Suaranya hampir tak terdengar. "Aku—aku tidak mengerti."

Kael berdiri di sampingnya, menggenggam tangannya dengan erat. “Kita akan melawan ini bersama, Elarya. Aku ada di sini untukmu. Jangan biarkan mereka merubah takdirmu.”

Sosok berjubah itu mengangkat tangannya, mengarahkan jarinya kepada Elarya. "Kekuatan itu bukan milikmu, Elarya. Itu milik mereka yang menunggumu. Ketika waktunya tiba, kau akan sadar siapa dirimu sebenarnya. Tidak ada yang bisa menghindari takdir. Kau akan melihat bahwa segalanya hanya sebuah permainan, dan kau hanyalah pion."

Tiba-tiba, segel cahaya yang ada dalam tubuh Elarya bersinar sangat terang, lebih terang daripada sebelumnya, hingga seakan seluruh hutan diselimuti oleh cahaya itu. Kael terpejam, mencoba melindungi matanya dari kilau tersebut, namun dalam hatinya ada ketakutan yang lebih dalam—apa yang sedang terjadi pada Elarya?

“Tidak!” Elarya menjerit, tubuhnya tersentak mundur, berusaha mengendalikan cahaya yang meluap keluar dari tubuhnya. Cahaya itu berputar-putar, menciptakan lingkaran cahaya yang besar dan membara di sekitar mereka. Namun, di dalam cahaya yang begitu terang itu, Elarya merasa cemas. Ada sesuatu yang sangat salah—sesuatu yang mengancam untuk menghancurkannya.

Tiba-tiba, dengan sebuah dorongan kekuatan yang luar biasa, cahaya itu membentuk sebuah bola energi yang sangat besar di udara, siap meledak. Kael mencoba menarik Elarya mundur, namun bola energi itu seolah menahan mereka di tempatnya, menekan mereka dengan kekuatan yang begitu besar.

“Jangan! Kau akan menghancurkan segalanya!” teriak Kael, namun Elarya tampak terhanyut dalam kekuatan itu, tubuhnya terhuyung oleh gelombang energi yang datang dari dalam dirinya.

Sosok berjubah putih itu tidak bergerak, tetap diam menyaksikan semuanya dengan tatapan penuh keyakinan. “Ini adalah takdirmu, Elarya. Saatnya telah tiba.”

Tiba-tiba, Elarya merasakan suara yang datang dari dalam dirinya, suara yang sangat familiar—seperti suara yang sudah ada sejak lama. Suara itu menyuruhnya untuk berhenti, untuk tidak menyerah pada kekuatan yang kini menguasainya.

"Elarya!" suara Kael terdengar semakin jauh, namun Elarya tidak bisa menahan perasaan yang melanda dirinya. “Kael… aku takut…”

Dengan segenap kekuatan yang tersisa, Elarya menutup matanya, memfokuskan dirinya pada cahaya yang ada dalam tubuhnya. Ia harus mengendalikannya, harus melawan apa yang mencoba merenggut dirinya. Cahaya itu bukan hanya miliknya, tapi milik dunia—dan ia tidak akan membiarkan siapapun mengendalikannya.

Cahaya itu akhirnya meledak dengan dahsyatnya, menghancurkan energi gelap yang melingkupi mereka, dan membuat sosok berjubah putih itu terhuyung mundur. Namun, meskipun cahaya itu begitu terang, Elarya merasa ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya. Sesuatu yang tak bisa ia gapai.

Kael menggenggam tangannya erat, memandangnya dengan penuh kekhawatiran. “Elarya, kau berhasil. Kita berhasil menghadapinya. Tapi kau… kau tampak berbeda.”

Elarya terhuyung, tubuhnya terasa lelah dan rapuh. "Kael… aku merasa seperti ada bagian dari diriku yang hilang. Cahaya itu… tidak seperti dulu."

Kael menggenggam wajah Elarya, matanya penuh dengan keprihatinan. "Apa yang terjadi, Elarya? Apa yang kau rasakan?"

Elarya hanya bisa terdiam. Cahaya yang sebelumnya begitu kuat kini terasa asing. Ia tahu, meskipun ancaman fisik telah berlalu, ada hal yang lebih besar yang sedang menunggunya—sebuah rahasia yang lebih dalam dan lebih gelap yang kini mulai terungkap.

Sosok berjubah putih itu akhirnya menghilang, meninggalkan mereka berdua di tengah kegelapan hutan yang kembali tenang. Namun, kedamaian itu terasa semu. Elarya tahu, ancaman yang lebih besar sedang menunggu di depan mereka. Apa yang akan terjadi selanjutnya, mereka tidak tahu.

Namun, satu hal yang pasti—Elarya dan Kael tidak akan mundur. Mereka akan terus bertarung bersama, tidak peduli seberapa gelap dan berbahaya dunia yang ada di hadapan mereka.

Angin malam yang berhembus lembut seakan membawa keheningan setelah ledakan cahaya yang baru saja mereda. Di tengah-tengah hutan yang dipenuhi reruntuhan cahaya, Elarya berdiri terpaku, terengah-engah, masih merasakan dampak dari pertempuran yang baru saja dilalui. Cahaya yang memancar dari tubuhnya kini mulai meredup, namun perasaan dalam dirinya tetap kacau. Ada kegelisahan yang belum juga hilang, seperti ada sesuatu yang besar dan gelap yang mengancam, menunggu di ujung jalan.

Kael berdiri di sampingnya, matanya penuh dengan kekhawatiran. “Kau baik-baik saja, Elarya?” tanyanya dengan lembut, namun nada suaranya begitu dalam, mencerminkan ketakutan yang tak terucapkan.

Elarya menatapnya, mencoba tersenyum meski wajahnya tampak pucat. “Aku… aku rasa aku tidak bisa mengatakannya baik-baik saja,” jawabnya pelan, matanya masih memandang kosong ke arah tempat sosok berjubah putih itu menghilang. "Ada yang salah. Sesuatu dalam diriku… terasa seperti aku telah kehilangan sesuatu."

Kael mengangkat tangannya, menyentuh bahu Elarya dengan lembut. “Kekuatanmu memang luar biasa, Elarya. Tapi kita harus berhati-hati. Apa yang terjadi tadi, aku rasa itu bukan hanya ujian biasa. Ada yang lebih besar, yang menginginkan segel cahaya itu.”

Elarya mengangguk pelan, namun hatinya masih dipenuhi pertanyaan. “Siapa mereka? Apa yang mereka inginkan dari aku?”

Suasana hutan yang semula tenang kini terasa semakin gelap. Walau tidak ada lagi suara, hawa dingin yang menusuk terasa semakin tajam. Elarya merasakan ketakutan yang semakin mendalam, bukan hanya karena ancaman yang mereka hadapi, tetapi juga karena apa yang terjadi pada dirinya. Kekuatan yang selama ini ia miliki, cahaya yang menjadi pelindungnya, kini terasa seperti beban yang terlalu berat untuk dipikul.

“Apa yang sebenarnya aku perjuangkan?” pikirnya, merasa ada sesuatu yang menggelisahkan dalam dirinya.

Kael memandang Elarya, mencoba membangkitkan semangat yang mungkin mulai memudar dalam diri gadis itu. “Kita tidak sendirian, Elarya. Aku di sini bersamamu. Tidak peduli apa yang terjadi, kita akan menghadapi ini bersama. Itu yang terpenting.”

Namun, meskipun kata-kata Kael menguatkan, Elarya merasa ada celah di dalam hatinya yang sulit untuk ia tutupi. Cahaya yang selama ini menjadi bagian dari dirinya kini terasa semakin jauh, dan kegelapan yang datang bersama kekuatan itu semakin nyata. Kapanpun ia berusaha untuk meraihnya kembali, ada perasaan terjepit, seperti terperangkap dalam lingkaran yang tidak pernah ia pilih.

Tiba-tiba, sebuah suara datang, tidak dari arah manapun yang mereka ketahui. Suara yang hampir tidak terdengar, namun memancar dari dalam diri Elarya sendiri.

“Kekuatan ini tidak pernah milikmu,” suara itu terdengar dalam pikirannya, menggetarkan jiwa dan tubuhnya. “Kekuatan ini adalah milik mereka. Ketika waktunya tiba, kau akan melayani mereka.”

“Tidak!” teriak Elarya dalam hatinya, berusaha menepis suara itu. “Aku tidak akan menjadi milik siapa pun.”

Kael, yang merasakan getaran aneh di udara, memalingkan wajahnya pada Elarya. “Elarya?” suaranya penuh kekhawatiran. “Apa yang kau rasakan?”

Elarya terdiam sejenak, menarik napas dalam-dalam. “Kekuatan ini… terasa semakin asing. Seperti ada sesuatu yang ingin menguasainya, dan aku tidak bisa menghentikannya.”

Kael meraih tangan Elarya, menggenggamnya erat. “Elarya, dengar, kita akan temukan jalan keluar. Kau tidak akan berjuang sendirian. Bersama kita bisa melawan apa pun yang menghalangi.”

Elarya menatapnya, mencoba menggali kekuatan dari dalam dirinya yang hampir punah. “Kael, aku takut… aku takut tidak bisa mengendalikannya lagi.”

Tapi Kael hanya tersenyum, meskipun matanya dipenuhi rasa cemas. “Kau bisa, Elarya. Aku percaya padamu. Aku percaya kita bisa melewati ini.”

Saat itu, kedamaian yang semula mereka rasakan setelah pertempuran mendadak hancur begitu saja, saat langit malam yang semula terang berangsur gelap. Tidak jauh dari mereka, sosok berjubah putih yang baru saja menghilang kini muncul kembali, namun kali ini dengan senyum yang jauh lebih menyeramkan. Mata mereka yang tersembunyi di balik jubah tampak berkilau dengan keserakahan, seolah tahu bahwa mereka telah berhasil menggoyahkan hati Elarya.

“Kael, Elarya… kalian pikir kalian telah memenangkan pertempuran ini?” suara itu bergema dalam kegelapan, melangkah maju dengan penuh keyakinan. “Tidak ada yang bisa menghindar dari takdir. Kekuatan itu akan segera menjadi milik kami.”

Sosok itu bergerak lebih dekat, seakan setiap langkahnya menyatu dengan kegelapan yang semakin mendalam. “Kekuatan segel itu… adalah bagian dari kami. Dan kalian tidak bisa mengubah apa yang telah ditentukan.”

Elarya merasakan tekanan yang begitu berat di dadanya. “Apa yang kau inginkan dariku?” Suaranya bergetar, namun ada keberanian yang mulai tumbuh kembali di dalam dirinya. “Kekuatan ini milikku, dan aku akan mengendalikannya.”

Kael berdiri tegak di samping Elarya, siap untuk melawan apa pun yang datang. “Kau tidak akan menguasainya. Kami akan melawan sampai akhir.”

Sosok itu tertawa, suara tawa yang dalam dan dingin. “Perlawananmu sia-sia, Kael. Kalian tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Segel itu lebih dari sekadar kekuatan. Ia adalah kunci menuju kebangkitan yang lebih besar—dan kalian hanya bagian dari permainan yang lebih besar.”

Elarya merasakan kekuatan yang ada dalam dirinya semakin bergolak, cahaya itu kembali menyala dalam dirinya, kali ini dengan lebih kuat dan lebih liar. Cahaya itu bersinar begitu terang, namun juga terasa semakin tidak terkendali. Segala sesuatu dalam dirinya seolah berperang, dan ia harus memilih—mengikuti takdir yang ditentukan oleh segel itu, atau berjuang untuk kendali atas hidupnya sendiri.

Saat itu, segel cahaya yang ada di dalam tubuh Elarya meledak dalam cahaya yang membutakan, melepaskan gelombang energi yang luar biasa. Namun, meskipun kekuatan itu tampak menghalau segala ancaman, Elarya tahu satu hal: peperangan yang lebih besar baru saja dimulai, dan ancaman yang lebih gelap masih menunggu di ujung jalan.

Episodes
1 Bab 1: Cahaya dan Bayangan
2 Bab 2: Pencarian Dimulai
3 Bab 3: Penjaga Kekuatan
4 Bab 4: Pengujian Cahaya
5 Bab 5: Jalan yang Terbuka
6 Bab 6: Cahaya yang Terhalang
7 Bab 7: Jejak Kegelapan
8 Bab 8: Bayangan yang Kembali
9 Bab 9: Pertempuran Tak Terhindarkan
10 Bab 10: Jejak Kegelapan yang Menyusup
11 Bab 11: Cahaya yang Menyentuh Hati
12 Bab 12: Menghadapi Takdir
13 Bab 13: Mencari Petunjuk
14 Bab 14: Keputusan di Ujung Cahaya
15 Bab 15: Cahaya yang Menuntun
16 Bab 16: Bayangan yang Mengintai
17 Bab 17: Menghadapi Takdir
18 Bab 18: Malam yang Tak Terlupakan
19 Bab 19: Kegelapan yang Mengguncang
20 Bab 20: Pengkhianatan dalam Kegelapan
21 Bab 21: Tanda Awal Kehancuran
22 Bab 22: Cahaya yang Tertinggal
23 Bab 23: Penjagakuil
24 Bab 24: Warisan Terakhir
25 Bab 25: Cahaya dan Bayangan
26 Bab 26: Bayang-Bayang Harapan
27 Bab 27: Pengorbanan yang Terpendam
28 Bab 28: Kegelapan yang Mengintai
29 Bab 29: Cahaya di Tengah Kegelapan
30 Bab 30: Cahaya di Tengah Kegelapan
31 Bab 31: Awal dari Cahaya Baru
32 Bab 32: Di Antara Cahaya dan Kegelapan
33 Bab 33: Kekuatan Baru, Awal yang Rapuh
34 Bab 34: Warisan Takdir
35 Bab 35: Bayang-Bayang yang Kembali
36 Bab 36: Jejak Takdir
37 Bab 37: Cahaya Baru di Tengah Kegelapan
38 Bab 38: Sang Pewaris Takdir
39 Bab 39: Titik Balik
40 Bab 40: Bayangan di Balik Kedamaian
41 Bab 41: Sang Penerus Cahaya
42 Bab 42: Warisan yang Dibangunkan
43 Bab 43: Kelahiran dalam Kekacauan
44 Bab 44: Hati yang Teruji
45 Bab 45: Membangun Kembali Dunia yang Hancur
46 Bab 46: Titik Balik
47 Bab 47: Awal dari Sebuah Kehidupan Baru
48 Bab 48: Awal yang Baru, Bahaya yang Mengintai
49 Bab 49: Fajar Baru
50 Bab 50: Awal Baru yang Penuh Tantangan
51 Bab 51: Fajar Baru, Bayangan Lama
52 Bab 52: Bayangan dari Masa Lalu
53 Bab 53: Pertarungan Terakhir
54 Bab 54: Perang yang Tak Terelakkan
55 Bab 55: Harapan yang Terbit
56 Bab 56: Cahaya Baru di Ufuk Timur
57 Bab 57: Fajar Perlawanan Terakhir
58 Bab 58: Langkah yang Berat
59 Bab 59: Pertempuran Tak Terelakkan
60 Bab 60: Bayangan yang Mengikuti
61 Bab 61: Kegelapan yang Meninggi
62 Bab 62: Cahaya di Tengah Kegelapan
63 Bab 63: Bayangan di Puncak Bukit
64 Bab 64: Menyongsong Awan Gelap
65 Bab 65: Cahaya yang Tersisa
66 Bab 66: Bayangan yang Mengintai
67 Bab 67: Cahaya yang Tak Pernah Padam
68 Bab 68: Cahaya yang Terus Menyala
69 Bab 69: Kesatuan Cahaya dan Kegelapan
70 Bab 70: Pengorbanan dan Harapan Baru
71 Bab 71: Bisikan dari Kegelapan
72 Bab 72: Mata yang Mengintai
73 Bab 73: Lembah Bayangan dan Bisikan Gelap
74 Bab 74: Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir
75 Bab 75: Perjalanan Tak Terduga
76 Bab 76: Ancaman yang Lebih Besar
77 Bab 77: Harapan Baru
78 Bab 78: Pertempuran yang Tak Terelakkan
79 Bab 79: Keputusan Baru
80 Bab 80: Kekuatan dalam Kehilangan
81 Bab 81: Menghadap Bayangan Kegelapan
82 Bab 82: Cahaya Baru di Bawah Langit
83 Bab 83: Kebenaran yang Tersembunyi
84 Bab 84: Bayang-Bayang yang Menyusul
85 Bab 85: Jejak di Tengah Bayangan
86 Bab 86: Bayangan di Ambang Takdir
87 Bab 87: Perjalanan yang Meningkat
88 Bab 88: Serangan Terakhir dan Ketenangan Setelah Badai
89 Bab 89: Pertempuran dalam Kegelapan
90 Bab 90: Pertempuran di Lembah Kegelapan
91 Bab 91: Rahasia di Balik Lembah Kabut
92 Bab 92: Mencari Cahaya dalam Kegelapan
93 bab 93 :Ujian di Kegelapan
94 Bab 94: Ujian Pengetahuan
95 Bab 95: Heartstone
96 Bab 96 :Jalinan Takdir
97 Bab 97 : Dunia yang Tenang
98 Bab 98: Fajar di Tengah Kegelapan
99 Bab 99 : "Cahaya dalam Kegelapan: Perjalanan Menuju Heartstone"
100 Bab 100: Puncak Pertempuran
101 Bab 101: Cahaya di Tengah Badai
102 Bab 102: Jantung Kegelapan
103 Bab 103: Harmoni di Antara Cahaya dan Bayangan
104 Bab 104 : Kembali ke Dunia yang Dikenal
105 Bab 105: Cahaya dalam Kegelapan
106 bab 106 : Menuju Perbatasan Menuju Lembah Baru
107 Bab 107: Mencari Heartstone
108 Bab 108: Cahaya yang Menghidupkan
109 Bab 109: Menyambut Hari Esok
110 Bab 110: Menjaga Cahaya
111 Bab 111 Pertarungan di Balik Pintu Dimensi
112 Bab 112: Jejak di Antara Dua Dunia
113 Bab 113: Cahaya di Tengah Kegelapan
114 Bab 114 Hati dari Kegelapan
115 Bab 115: Pengorbanan Baru
116 Bab 116 :Persiapan untuk Ujian Selanjutnya”.
117 bab 117: persiapan menuju ujian besar
118 Bab 118: Bayangan Keraguan
119 Bab 119: Jalan Menuju Kebenaran
120 Bab 120: Rahasia Takhta Kosong
121 Bab 121: Mimpi yang Terpecah
122 Bab 122: Bayangan di Balik Kabut
123 Bab 123: Bayangan di Antara Cahaya
124 Bab 124: Bayangan yang Tertinggal
125 Bab 125: Jejak Menuju Velarion
126 Bab 126: Bayangan yang Mengintai
127 Bab 127: Jejak Menuju Kuil Keseimbangan
128 Bab 128; harmoni yang baru
129 Bab 129 : "Membangun Masa Depan"
130 Bab 130: Pelajaran yang Didapatkan
131 Bab 131: Kegelapan yang Terbangkitkan
132 Bab 132: Awan Kegelapan yang Menyebar
133 Bab 133: Jalan Kebenaran yang Terjal
134 Bab 134: Menyentuh Batas
135 Bab 135: Langkah Selanjutnya
136 Bab 136: Nyala yang Tak Padam
137 Bab 137: Nyanyian Kegelapan
138 Bab 138: Rahasia yang Terkubur
139 Bab 139: Misteri Pegunungan Avarin
140 Bab 140: Menuju Puncak Takdir
141 Bab 141: Cahaya yang Tak Pernah Padam
142 Bab 142: Dalam Jerat Kegelapan
143 Bab 143: Langkah di Antara Dua Dunia
144 Bab 144: Menggenggam Takdir
145 Bab 145: Ujian Kegelapan Terakhir
146 Bab 146: Cermin Takdir
147 Bab 147: Pusaran Takdir
148 Bab 148: Kunci dari Masa Lalu
149 Bab 149: Bisikan Lembah Kegelapan
150 Bab 150: Jejak Terakhir Menuju Kebenaran
151 Bab 151: Nyala Cahaya yang Tak Pernah Padam
152 Bab 152: Bayangan di Balik Jejak
153 Bab 153: Harapan yang Retak
154 Bab 154 : gerbang yang terbuka
155 Bab 155: Kegelapan yang Menunggu
156 Bab 156 : Bayangan yang Tak Pernah Hilang
157 Bab 157: Jejak yang Tak Terhapuskan
158 Bab 158 : Dalam Cengkeraman Takdir
159 Bab 159: Bayangan yang Menghantui
160 Bab 160: Pengorbanan yang Tak Terelakkan
161 Bab 161: Bayang-bayang Tak Terlihat
162 Bab 162: Bayang-Bayang Tak Terlihat
163 Bab 163: Titik Balik di Inti Cahaya
164 Bab 164: Menuju Perpustakaan Terakhir
165 Bab 165: Cahaya di Ujung Bayangan
166 Bab 166: Bayangan yang Memandu
167 Bab 167: Gerbang Keabadian
168 Bab 168: Pengorbanan yang Terlupakan
169 Bab 169: Bayangan Masa Depan
170 Bab 170: Cahaya dalam Kegelapan
171 Bab 171: Cahaya yang Membimbing
172 Bab 172: Gerbang Takdir
173 Bab 173: Menyusuri Kegelapan
174 Bab 174: Langkah di Antara Bayangan
175 Bab 175: Pengejaran Takdir
176 Bab 176: Di Ambang Keabadian
177 Bab 177: Jejak Bintang Menuju Arcadia
178 Bab 178: Cahaya dan Bayangan yang Berbincang
179 Bab 179: Bisikan Takdir
180 Bab 180: Pilihan yang Mengubah Segalanya
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Bab 1: Cahaya dan Bayangan
2
Bab 2: Pencarian Dimulai
3
Bab 3: Penjaga Kekuatan
4
Bab 4: Pengujian Cahaya
5
Bab 5: Jalan yang Terbuka
6
Bab 6: Cahaya yang Terhalang
7
Bab 7: Jejak Kegelapan
8
Bab 8: Bayangan yang Kembali
9
Bab 9: Pertempuran Tak Terhindarkan
10
Bab 10: Jejak Kegelapan yang Menyusup
11
Bab 11: Cahaya yang Menyentuh Hati
12
Bab 12: Menghadapi Takdir
13
Bab 13: Mencari Petunjuk
14
Bab 14: Keputusan di Ujung Cahaya
15
Bab 15: Cahaya yang Menuntun
16
Bab 16: Bayangan yang Mengintai
17
Bab 17: Menghadapi Takdir
18
Bab 18: Malam yang Tak Terlupakan
19
Bab 19: Kegelapan yang Mengguncang
20
Bab 20: Pengkhianatan dalam Kegelapan
21
Bab 21: Tanda Awal Kehancuran
22
Bab 22: Cahaya yang Tertinggal
23
Bab 23: Penjagakuil
24
Bab 24: Warisan Terakhir
25
Bab 25: Cahaya dan Bayangan
26
Bab 26: Bayang-Bayang Harapan
27
Bab 27: Pengorbanan yang Terpendam
28
Bab 28: Kegelapan yang Mengintai
29
Bab 29: Cahaya di Tengah Kegelapan
30
Bab 30: Cahaya di Tengah Kegelapan
31
Bab 31: Awal dari Cahaya Baru
32
Bab 32: Di Antara Cahaya dan Kegelapan
33
Bab 33: Kekuatan Baru, Awal yang Rapuh
34
Bab 34: Warisan Takdir
35
Bab 35: Bayang-Bayang yang Kembali
36
Bab 36: Jejak Takdir
37
Bab 37: Cahaya Baru di Tengah Kegelapan
38
Bab 38: Sang Pewaris Takdir
39
Bab 39: Titik Balik
40
Bab 40: Bayangan di Balik Kedamaian
41
Bab 41: Sang Penerus Cahaya
42
Bab 42: Warisan yang Dibangunkan
43
Bab 43: Kelahiran dalam Kekacauan
44
Bab 44: Hati yang Teruji
45
Bab 45: Membangun Kembali Dunia yang Hancur
46
Bab 46: Titik Balik
47
Bab 47: Awal dari Sebuah Kehidupan Baru
48
Bab 48: Awal yang Baru, Bahaya yang Mengintai
49
Bab 49: Fajar Baru
50
Bab 50: Awal Baru yang Penuh Tantangan
51
Bab 51: Fajar Baru, Bayangan Lama
52
Bab 52: Bayangan dari Masa Lalu
53
Bab 53: Pertarungan Terakhir
54
Bab 54: Perang yang Tak Terelakkan
55
Bab 55: Harapan yang Terbit
56
Bab 56: Cahaya Baru di Ufuk Timur
57
Bab 57: Fajar Perlawanan Terakhir
58
Bab 58: Langkah yang Berat
59
Bab 59: Pertempuran Tak Terelakkan
60
Bab 60: Bayangan yang Mengikuti
61
Bab 61: Kegelapan yang Meninggi
62
Bab 62: Cahaya di Tengah Kegelapan
63
Bab 63: Bayangan di Puncak Bukit
64
Bab 64: Menyongsong Awan Gelap
65
Bab 65: Cahaya yang Tersisa
66
Bab 66: Bayangan yang Mengintai
67
Bab 67: Cahaya yang Tak Pernah Padam
68
Bab 68: Cahaya yang Terus Menyala
69
Bab 69: Kesatuan Cahaya dan Kegelapan
70
Bab 70: Pengorbanan dan Harapan Baru
71
Bab 71: Bisikan dari Kegelapan
72
Bab 72: Mata yang Mengintai
73
Bab 73: Lembah Bayangan dan Bisikan Gelap
74
Bab 74: Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir
75
Bab 75: Perjalanan Tak Terduga
76
Bab 76: Ancaman yang Lebih Besar
77
Bab 77: Harapan Baru
78
Bab 78: Pertempuran yang Tak Terelakkan
79
Bab 79: Keputusan Baru
80
Bab 80: Kekuatan dalam Kehilangan
81
Bab 81: Menghadap Bayangan Kegelapan
82
Bab 82: Cahaya Baru di Bawah Langit
83
Bab 83: Kebenaran yang Tersembunyi
84
Bab 84: Bayang-Bayang yang Menyusul
85
Bab 85: Jejak di Tengah Bayangan
86
Bab 86: Bayangan di Ambang Takdir
87
Bab 87: Perjalanan yang Meningkat
88
Bab 88: Serangan Terakhir dan Ketenangan Setelah Badai
89
Bab 89: Pertempuran dalam Kegelapan
90
Bab 90: Pertempuran di Lembah Kegelapan
91
Bab 91: Rahasia di Balik Lembah Kabut
92
Bab 92: Mencari Cahaya dalam Kegelapan
93
bab 93 :Ujian di Kegelapan
94
Bab 94: Ujian Pengetahuan
95
Bab 95: Heartstone
96
Bab 96 :Jalinan Takdir
97
Bab 97 : Dunia yang Tenang
98
Bab 98: Fajar di Tengah Kegelapan
99
Bab 99 : "Cahaya dalam Kegelapan: Perjalanan Menuju Heartstone"
100
Bab 100: Puncak Pertempuran
101
Bab 101: Cahaya di Tengah Badai
102
Bab 102: Jantung Kegelapan
103
Bab 103: Harmoni di Antara Cahaya dan Bayangan
104
Bab 104 : Kembali ke Dunia yang Dikenal
105
Bab 105: Cahaya dalam Kegelapan
106
bab 106 : Menuju Perbatasan Menuju Lembah Baru
107
Bab 107: Mencari Heartstone
108
Bab 108: Cahaya yang Menghidupkan
109
Bab 109: Menyambut Hari Esok
110
Bab 110: Menjaga Cahaya
111
Bab 111 Pertarungan di Balik Pintu Dimensi
112
Bab 112: Jejak di Antara Dua Dunia
113
Bab 113: Cahaya di Tengah Kegelapan
114
Bab 114 Hati dari Kegelapan
115
Bab 115: Pengorbanan Baru
116
Bab 116 :Persiapan untuk Ujian Selanjutnya”.
117
bab 117: persiapan menuju ujian besar
118
Bab 118: Bayangan Keraguan
119
Bab 119: Jalan Menuju Kebenaran
120
Bab 120: Rahasia Takhta Kosong
121
Bab 121: Mimpi yang Terpecah
122
Bab 122: Bayangan di Balik Kabut
123
Bab 123: Bayangan di Antara Cahaya
124
Bab 124: Bayangan yang Tertinggal
125
Bab 125: Jejak Menuju Velarion
126
Bab 126: Bayangan yang Mengintai
127
Bab 127: Jejak Menuju Kuil Keseimbangan
128
Bab 128; harmoni yang baru
129
Bab 129 : "Membangun Masa Depan"
130
Bab 130: Pelajaran yang Didapatkan
131
Bab 131: Kegelapan yang Terbangkitkan
132
Bab 132: Awan Kegelapan yang Menyebar
133
Bab 133: Jalan Kebenaran yang Terjal
134
Bab 134: Menyentuh Batas
135
Bab 135: Langkah Selanjutnya
136
Bab 136: Nyala yang Tak Padam
137
Bab 137: Nyanyian Kegelapan
138
Bab 138: Rahasia yang Terkubur
139
Bab 139: Misteri Pegunungan Avarin
140
Bab 140: Menuju Puncak Takdir
141
Bab 141: Cahaya yang Tak Pernah Padam
142
Bab 142: Dalam Jerat Kegelapan
143
Bab 143: Langkah di Antara Dua Dunia
144
Bab 144: Menggenggam Takdir
145
Bab 145: Ujian Kegelapan Terakhir
146
Bab 146: Cermin Takdir
147
Bab 147: Pusaran Takdir
148
Bab 148: Kunci dari Masa Lalu
149
Bab 149: Bisikan Lembah Kegelapan
150
Bab 150: Jejak Terakhir Menuju Kebenaran
151
Bab 151: Nyala Cahaya yang Tak Pernah Padam
152
Bab 152: Bayangan di Balik Jejak
153
Bab 153: Harapan yang Retak
154
Bab 154 : gerbang yang terbuka
155
Bab 155: Kegelapan yang Menunggu
156
Bab 156 : Bayangan yang Tak Pernah Hilang
157
Bab 157: Jejak yang Tak Terhapuskan
158
Bab 158 : Dalam Cengkeraman Takdir
159
Bab 159: Bayangan yang Menghantui
160
Bab 160: Pengorbanan yang Tak Terelakkan
161
Bab 161: Bayang-bayang Tak Terlihat
162
Bab 162: Bayang-Bayang Tak Terlihat
163
Bab 163: Titik Balik di Inti Cahaya
164
Bab 164: Menuju Perpustakaan Terakhir
165
Bab 165: Cahaya di Ujung Bayangan
166
Bab 166: Bayangan yang Memandu
167
Bab 167: Gerbang Keabadian
168
Bab 168: Pengorbanan yang Terlupakan
169
Bab 169: Bayangan Masa Depan
170
Bab 170: Cahaya dalam Kegelapan
171
Bab 171: Cahaya yang Membimbing
172
Bab 172: Gerbang Takdir
173
Bab 173: Menyusuri Kegelapan
174
Bab 174: Langkah di Antara Bayangan
175
Bab 175: Pengejaran Takdir
176
Bab 176: Di Ambang Keabadian
177
Bab 177: Jejak Bintang Menuju Arcadia
178
Bab 178: Cahaya dan Bayangan yang Berbincang
179
Bab 179: Bisikan Takdir
180
Bab 180: Pilihan yang Mengubah Segalanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!