Bab 2: Pencarian Dimulai

Elarya memandang lembah yang selama ini menjadi rumahnya dengan rasa haru yang sulit diungkapkan. Selama bertahun-tahun, lembah ini adalah tempat di mana ia merasa aman, jauh dari kerumitan dunia luar. Namun, semakin lama, ia semakin merasa terkurung dalam bayang-bayang perlindungan orang tuanya. Keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang dunia luar telah membara di dalam dirinya.

Sore itu, Elarya berjalan pelan menuju hutan yang terletak di pinggiran lembah, tempat yang selalu dilarang oleh orang tuanya. Hutan ini dikenal dengan nama Hutan Terlarang, sebuah wilayah yang katanya dipenuhi dengan makhluk-makhluk yang terlupakan oleh cahaya, dan bahkan orang tuanya sering memperingatkan agar ia tidak mendekat. Namun, entah mengapa, ada sesuatu yang menarik Elarya untuk pergi ke sana.

Setiap langkahnya terasa lebih berat, seolah bumi di bawah kakinya berusaha menahannya. Namun, tekadnya lebih besar. Hutan ini tampak berbeda dari yang ia bayangkan—tak seperti hutan biasa yang rimbun, hutan ini dipenuhi dengan aura misterius, seolah pohon-pohon besar itu menyimpan rahasia gelap yang siap dibuka. Elarya terus melangkah meski hati kecilnya berteriak untuk kembali.

Setelah beberapa saat, ia tiba di sebuah clearing yang dipenuhi cahaya lembut. Di tengahnya, berdiri seorang pemuda dengan rambut hitam legam yang panjang dan pakaian gelap, tampak seperti bagian dari hutan itu sendiri. Wajahnya tampak asing, namun ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Elarya merasa seperti dia sudah mengenalnya sejak lama.

"Aku tahu kamu akan datang," kata pemuda itu dengan suara rendah, hampir berbisik, namun terdengar jelas di telinga Elarya.

"Siapa... siapa kamu?" tanya Elarya, suaranya bergetar meskipun ia berusaha keras untuk tetap tenang.

Pemuda itu tersenyum samar. "Aku Kael. Aku datang untuk membantumu."

Elarya mengerutkan kening. "Membantu? Membantuku dengan apa?"

Kael berjalan mendekat, langkahnya tenang namun penuh ketegasan. "Dengan takdirmu," jawabnya. "Kamu tidak tahu betapa besar kekuatan yang ada padamu. Tapi, kamu akan segera memahaminya."

Elarya mundur selangkah, matanya waspada. "Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Aku tidak membutuhkan bantuan dari orang asing."

Kael menatapnya dengan tajam, dan ada kedalaman yang sulit dijelaskan dalam matanya. "Kekuatan yang ada dalam dirimu bukanlah sesuatu yang bisa kamu hindari. Itu adalah segel yang telah diwariskan kepadamu, dan dunia di luar sana mulai mencarinya."

"Segel?" Elarya bingung. "Apa maksudmu dengan segel?"

Kael menghela napas dan mengangkat tangan. Seketika, sebuah kilatan cahaya muncul di udara, lalu menghilang begitu cepat. "Itulah kekuatan yang ada dalam dirimu, kekuatan yang dilindungi oleh keluargamu selama bertahun-tahun. Kekuatan cahaya yang dapat menyelamatkan atau menghancurkan dunia."

Elarya terdiam, kebingungannya semakin dalam. "Kekuatan cahaya? Aku tidak mengerti."

Kael mendekat, kali ini dengan ekspresi yang lebih serius. "Kamu tidak hanya dilahirkan dengan kekuatan itu, Elarya. Kamu adalah pewaris Segel Cahaya. Dunia akan segera membutuhkanmu, dan aku di sini untuk membimbingmu."

Tiba-tiba, bayangan gelap menyelimuti sekeliling mereka, dan Elarya bisa merasakan adanya ancaman. Suara derap kaki yang berat terdengar di kejauhan. Kael seolah merasakannya juga, wajahnya yang biasa tenang kini terlihat cemas.

"Kita harus pergi," kata Kael cepat, menarik tangan Elarya dan membawanya menuju tepi hutan. "Kegelapan mulai mendekat."

Elarya hanya bisa mengikuti langkah Kael, meski hatinya penuh dengan kebingungannya. Siapa dia sebenarnya? Mengapa dia tahu tentang dirinya? Dan mengapa tiba-tiba segel cahaya yang tidak pernah ia ketahui menjadi begitu penting?

Namun, saat mereka berlari, Elarya melihat sekelilingnya. Hutan yang tadinya tenang kini terasa dipenuhi dengan ancaman. Bayangan yang tampak bergerak-gerak di antara pepohonan seolah ingin menangkap mereka. Kael menariknya semakin cepat, dan Elarya bisa merasakan energi asing yang mengalir di udara, sebuah energi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Akhirnya, mereka tiba di pinggiran hutan, tempat yang lebih terbuka. Kael berhenti sejenak, menarik napas panjang, lalu menatap Elarya dengan serius. "Kita tidak punya banyak waktu. Dunia luar sudah mulai hancur, dan jika kamu tidak segera memahami kekuatanmu, semuanya akan terlambat."

Elarya merasakan kepanikan yang mulai merayapi dirinya. "Apa yang harus aku lakukan? Aku... aku bahkan tidak tahu siapa diriku sebenarnya."

Kael menatapnya dengan penuh pengertian. "Aku akan mengajarkanmu, tapi kamu harus siap. Kekuatan ini bukanlah sesuatu yang mudah. Kamu harus mempersiapkan dirimu, dan itu dimulai sekarang."

Elarya merasa perasaan campur aduk di dalam hatinya—takut, bingung, namun juga ada sesuatu yang mendorongnya untuk melangkah lebih jauh. Selama ini, ia selalu merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang lebih besar dari dirinya, dan sekarang, dengan kata-kata Kael, ia merasa seperti mulai mendapatkan potongan-potongan dari teka-teki itu.

"Jika kamu siap," lanjut Kael, "perjalanan ini akan mengubah hidupmu selamanya."

Elarya menatap Kael dengan tekad yang baru, meski masih banyak ketakutan di dalam dirinya. "Aku siap."

Elarya berlari mengikuti Kael, menembus hutan yang semakin gelap. Suara langkah kaki mereka terdengar cepat dan terengah-engah, sementara bayangan mengerikan mulai bergerak lebih dekat, mengikuti mereka dengan kecepatan yang hampir tidak bisa dijangkau. Hatinya berdetak keras, bukan hanya karena kelelahan, tetapi juga karena ketegangan yang semakin memuncak di sekeliling mereka.

"Apa itu?" Elarya berteriak, suaranya hampir tenggelam oleh suara gesekan ranting dan daun yang dipijak oleh bayangan-bayangan itu.

Kael tidak menjawab dengan kata-kata, hanya menggenggam tangan Elarya lebih erat, menariknya lebih cepat menuju tempat yang lebih terbuka. Mereka terus berlari, dan Elarya merasakan angin dingin yang menyapu wajahnya. Di tengah ketakutannya, ada satu hal yang semakin ia sadari—perasaan yang tak bisa ia jelaskan, perasaan seolah dirinya adalah bagian dari kekuatan yang lebih besar, lebih gelap, dan lebih terang.

"Ini adalah awal dari perjalananmu, Elarya," kata Kael dengan suara berat dan tegas saat mereka berhenti di sebuah tepi hutan yang terbuka. Kael menarik napas dalam, menenangkan dirinya, sebelum menoleh ke arah Elarya dengan tatapan yang tajam namun penuh pengertian. "Mereka—makhluk-makhluk itu—adalah bagian dari kegelapan yang sedang mengancam dunia kita. Tapi kekuatan yang kamu miliki bisa menahan mereka... jika kamu memahaminya."

Elarya masih terengah-engah, mencoba menangkap semua kata-kata Kael. Ia ingin berbicara, bertanya lebih banyak, tetapi pikirannya begitu penuh dengan kegelisahan dan kebingungannya sendiri. "Aku... Aku tidak mengerti," katanya dengan suara gemetar. "Apa yang terjadi dengan aku? Kekuatan apa yang kamu bicarakan? Aku tidak tahu apapun tentang itu. Kenapa aku harus—"

"Sshhh..." Kael memotong, menatap Elarya dengan intens. "Dengarkan aku. Kekuatan yang ada dalam dirimu adalah sesuatu yang sangat berharga, sesuatu yang bisa menyelamatkan dunia dari kehancuran. Tapi itu juga bisa menghancurkanmu, jika kamu tidak tahu bagaimana mengendalikannya."

Elarya merasa dada dan tenggorokannya terasa sesak. "Menghancurkan diriku?" tanyanya, hampir tidak percaya. "Aku... aku tidak ingin menghancurkan siapa pun."

Kael mengangguk pelan, ekspresinya serius. "Kekuatan ini bukanlah tentang kehendak pribadi. Ini tentang keseimbangan. Dunia kita dibangun oleh dua kekuatan yang sangat berbeda—cahaya dan bayangan. Cahaya membawa kehidupan, tetapi bayangan menjaga agar dunia tetap berada dalam keteraturan. Keduanya saling bergantung, tapi jika salah satu kekuatan ini hilang atau rusak, kehancuran akan datang."

Elarya mengalihkan pandangannya ke hutan di sekitar mereka, seolah berharap bisa melihat sesuatu yang menjelaskan semua kata-kata Kael. "Tapi aku... aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Orang tuaku... mereka tidak pernah memberitahuku apapun tentang ini."

"Karena mereka takut," kata Kael, nada suaranya tajam, seperti pisau yang memotong ketegangan di udara. "Mereka takut akan kekuatanmu. Mereka tahu betapa besar beban yang harus kamu tanggung. Dan mereka tahu bahwa jika kamu memahami siapa dirimu, kamu akan dipaksa untuk memilih. Apakah kamu akan menjaga keseimbangan dunia ini, ataukah kamu akan membiarkan kegelapan merusak segalanya?"

Elarya menarik napas panjang, merasa kata-kata itu mengguncang dunia yang selama ini ia kenal. "Aku... aku hanya seorang gadis biasa. Aku tidak punya kekuatan apa-apa."

Kael mendekat, mengangkat tangannya dan meletakkannya di bahu Elarya dengan lembut. "Itu yang mereka pikirkan. Mereka tidak tahu bahwa kamu lebih dari itu. Segel Cahaya ada dalam dirimu. Itu adalah kekuatan yang sangat kuno, yang hanya diwariskan kepada mereka yang dipilih oleh takdir. Hanya mereka yang memiliki darah yang tepat, yang bisa mengendalikan kekuatan ini."

"Aku dipilih oleh takdir?" Elarya bertanya, suara herannya bergema. "Tapi aku tidak merasa istimewa."

"Karena selama ini, kamu hanya mengetahui sebagian kecil dari dirimu," kata Kael, dengan senyum samar yang menyiratkan kedalaman yang tidak bisa dijelaskan. "Tapi sekarang kamu akan mempelajari semuanya. Tidak ada yang bisa menghentikan takdirmu, Elarya. Tidak ada yang bisa mengubah kenyataan bahwa kamu adalah pewaris Segel Cahaya."

Elarya menutup matanya sejenak, merasakan angin yang berhembus lembut, namun dalam hatinya, ada badai yang bergemuruh. Selama ini, ia merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Sesuatu yang lebih besar dari sekadar kenyataan sehari-hari, sesuatu yang lebih kuat dari sekadar batasan yang dikenakan oleh orang tuanya.

"Jadi... apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanyanya dengan suara pelan, meski masih ada keraguan di dalam dirinya.

Kael menatapnya dengan penuh tekad. "Kamu harus belajar mengendalikan kekuatanmu. Itu dimulai dengan perjalanan kita. Kita akan menuju ke tempat yang sangat jauh dari sini. Di sana, kamu akan bertemu dengan para penjaga kekuatan, mereka yang dapat membantumu memahami segel yang ada dalam dirimu."

"Penjaga kekuatan?" Elarya bertanya, kebingungan kembali muncul di wajahnya.

"Ya," jawab Kael, menatap ke arah jalan yang terbuka di depan mereka. "Mereka adalah orang-orang yang telah hidup selama berabad-abad, yang menjaga keseimbangan dunia ini. Mereka akan mengajarkanmu cara mengendalikan segel itu. Tapi perjalanan ini tidak akan mudah. Kekuatan kegelapan semakin kuat, dan waktu kita semakin terbatas."

Elarya menatap ke kejauhan, hatinya masih dipenuhi rasa cemas dan ketakutan. Namun, ada sesuatu dalam kata-kata Kael yang mendorongnya untuk melangkah maju. Mungkin ini saatnya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Mungkin inilah saat yang ditunggu-tunggu, meski perjalanan ini penuh dengan risiko yang tidak dapat ia bayangkan.

"Baiklah," kata Elarya akhirnya, suara tegas meski sedikit bergetar. "Aku siap."

Kael tersenyum tipis, dan tanpa berkata apa-apa lagi, ia melangkah maju. Elarya mengikutinya, meskipun masih ada banyak pertanyaan yang tak terjawab di benaknya. Hutan yang gelap dan penuh dengan misteri itu kini terasa lebih menakutkan, tetapi Elarya tahu bahwa apa pun yang menanti di depan, ia tidak akan pernah bisa kembali ke kehidupannya yang dulu. Dunia ini, dan dirinya sendiri, telah berubah selamanya.

Saat mereka melangkah lebih jauh, bayangan-bayangan di sekitar mereka seolah mulai menghilang, namun dalam hati Elarya, ketegangan semakin meningkat. Perjalanan panjang ini baru saja dimulai, dan tak ada yang tahu seberapa besar tantangan yang akan mereka hadapi.

---

Langkah kaki mereka semakin mantap, dan hutan yang semula tampak gelap kini sedikit lebih terbuka, seiring mereka menjauh dari tempat yang penuh ancaman tadi. Namun, perasaan aneh yang menguasai Elarya belum juga hilang. Ada perasaan terasing dan takut yang datang bersamaan dengan rasa penasaran yang mengguncang hatinya. Ia menatap Kael yang berjalan di depannya dengan wajah serius, seolah dunia ini tidak lebih dari sebuah teka-teki yang harus dipecahkan.

Tiba-tiba, Kael berhenti, membuat Elarya terkejut. Ia mendongak dan mendapati bahwa mereka sudah tiba di pinggiran hutan yang lebih terbuka. Di hadapan mereka terbentang sebuah lembah luas dengan pemandangan yang menakjubkan—bukit-bukit hijau yang terhampar dengan lembut, udara segar yang berhembus dari arah timur, dan langit yang mulai memudar dengan warna merah keemasan dari matahari yang terbenam.

Namun, suasana itu justru membuat Elarya semakin ragu. Ia merasa seperti berada di tempat yang sangat jauh dari rumah, dari kenyamanan yang selama ini ia rasakan. "Kael," ia memanggil pelan, "Kamu bilang kita harus belajar mengendalikan segel itu. Tapi... aku masih bingung. Apa yang sebenarnya aku hadapi? Apa yang akan terjadi jika aku tidak bisa mengendalikannya?"

Kael berbalik, menatapnya dengan intens. "Kekuatan yang ada dalam dirimu sangat besar, Elarya. Jika kamu tidak bisa mengendalikannya, dunia ini bisa kehilangan keseimbangannya. Bayangkan saja dunia yang tenggelam dalam kegelapan, kehilangan cahaya yang selama ini menjaga kehidupan." Kael berbisik, seolah takut ada yang mendengarnya. "Dan kekuatan itu... kegelapan itu... tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan segel yang ada dalam dirimu."

Elarya terdiam, mencoba mencerna kata-kata Kael. Namun, semakin ia berusaha mengerti, semakin banyak pertanyaan yang muncul. "Tapi kenapa aku? Kenapa aku yang harus memikul beban ini? Kenapa aku yang dilahirkan dengan segel itu?"

Kael menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca. "Itulah pertanyaan yang selalu ada, Elarya. Tapi tak ada jawaban yang mudah. Kamu adalah pilihan takdir, dan takdir itu tidak selalu ramah. Dunia ini memiliki keseimbangannya sendiri. Jika satu bagian hilang, seluruh dunia akan hancur." Kael menarik napas dalam-dalam. "Dan kamu adalah kunci untuk menjaga keseimbangan itu."

Elarya merasa bingung dan tertekan. Selama ini, hidupnya terasa sederhana. Ia selalu merasa aman di lembah, dikelilingi oleh orang tuanya yang melindunginya. Kini, kenyataan itu mulai runtuh begitu saja, dan ia harus menghadapi sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan. Keputusan yang harus ia buat bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh dunia.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanyanya dengan suara pelan, yang hampir tertutup oleh gemuruh angin.

Kael menyeringai, meskipun senyumnya terasa lebih seperti pelindung daripada penghibur. "Kamu harus belajar dari para penjaga. Mereka yang menjaga cahaya dan bayangan sejak zaman dahulu. Mereka akan membimbingmu, membantu kamu untuk mempelajari segel itu, dan apa yang harus dilakukan."

Elarya mengangguk pelan, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia bisa menghadapi apa pun yang akan datang. "Kapan kita berangkat?"

"Besok," jawab Kael singkat, kemudian melangkah maju, memimpin Elarya menuruni lembah. "Kita harus bergegas. Waktu tidak akan menunggu."

Dengan langkah cepat, mereka mulai berjalan, meninggalkan tempat yang masih memendam banyak pertanyaan dalam hati Elarya. Sepanjang perjalanan, Elarya merasakan dunia yang familiar perlahan menjauh, digantikan dengan jalan-jalan yang tidak pernah ia kenal. Ia ingin bertanya lebih banyak, namun suasana malam yang semakin gelap membuatnya sadar bahwa perjalanan mereka membutuhkan fokus penuh.

Malam itu, mereka berhenti di sebuah tempat terbuka, di mana Kael membuat api unggun. Elarya duduk di dekatnya, sementara Kael menyiapkan beberapa bahan untuk makan malam. Keheningan malam memberi ruang bagi pikiran Elarya untuk berkembang, berusaha menghubungkan semua potongan-potongan puzzle yang didapat dari percakapan dengan Kael. Ada banyak hal yang tidak bisa ia pahami, namun ia merasa bahwa satu-satunya cara untuk menemukan jawabannya adalah dengan terus berjalan, mengikuti Kael, mengikuti takdir yang sepertinya sudah ditentukan sejak lama.

Ketika Kael selesai menyiapkan makanan, ia duduk di sebelah Elarya, menatap api unggun yang menyala. "Kamu tidak harus tahu segalanya sekarang," kata Kael setelah beberapa saat hening. "Segala sesuatu butuh waktu untuk dipahami. Kamu akan belajar lebih banyak setiap hari. Dan aku akan membantumu."

Elarya menatap Kael. Ada rasa kepercayaan yang tumbuh dalam dirinya meskipun ia tidak sepenuhnya tahu siapa Kael sebenarnya. Namun, ia tahu satu hal: Kael adalah orang yang memiliki pengetahuan lebih banyak tentang dunia ini daripada dirinya. Ia mungkin bisa memberinya petunjuk untuk menemukan jalan yang benar.

"Terima kasih," kata Elarya pelan. "Aku takut, Kael. Aku takut aku tidak cukup kuat untuk menghadapi ini."

Kael menatapnya, matanya penuh pengertian. "Tidak ada yang terlahir kuat, Elarya. Semua orang punya ketakutannya masing-masing. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya. Kekuatanmu bukan hanya tentang segel yang ada dalam dirimu, tapi tentang tekadmu untuk tetap berdiri meskipun semuanya terasa berat."

Elarya menunduk, merenung. Kata-kata Kael seolah menembus hatinya. Ia tahu bahwa ini baru permulaan dari perjalanan panjang yang penuh dengan ketidakpastian. Namun, ia juga tahu bahwa untuk pertama kalinya, ia merasa tidak sendirian. Ia merasa seolah ada harapan, meskipun kabut ketakutan masih menyelubungi.

Malam itu, Elarya terbaring dengan perasaan campur aduk. Saat matanya terpejam, ia mencoba membayangkan dunia yang Kael ceritakan—dunia yang terancam kehilangan keseimbangan, dunia yang membutuhkan kekuatan segel cahaya untuk bertahan. Apakah dia akan cukup kuat? Apakah dia mampu menghadapi kenyataan yang begitu besar dan mengubah takdirnya sendiri?

Hanya waktu yang akan menjawab.

---

Terpopuler

Comments

Ainun Rohman

Ainun Rohman

Karakternya juara banget. 🏆

2024-11-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Cahaya dan Bayangan
2 Bab 2: Pencarian Dimulai
3 Bab 3: Penjaga Kekuatan
4 Bab 4: Pengujian Cahaya
5 Bab 5: Jalan yang Terbuka
6 Bab 6: Cahaya yang Terhalang
7 Bab 7: Jejak Kegelapan
8 Bab 8: Bayangan yang Kembali
9 Bab 9: Pertempuran Tak Terhindarkan
10 Bab 10: Jejak Kegelapan yang Menyusup
11 Bab 11: Cahaya yang Menyentuh Hati
12 Bab 12: Menghadapi Takdir
13 Bab 13: Mencari Petunjuk
14 Bab 14: Keputusan di Ujung Cahaya
15 Bab 15: Cahaya yang Menuntun
16 Bab 16: Bayangan yang Mengintai
17 Bab 17: Menghadapi Takdir
18 Bab 18: Malam yang Tak Terlupakan
19 Bab 19: Kegelapan yang Mengguncang
20 Bab 20: Pengkhianatan dalam Kegelapan
21 Bab 21: Tanda Awal Kehancuran
22 Bab 22: Cahaya yang Tertinggal
23 Bab 23: Penjagakuil
24 Bab 24: Warisan Terakhir
25 Bab 25: Cahaya dan Bayangan
26 Bab 26: Bayang-Bayang Harapan
27 Bab 27: Pengorbanan yang Terpendam
28 Bab 28: Kegelapan yang Mengintai
29 Bab 29: Cahaya di Tengah Kegelapan
30 Bab 30: Cahaya di Tengah Kegelapan
31 Bab 31: Awal dari Cahaya Baru
32 Bab 32: Di Antara Cahaya dan Kegelapan
33 Bab 33: Kekuatan Baru, Awal yang Rapuh
34 Bab 34: Warisan Takdir
35 Bab 35: Bayang-Bayang yang Kembali
36 Bab 36: Jejak Takdir
37 Bab 37: Cahaya Baru di Tengah Kegelapan
38 Bab 38: Sang Pewaris Takdir
39 Bab 39: Titik Balik
40 Bab 40: Bayangan di Balik Kedamaian
41 Bab 41: Sang Penerus Cahaya
42 Bab 42: Warisan yang Dibangunkan
43 Bab 43: Kelahiran dalam Kekacauan
44 Bab 44: Hati yang Teruji
45 Bab 45: Membangun Kembali Dunia yang Hancur
46 Bab 46: Titik Balik
47 Bab 47: Awal dari Sebuah Kehidupan Baru
48 Bab 48: Awal yang Baru, Bahaya yang Mengintai
49 Bab 49: Fajar Baru
50 Bab 50: Awal Baru yang Penuh Tantangan
51 Bab 51: Fajar Baru, Bayangan Lama
52 Bab 52: Bayangan dari Masa Lalu
53 Bab 53: Pertarungan Terakhir
54 Bab 54: Perang yang Tak Terelakkan
55 Bab 55: Harapan yang Terbit
56 Bab 56: Cahaya Baru di Ufuk Timur
57 Bab 57: Fajar Perlawanan Terakhir
58 Bab 58: Langkah yang Berat
59 Bab 59: Pertempuran Tak Terelakkan
60 Bab 60: Bayangan yang Mengikuti
61 Bab 61: Kegelapan yang Meninggi
62 Bab 62: Cahaya di Tengah Kegelapan
63 Bab 63: Bayangan di Puncak Bukit
64 Bab 64: Menyongsong Awan Gelap
65 Bab 65: Cahaya yang Tersisa
66 Bab 66: Bayangan yang Mengintai
67 Bab 67: Cahaya yang Tak Pernah Padam
68 Bab 68: Cahaya yang Terus Menyala
69 Bab 69: Kesatuan Cahaya dan Kegelapan
70 Bab 70: Pengorbanan dan Harapan Baru
71 Bab 71: Bisikan dari Kegelapan
72 Bab 72: Mata yang Mengintai
73 Bab 73: Lembah Bayangan dan Bisikan Gelap
74 Bab 74: Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir
75 Bab 75: Perjalanan Tak Terduga
76 Bab 76: Ancaman yang Lebih Besar
77 Bab 77: Harapan Baru
78 Bab 78: Pertempuran yang Tak Terelakkan
79 Bab 79: Keputusan Baru
80 Bab 80: Kekuatan dalam Kehilangan
81 Bab 81: Menghadap Bayangan Kegelapan
82 Bab 82: Cahaya Baru di Bawah Langit
83 Bab 83: Kebenaran yang Tersembunyi
84 Bab 84: Bayang-Bayang yang Menyusul
85 Bab 85: Jejak di Tengah Bayangan
86 Bab 86: Bayangan di Ambang Takdir
87 Bab 87: Perjalanan yang Meningkat
88 Bab 88: Serangan Terakhir dan Ketenangan Setelah Badai
89 Bab 89: Pertempuran dalam Kegelapan
90 Bab 90: Pertempuran di Lembah Kegelapan
91 Bab 91: Rahasia di Balik Lembah Kabut
92 Bab 92: Mencari Cahaya dalam Kegelapan
93 bab 93 :Ujian di Kegelapan
94 Bab 94: Ujian Pengetahuan
95 Bab 95: Heartstone
96 Bab 96 :Jalinan Takdir
97 Bab 97 : Dunia yang Tenang
98 Bab 98: Fajar di Tengah Kegelapan
99 Bab 99 : "Cahaya dalam Kegelapan: Perjalanan Menuju Heartstone"
100 Bab 100: Puncak Pertempuran
101 Bab 101: Cahaya di Tengah Badai
102 Bab 102: Jantung Kegelapan
103 Bab 103: Harmoni di Antara Cahaya dan Bayangan
104 Bab 104 : Kembali ke Dunia yang Dikenal
105 Bab 105: Cahaya dalam Kegelapan
106 bab 106 : Menuju Perbatasan Menuju Lembah Baru
107 Bab 107: Mencari Heartstone
108 Bab 108: Cahaya yang Menghidupkan
109 Bab 109: Menyambut Hari Esok
110 Bab 110: Menjaga Cahaya
111 Bab 111 Pertarungan di Balik Pintu Dimensi
112 Bab 112: Jejak di Antara Dua Dunia
113 Bab 113: Cahaya di Tengah Kegelapan
114 Bab 114 Hati dari Kegelapan
115 Bab 115: Pengorbanan Baru
116 Bab 116 :Persiapan untuk Ujian Selanjutnya”.
117 bab 117: persiapan menuju ujian besar
118 Bab 118: Bayangan Keraguan
119 Bab 119: Jalan Menuju Kebenaran
120 Bab 120: Rahasia Takhta Kosong
121 Bab 121: Mimpi yang Terpecah
122 Bab 122: Bayangan di Balik Kabut
123 Bab 123: Bayangan di Antara Cahaya
124 Bab 124: Bayangan yang Tertinggal
125 Bab 125: Jejak Menuju Velarion
126 Bab 126: Bayangan yang Mengintai
127 Bab 127: Jejak Menuju Kuil Keseimbangan
128 Bab 128; harmoni yang baru
129 Bab 129 : "Membangun Masa Depan"
130 Bab 130: Pelajaran yang Didapatkan
131 Bab 131: Kegelapan yang Terbangkitkan
132 Bab 132: Awan Kegelapan yang Menyebar
133 Bab 133: Jalan Kebenaran yang Terjal
134 Bab 134: Menyentuh Batas
135 Bab 135: Langkah Selanjutnya
136 Bab 136: Nyala yang Tak Padam
137 Bab 137: Nyanyian Kegelapan
138 Bab 138: Rahasia yang Terkubur
139 Bab 139: Misteri Pegunungan Avarin
140 Bab 140: Menuju Puncak Takdir
141 Bab 141: Cahaya yang Tak Pernah Padam
142 Bab 142: Dalam Jerat Kegelapan
143 Bab 143: Langkah di Antara Dua Dunia
144 Bab 144: Menggenggam Takdir
145 Bab 145: Ujian Kegelapan Terakhir
146 Bab 146: Cermin Takdir
147 Bab 147: Pusaran Takdir
148 Bab 148: Kunci dari Masa Lalu
149 Bab 149: Bisikan Lembah Kegelapan
150 Bab 150: Jejak Terakhir Menuju Kebenaran
151 Bab 151: Nyala Cahaya yang Tak Pernah Padam
152 Bab 152: Bayangan di Balik Jejak
153 Bab 153: Harapan yang Retak
154 Bab 154 : gerbang yang terbuka
155 Bab 155: Kegelapan yang Menunggu
156 Bab 156 : Bayangan yang Tak Pernah Hilang
157 Bab 157: Jejak yang Tak Terhapuskan
158 Bab 158 : Dalam Cengkeraman Takdir
159 Bab 159: Bayangan yang Menghantui
160 Bab 160: Pengorbanan yang Tak Terelakkan
161 Bab 161: Bayang-bayang Tak Terlihat
162 Bab 162: Bayang-Bayang Tak Terlihat
163 Bab 163: Titik Balik di Inti Cahaya
164 Bab 164: Menuju Perpustakaan Terakhir
165 Bab 165: Cahaya di Ujung Bayangan
166 Bab 166: Bayangan yang Memandu
167 Bab 167: Gerbang Keabadian
168 Bab 168: Pengorbanan yang Terlupakan
169 Bab 169: Bayangan Masa Depan
170 Bab 170: Cahaya dalam Kegelapan
171 Bab 171: Cahaya yang Membimbing
172 Bab 172: Gerbang Takdir
173 Bab 173: Menyusuri Kegelapan
174 Bab 174: Langkah di Antara Bayangan
175 Bab 175: Pengejaran Takdir
176 Bab 176: Di Ambang Keabadian
177 Bab 177: Jejak Bintang Menuju Arcadia
178 Bab 178: Cahaya dan Bayangan yang Berbincang
179 Bab 179: Bisikan Takdir
180 Bab 180: Pilihan yang Mengubah Segalanya
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Bab 1: Cahaya dan Bayangan
2
Bab 2: Pencarian Dimulai
3
Bab 3: Penjaga Kekuatan
4
Bab 4: Pengujian Cahaya
5
Bab 5: Jalan yang Terbuka
6
Bab 6: Cahaya yang Terhalang
7
Bab 7: Jejak Kegelapan
8
Bab 8: Bayangan yang Kembali
9
Bab 9: Pertempuran Tak Terhindarkan
10
Bab 10: Jejak Kegelapan yang Menyusup
11
Bab 11: Cahaya yang Menyentuh Hati
12
Bab 12: Menghadapi Takdir
13
Bab 13: Mencari Petunjuk
14
Bab 14: Keputusan di Ujung Cahaya
15
Bab 15: Cahaya yang Menuntun
16
Bab 16: Bayangan yang Mengintai
17
Bab 17: Menghadapi Takdir
18
Bab 18: Malam yang Tak Terlupakan
19
Bab 19: Kegelapan yang Mengguncang
20
Bab 20: Pengkhianatan dalam Kegelapan
21
Bab 21: Tanda Awal Kehancuran
22
Bab 22: Cahaya yang Tertinggal
23
Bab 23: Penjagakuil
24
Bab 24: Warisan Terakhir
25
Bab 25: Cahaya dan Bayangan
26
Bab 26: Bayang-Bayang Harapan
27
Bab 27: Pengorbanan yang Terpendam
28
Bab 28: Kegelapan yang Mengintai
29
Bab 29: Cahaya di Tengah Kegelapan
30
Bab 30: Cahaya di Tengah Kegelapan
31
Bab 31: Awal dari Cahaya Baru
32
Bab 32: Di Antara Cahaya dan Kegelapan
33
Bab 33: Kekuatan Baru, Awal yang Rapuh
34
Bab 34: Warisan Takdir
35
Bab 35: Bayang-Bayang yang Kembali
36
Bab 36: Jejak Takdir
37
Bab 37: Cahaya Baru di Tengah Kegelapan
38
Bab 38: Sang Pewaris Takdir
39
Bab 39: Titik Balik
40
Bab 40: Bayangan di Balik Kedamaian
41
Bab 41: Sang Penerus Cahaya
42
Bab 42: Warisan yang Dibangunkan
43
Bab 43: Kelahiran dalam Kekacauan
44
Bab 44: Hati yang Teruji
45
Bab 45: Membangun Kembali Dunia yang Hancur
46
Bab 46: Titik Balik
47
Bab 47: Awal dari Sebuah Kehidupan Baru
48
Bab 48: Awal yang Baru, Bahaya yang Mengintai
49
Bab 49: Fajar Baru
50
Bab 50: Awal Baru yang Penuh Tantangan
51
Bab 51: Fajar Baru, Bayangan Lama
52
Bab 52: Bayangan dari Masa Lalu
53
Bab 53: Pertarungan Terakhir
54
Bab 54: Perang yang Tak Terelakkan
55
Bab 55: Harapan yang Terbit
56
Bab 56: Cahaya Baru di Ufuk Timur
57
Bab 57: Fajar Perlawanan Terakhir
58
Bab 58: Langkah yang Berat
59
Bab 59: Pertempuran Tak Terelakkan
60
Bab 60: Bayangan yang Mengikuti
61
Bab 61: Kegelapan yang Meninggi
62
Bab 62: Cahaya di Tengah Kegelapan
63
Bab 63: Bayangan di Puncak Bukit
64
Bab 64: Menyongsong Awan Gelap
65
Bab 65: Cahaya yang Tersisa
66
Bab 66: Bayangan yang Mengintai
67
Bab 67: Cahaya yang Tak Pernah Padam
68
Bab 68: Cahaya yang Terus Menyala
69
Bab 69: Kesatuan Cahaya dan Kegelapan
70
Bab 70: Pengorbanan dan Harapan Baru
71
Bab 71: Bisikan dari Kegelapan
72
Bab 72: Mata yang Mengintai
73
Bab 73: Lembah Bayangan dan Bisikan Gelap
74
Bab 74: Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir
75
Bab 75: Perjalanan Tak Terduga
76
Bab 76: Ancaman yang Lebih Besar
77
Bab 77: Harapan Baru
78
Bab 78: Pertempuran yang Tak Terelakkan
79
Bab 79: Keputusan Baru
80
Bab 80: Kekuatan dalam Kehilangan
81
Bab 81: Menghadap Bayangan Kegelapan
82
Bab 82: Cahaya Baru di Bawah Langit
83
Bab 83: Kebenaran yang Tersembunyi
84
Bab 84: Bayang-Bayang yang Menyusul
85
Bab 85: Jejak di Tengah Bayangan
86
Bab 86: Bayangan di Ambang Takdir
87
Bab 87: Perjalanan yang Meningkat
88
Bab 88: Serangan Terakhir dan Ketenangan Setelah Badai
89
Bab 89: Pertempuran dalam Kegelapan
90
Bab 90: Pertempuran di Lembah Kegelapan
91
Bab 91: Rahasia di Balik Lembah Kabut
92
Bab 92: Mencari Cahaya dalam Kegelapan
93
bab 93 :Ujian di Kegelapan
94
Bab 94: Ujian Pengetahuan
95
Bab 95: Heartstone
96
Bab 96 :Jalinan Takdir
97
Bab 97 : Dunia yang Tenang
98
Bab 98: Fajar di Tengah Kegelapan
99
Bab 99 : "Cahaya dalam Kegelapan: Perjalanan Menuju Heartstone"
100
Bab 100: Puncak Pertempuran
101
Bab 101: Cahaya di Tengah Badai
102
Bab 102: Jantung Kegelapan
103
Bab 103: Harmoni di Antara Cahaya dan Bayangan
104
Bab 104 : Kembali ke Dunia yang Dikenal
105
Bab 105: Cahaya dalam Kegelapan
106
bab 106 : Menuju Perbatasan Menuju Lembah Baru
107
Bab 107: Mencari Heartstone
108
Bab 108: Cahaya yang Menghidupkan
109
Bab 109: Menyambut Hari Esok
110
Bab 110: Menjaga Cahaya
111
Bab 111 Pertarungan di Balik Pintu Dimensi
112
Bab 112: Jejak di Antara Dua Dunia
113
Bab 113: Cahaya di Tengah Kegelapan
114
Bab 114 Hati dari Kegelapan
115
Bab 115: Pengorbanan Baru
116
Bab 116 :Persiapan untuk Ujian Selanjutnya”.
117
bab 117: persiapan menuju ujian besar
118
Bab 118: Bayangan Keraguan
119
Bab 119: Jalan Menuju Kebenaran
120
Bab 120: Rahasia Takhta Kosong
121
Bab 121: Mimpi yang Terpecah
122
Bab 122: Bayangan di Balik Kabut
123
Bab 123: Bayangan di Antara Cahaya
124
Bab 124: Bayangan yang Tertinggal
125
Bab 125: Jejak Menuju Velarion
126
Bab 126: Bayangan yang Mengintai
127
Bab 127: Jejak Menuju Kuil Keseimbangan
128
Bab 128; harmoni yang baru
129
Bab 129 : "Membangun Masa Depan"
130
Bab 130: Pelajaran yang Didapatkan
131
Bab 131: Kegelapan yang Terbangkitkan
132
Bab 132: Awan Kegelapan yang Menyebar
133
Bab 133: Jalan Kebenaran yang Terjal
134
Bab 134: Menyentuh Batas
135
Bab 135: Langkah Selanjutnya
136
Bab 136: Nyala yang Tak Padam
137
Bab 137: Nyanyian Kegelapan
138
Bab 138: Rahasia yang Terkubur
139
Bab 139: Misteri Pegunungan Avarin
140
Bab 140: Menuju Puncak Takdir
141
Bab 141: Cahaya yang Tak Pernah Padam
142
Bab 142: Dalam Jerat Kegelapan
143
Bab 143: Langkah di Antara Dua Dunia
144
Bab 144: Menggenggam Takdir
145
Bab 145: Ujian Kegelapan Terakhir
146
Bab 146: Cermin Takdir
147
Bab 147: Pusaran Takdir
148
Bab 148: Kunci dari Masa Lalu
149
Bab 149: Bisikan Lembah Kegelapan
150
Bab 150: Jejak Terakhir Menuju Kebenaran
151
Bab 151: Nyala Cahaya yang Tak Pernah Padam
152
Bab 152: Bayangan di Balik Jejak
153
Bab 153: Harapan yang Retak
154
Bab 154 : gerbang yang terbuka
155
Bab 155: Kegelapan yang Menunggu
156
Bab 156 : Bayangan yang Tak Pernah Hilang
157
Bab 157: Jejak yang Tak Terhapuskan
158
Bab 158 : Dalam Cengkeraman Takdir
159
Bab 159: Bayangan yang Menghantui
160
Bab 160: Pengorbanan yang Tak Terelakkan
161
Bab 161: Bayang-bayang Tak Terlihat
162
Bab 162: Bayang-Bayang Tak Terlihat
163
Bab 163: Titik Balik di Inti Cahaya
164
Bab 164: Menuju Perpustakaan Terakhir
165
Bab 165: Cahaya di Ujung Bayangan
166
Bab 166: Bayangan yang Memandu
167
Bab 167: Gerbang Keabadian
168
Bab 168: Pengorbanan yang Terlupakan
169
Bab 169: Bayangan Masa Depan
170
Bab 170: Cahaya dalam Kegelapan
171
Bab 171: Cahaya yang Membimbing
172
Bab 172: Gerbang Takdir
173
Bab 173: Menyusuri Kegelapan
174
Bab 174: Langkah di Antara Bayangan
175
Bab 175: Pengejaran Takdir
176
Bab 176: Di Ambang Keabadian
177
Bab 177: Jejak Bintang Menuju Arcadia
178
Bab 178: Cahaya dan Bayangan yang Berbincang
179
Bab 179: Bisikan Takdir
180
Bab 180: Pilihan yang Mengubah Segalanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!