Andi X Sarah 2

Andi X Sarah 2

1. Andi si GoodBoy

Andi si GoodBoy

Kelas dua belas merupakan masa yang paling membosankan di antara ketiga tingkat masa SMA. Bagaimana tidak bosan jika saban hari harus fokus belajar buat menghadapi ujian akhir nanti. Padahal, kelas dua belas hanya berjangka waktu tidak sampai sembilan bulan. Lebih singkat dari biasanya, namun terasa lama karena banyak hal yang membosankan untuk dikerjakan.

Kenalin, namanya Andi Fernanda. Kalau kalian udah kenal sama ni anak, berarti udah baca cerita sebelumnya. Sekarang, dia sudah duduk di kelas dua belas. Sedikit demi sedikit, terjadi perubahan antara sesama anak Amak, terutama Andi sendiri.

Sebagai ketua dari geng Anak Amak dengan slogan nakal boleh tapi durhaka jangan, ia harus memberi contoh kepada teman-teman satu gengnya.

Kini, ia mulai meruqyah mandiri dirinya dengan cara banyak belajar dan mengurangi kenakalan-kenakalan lainnya. Tapi, kalau ngerokok tetap aja jalan kaya kereta api, asalkan jangan narkoba aja. Soalnya narkoba mahal. Coba aja narkoba murah, udah teler tiap detik si Andi.

Enggak ini becanda. Kok.

Sebagai menjadi remaja yang sehat, bermartabat, dan rajin menabung, Andi kini mulai banyak mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah, seperti penyuluhan-penyuluhan bersifat sosial. Penyuluhan Anti narkoba termasuk salah satu dari kegiatan yang Andi ikuti. Selain itu, ia dijadikan sebagai remaja anti pornografi.

Sumpah, guru-guru udah salah milih orang. Yang sering nonton bokep, tapi malah dipilih jadi duta anti pornografi. Andi cuma ketawa dalam hati ketika mendengar pengumuman pemenang duta anti narkoba. Padahal, waktu itu Andi lagi minta bokep sama Nanang lewat aplikasi sher'it.

Pokoknya, secara keseluruhan sudah banyak perubahan baik yang terjadi pada Andi. Apalagi semenjak pacaran dengan Sarah. Dia semakin sering ke rumah Sarah dengan alasan belajar, walaupun sebenarnya cuma modus aja buat ketemuan.

Inilah keanehan sejagat ini yang terjadi antara Andi dan Sarah. Padahal dulu saling hina, saling ejek, saling benci, eh ujung-ujungnya jadi cinta. Dulu bilanya Sarah jelek kaya huluk lagi eek di kali. Ga tau tuh gimana e'ek-nya huluk segede apa, kan?

Kalau pepatah Minang, kan Andi orang Minang.

Indak-indak, nio juo, arti\=bilangnya enggak, tapi mau juga.

Yaa ... Andi memang kaya gitu. Terima aja ya ....

Ujian akhir semakin mendekat, tentu saja Andi mengejar pelajarannya yang banyak sekali ketinggalan. Demi menjaga kode etik keberandalannya dulu, terlalu banyak pelajaran yang ia tinggalkan. Kini, Andi sedikit menyesal dengan itu, tapi dikit aja. Enggak banyak-banyak.

"Lima dikali lima kan dua lima. Jadi akar dari dua puluh lima adalah lima." Sarah menunjuk buku tulisnya ketika Andi sedang belajar dengan Sarah. "Sama kaya akar-akar yang lain."

"Aduh ... sebodoh-bodohnya gue, tetap aja enggak ngerti soal MTK," jawab Andi.

Apaan sih? Sarah udah mulai muak dengan Andi.

"Pindah pelajaran IPA dong. Bab reproduksi juga boleh," rayu Andi.

"Kalau reproduksi lo cepat, anjir." Sarah mementung kepala Andi. "Reproduksi dulu otak bokep lo itu."

"Iya, sayang."

Andi tahu kalau Sarah diginiin pasti berhenti marahnya. Sarah itu sering malu-malu anjing kalau dibilangin kaya gini. Mukanya merah kaya dikasih bon cabe.

"Jangan sayang-sayangan di kelas," balas Sarah pelan.

"Di luar boleh, kan?" tanya Andi.

"Tetap aja enggak boleh."

"Kenapa?"

"Bolehnya bilang cayang ...."

***, kan? Tolong ... Authornya jombs sejagat.

Mereka saling berdekatan kaya ABG yang lagi mojok di pinggiran semak. Sementara itu, teman-teman sekelas mereka udah pingin muntah karena dengerin gombalan gaje dari mereka.

Dari jendela terlihat larian segerombolan babi yang menerobos masuk ke kelas Andi. Dengan senyuman lebar mereka memanggil Andi yang lagi mesra berdua dengan Sarah.

"Andi ... Andi ... main yok ...," panggil Agus di pintu kelas.

"Eh ... lagi sama majikannya. Mana bisa pergi nih." Nanang menyelipkan kepalanya di antar Felix dan Agus.

"Ndi ... cari angin yuk," panggil Felix.

Andi menatap ragu kepada teman-temannya itu. Soalnya Sarah pasti tahu kalau mereka pasti pergi cabut, kalau enggak ngerokok di WC sekolah. Mata Andi menatap wajah Sarah yang udah kaya om-om yang ngelarang anaknya buat pergi main keluar.

"Belajarnya nanti aja ya, Sar." Andi menutup bukunya. "Ada panggilan negara."

Sarah menepuk meja. "Negara-negara kepala nyokap lo! Mau pergi ngerokok lo, kan? Mau cabut, kan?"

"Santai dikit napa?" Andi agak cemas kalau Sarah udah mulai jadi huluk lagi.

Di pintu, teman-teman Andi hanya bisa diam tanpa bisa berkutik kalau Sarah lagi marah-marah.

Kan anjingnya kena marah sama majikan.

Udah gue bilang, Andi lagi mode bucin.

Itulah kenapa gue milih jomblo.

Emang ada yang mau sama lo, gus?

Yaa ... enggak siih .....

"Janji gue janji pelaut." Andi pura-pura meludah ke tangannya kaya janji pelaut gitu.

"Udah sana ...." Sarah mendorong Andi. "Gue ngambek, nih."

"Ngambek bilang-bilang." Andi membelai rambutnya beberapa kali. "Tenang aja ... Abang pasti pulang, kok."

"Bawain martabak," pinta Sarah.

"Mana ada martabak di sekolah."

"Enggak mau tahu gue ... pokoknya lo balik, martabak udah masuk ke mulut gue. Pake JO-Food kek ... apa kek."

"Iya ... iya ..."

Sekarang Andi sedikit mendapatkan julukan baru, yaitu Andi si Bucin. Yaa ... kadang Sarah sering minta yang aneh-aneh, kaya yang tadi. Andi mah terima-terima aja diginiin sama sang pacar. Katanya sih mumpung masih sayang. Andi juga kepikiran Sarah cuma pingin menarik perhatiannya.

Lapar banget, anjir ..... Sarah membenamkan kepalanya ke meja. Kakinya lagi mager ke kantin dan sedikti bosan sama makanan kantin.

Andi dan teman-temannya berangkat ke tembok sekolah yang udah mereka ngejebol tembok buat dijadikan tempat cabut. Ngejebolnya cuma dibagian atas, ya kali mereka ngejebol tembok yang tebal itu. Paling mereka udah kena keluarin dari sekolah. Sebenarnya mereka belum sepenuhnya tobat. Tetap aja sifat berandal mereka yang enggak bisa ditinggalkan, mungkin enggak bisa dihilangkan.

Tampak sebuah kedai soto yang menjadi tempat faforit murid-murid berandalan buat cabut. Kebanyakan hanyalah anak-anak cowok, namun ada juga sedikit anak perempuan yang berani manjat pagar. Tentu saja anak perempuan yang cabut merupakan anak kelas 12 yang udah mulai bosan dengan sekolah. Adik-adik kelas 10 dan 11, terutama yang cewek, tidak ada yang berani manjat pagar.

"Minjam hape lo buat mesan Jo-Food," pinta Andi kepada Felix.

"Kita kan mau makan soto, ngapain lo mesan Jo-Food segala?" Felix menyerahkan handphone-nya.

"Sarah pengen martabak ... lo tahu sendiri kan kalau Sarah itu bisa lapar tiba-tiba." Andi menekan aplikasi Jo-Jek di handphone. "Kadang gue kepikiran kalau Sarah sering makan, ntar malah gemuk."

"Gimana mau gemuk kalau tiap hari dia latihan karate dan lari lima kilometer setiap sore," balas Nanang.

"Ditambah lagi dia suka numbukin anak-anak berandalan di sekolah. Makin kebakar tuh lemak-lemak Sarah," lanjut Agus.

"Iya ... waktu itu gua enggak lihat lipatan lemak di pinggang Sarah," balas Andi.

Semuanya hening menatap Andi. Sebuah kalimat ambigu telah diucapkan oleh Andi. Jangan-jangan Andi udah skidipapap sawadikap asoy digeboi sama Sarah.

"Lo ngelihat Sarah buka baju?" tanya Agus.

"Iya ...waktu itu─" Kalimat Andi dipotong Nanang.

"Astofirulloh ... lo ngeue sama Sarah?" tanya Nanang. "Zina cuk ... ngeue itu zina, kecuali udah lo halalin."

"...." Felix mundur beberap langkah setelah mendengar percakapan aneh mereka. Anak ini memang enggak terlalu suka pembicaraan seperti ini. Maho kali ya ....

"*** juga lo pada ya .... Waktu itu kan gue lagi ke rumah Tami. Kan bisanya gue masuk-masuk aja ke kamar Tami. Eh ... kebetulan ada Sarah yang lagi buka baju di sana. untung aja enggak lagi ngehadap ke gue."

"Lo napsu kan waktu itu?" tanya Nanang.

"Sumpah demi Allah ... gue enggak tega kali gituin Sarah. Gue masih sayang dia." Andi menyerahkan handphone kepada Felix. "Setelah itu gue lari dan pura-pura enggak terjadi apa-apa sama Tami."

Agus dan Nanang memasang muka datar. Padahal mereka berharap lebih dari Andi. Tapi mereka tahu kok, sebandel-bandelnya Andi, sebangsat-bangsatnya Andi, dia enggak mungkin gituin Sarah.

Mereka duduk di sebuah meja segi empat setelah memesan soto ayam dengan ekstra daun bawang. Suasana warung begitu ramai dan bersempit-sempitan antara mejanya. Tidak hanya murid SMA yang datang ke sini, namun juga bapak-bapak yang buka partai ngopi pagi. Tau sendiri bapak-bapak kalau ngopi. Rokoknya pasti rokok kretek yang baunya nyengat banget. Beda kelas sama rokok Anak Amak yang cuma rokok ringan yang beli ketengan. Pengap banget, sampe Andi sedikit mual.

"Andi, driver-nya nge­-chat tuh ...." Tangan Felix kembali menyerahkan handphone-nya kepada Andi.

Jo-Jek Chat

Driver : Ohayougozaimasu ... watashi wa babang Jojek-san ... apakah ada tambahan toping martabak Andi-chan?

Andi : Wibu ***!!!

Driver : Santeuy euy ... ada tambahan enggak?

Andi : Ada bang ... watashi mau toping ekstra keju sama susunya banyakin.

Driver : Wibu ***!!! Susunya mau merek cap tiga kaki atau indomilik?

Andi : Cap tiga kaki? Emang larutan penyegar bang? Indomilik aja.

Driver : Oke ...

Andi : Kalau bisa susu murni yang dari kemasan yang menarik bang.

Driver : Bisa aja lo, taplak meja.

Andi : Oke bang ... hati-hati ya. Jangan ngebut-ngebut. Ingat keluarga di rumah. Muach :*

Andi menggeser handphone milik Felix. Baru kali ini dapat driver wibu yang akrab dan asyik kaya ini.

"Eh ... udah pada dapat nomor adik kelas ga?" tanya Agus.

"Udah dong ....." Nanang menepuk sombong dadanya. Tangannya merangkul Felix. "Sudah saatnya lo nyari cewek. Dari pertama kita kenal, gue enggak pernah siapa yang lo suka."

"Gue lebih suka sendiri dan ngurus bisnis gue," balas Felix dengan cuek.

"Jangan sampe orang-orang ngira lo itu maho." Nanang membalas.

Felix menatapnya datar. "Kalau gue maho ... dari dulu udah gue tusbol lo lo pada kalau lagi tidur di rumah gue."

"Kayanya anak kelas 10 sekarang enggak ada yang berandal. Pada cupu semua. Takutnya enggak ada penerus Antophosfer. Cuma Arman generasi terakhir kita yang bikin geng beradalan. Itu pun sekarang dia udah kelas 11," ucap Agus.

Mereka bertiga mengangguk. Benar kata Agus, anak kelas 10 sekarang mayoritasnya anak-anak baik. Ada sih beberapa anak bandel, namun enggak ada yang bergaul sama kakak kelas. Susah banget kalau diajak ngumpul dan digabungin ke Antophosfer. Persatuan anak berandal SMA mereka itu harus ada penerus.

"Tapi, gue denger kalau dari anak cewek kelas 10, ada yang bikin geng gitu. Tapi gue enggak tahu yang mana orangnya," balas Nanang.

"Yang CBS-CBS itu ya? Cantik, Bohai, Seksi," tanya Andi. Ia pernah mendengar istilah itu dari Sarah.

"Nah itu dia ... gue tahu dari group chat kelas gue. katanya semua anak CBS itu memang cantik, bohai, dan seksi. Jumlahnya cuma empat orang."

Agus berdiri menyambut soto mereka yang udah datang. "Pas banget tuh dibagi-bagi sama Anak Amak yang jumlahnya empat orang."

"Sorry .... Gue udah punya Sarah. Lo mau Sarah cakar-cakaran sama mereka? kita aja kalah ... apalagi cewek-cewek itu."

"Hahahah ... bener juga, ya. Sarah itu─"Alangkah terkejutnya Agus melihat wajah Andi yang berlumuran jus mangga.

Andi diam sesaat karena belum sadar cairan apa yang sedang menjalar ke bawah di kepalanya. Wangi harum manis mangga tercium ketika jus itu menyentuh hidungnya.

"***!!!! SIAPA BERANI GINIIN GUE??!!!" Andi menepuk meja hingga seluruh pengunjung warung melihat kepadanya.

Mata Andi mengarah tegas kepada seorang wanita berseragam SMA yang baru saja menumpahkan jus mangga ke wajahnya. Wajah wanita itu tetap datar tanpa berekspresi. Ia malah berlipat tangan ketika beradu pandangan kepada Andi, tanpa takut sedikit pun. Padahal Andi sudah seperti ingin mencengkram wajah kecilnya, tidak peduli bahwa lawannya kali ini merupakan seorang wanita.

"Maaf ... gue enggak sengaja." Ia mengambil gelas jus yang baru saja ia jatuhkan secara tidak sengaja. "Ya ... salah lo juga kali. Udah tahu orang rame, eh malah main maju-mundurin kursi. Kan kaki gue jadi kesandung."

Anak ini!!!!!! rasanya Andi ingin mencabik-cabik bajunya cewek itu. Tangannya mengepal dengan kuat. Baru kali ini ada cewek yang berani seperti ini kepadanya, kecuali Sarah.

"Lo itu enggak tahu gue siapa?" Andi mendekatkan wajahnya. "Lo itu baru anak kemarin sorr ..... eh, eh, aduh ... siapa nih lagi yang ngejewer gue!?"

Andi berbalik kebelakang. Ternyata Sarah udah berhadap-hadapan dengannya. Wajahnya yang garang sekaan ingin berubah menjadi huluk kembali, padahal udah lama Sarah enggak keluarin jurus huluknya. Sementara itu, Agus dan yang lain udah lari kebirit-birit karena Sarah datang. Mereka udah janji enggak cabut lagi sebelumnya.

"Lo itu Andi yang udah janji enggak cabut." Sarah menarik telinga Andi hingga Andi ikut melangkah. "Ayo balik."

Andi hanya bisa menatap cewek *** itu yang tengah tersenyum licik padanya. Tatapan wanita itu seakan sudah mengalahkan Andi berkali-kali. Sakit hatinya belum terlampiaskan. Mau gimana lagi ... kalau dia ngamuk, eh malah diamuk balik sama Sarah. Mending dia enggak ngamuk deh.

"Awas pembalasan gue!!!" Andi menunjuk wanita itu.

Cewek itu menjulurkan ujung lidahnya sembari memberi tos kepada temannya yang berada di samping.

SIALAN!!!!

"Pembalasan-pembalasan apaan, hah? Pemabalasan dari gue???" tanya Sarah.

"AGUS ... NANANG ... FELIX TOLONG GUE!!!!!"

GA MAU!!!!!! Teriak Anak Amak yang lain di dalam hati.

***

Terpopuler

Comments

مختار محمدعلي العتبي

مختار محمدعلي العتبي

Halo how are you

2022-12-29

1

ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻

ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻

misi lewat 🙏🏻

2022-09-15

0

Raini Sidarra aceh

Raini Sidarra aceh

hy KK aku mampir nih..
mampir juga kekarya ku ya..
yang berjudul
" hidup ini indah bila bersama mu"
Terimakasih Kk...

2020-06-20

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 66 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!