Turnamen PABJI
Semenjak anak Kodomo udah tamat dari sekolah, Andi dan angkatannya menjadi kasta tertinggi dalam pergelutan di SMA-nya. Tidak ada lagi yang Andi cemaskan seperti dahulu. Dulu mereka sering sekali bergesekan dengan Kevin dan teman-temannya. Namun, sekarang mereka bisa bergerak dengan leluasa. Terutama untuk menguasai tempat-tempat di sekolah, seperti WC buat ngerokok, kantin buat makan, UKS buat tidur kalau lagi malas sekolah, parkiran, lapangan basket dan futsal, bekal anak mami di sekolah, sempaknya adik kelas kalau lupa bawa **, dan banyak lagi.
Walaupun sudah tobat, mereka tetap aja tuh ngelakuin hal-hal berandal. Namun, bedanya cuma di kadar keberandalannya yang agak nurun dikit. Mungkin, udah sadar kalau mereka lagi di kelas 12 dan bentar lagi mau ujian UN.
Sekolah Andi lagi booming-nya game PUBG. Ya mungkin karena arus perkembangan game yang sekarang lagi booming-nya PUBG, terutama semenjak ada mobile version. Oleh karena itu, untuk mendukung perduniaan game di sekolah, anak-anak OSIS bidang olahraga mengadakan turnamen PUBG. Alasannya sih biar murid enggak cuma main game gitu aja, tetapi harus ada prestasinya. Akhirnya kepala sekolah menyetujui hal tersebut.
Anak Amak laugh in hidden ....
Padahal, semua itu cuma akal-akalan Anak Amak, terutama Andi yang pingin banget ikutan turnamen PUBG. Andi kan agak berpengaruh gitu di sekolah, jadi adik kelas pasti manut tuh kalau dipaksa sama Andi buat ngegelar sesuatu. Selain itu juga, adik-adik OSIS juga sering minta saran event bagus buat diadain.
Beberapa hari ini mereka sudah menggelar turnamen PUBG dengan sistim hitung point. Misalnya siapa yang bisa mendapatkan kemenangan atau chicken dinner, maka ia mendapatkan sejumlah point. Selain itu jumlah kill per tim juga dihitung.
Sialnya mereka ketika di permainan sebelumnya, tim Anak Amak cuma bisa mendapatkan peringkat 9 dari 12 tim yang ikut serta. Terpaksa mereka digusur dari peringkat pertama perolehan poin oleh tim lain.
Di antara mereka berempat, orang yang paling berpengalaman main game ialah Felix. Memang sih dari kecil Felix udah hobi main game, terutama main di warnet. Nah, kebetulan bokapnya pengertian sampe dibelikan PC biar main gamenya di rumah.
"Kita harus optimis menang kali ini, dan tim DJNCK jangan dibiarkan chicken dinner," ucap Andi di dalam WC.
Ceritanya mereka lagi ngerokok di WC. Mumpung guru-guru enggak ada, soalnya turnamen ini digelar tepat di tanggal merah. Namun, tetap banyak anak-anak murid yang ikut datang buat mendukung tim mereka. live streaming-nya juga ditontonkan bersama-sama, sehingga teman-teman yang lain bisa merasakan keseruan tim kesayangan mereka.
"Ini tim siapa, sih? DJNCK ... parah amat namanya." Agus menghembuskan pelan asap rokoknya ke bawah.
Nanang mengangkat bahu. "Gue juga baru tahu ada tim ini."
"Itu tim yang mainnya di kelas sebelah. Tapi, gue enggak tahu siapa orang-orangnya. Yang pasti, mereka anak kelas 10. Turnamen se-kota kemarin, mereka dapet peringkat 3. Parah, kan?" balas Felix dari WC sebelah. Soalnya Felix lagi boker.
"Udah belom bokernya? Bau nih ***!" Andi melempar puntung rokok ke WC sebelah.
"WOI ***!!!! Ampir kena itunya gue!" teriak Felix.
Nanang keluar dari WC. Rokoknya juga sudah dihabiskan. "Emang sehebat apa mereka?"
"Sehebat apa? peringkat 3 se-kota lo bilang enggak hebat?" tanya Felix.
"Tenang ... kan ada gue." Andi menepuk dadanya. "Sehebat apa pun mereka, kita harus menang."
"Alah ... omong lo aja yang besar. Lo yang sering mati pertama," balas Agus menyindir.
"Itu kan karena jaringan gue ...."
"Makanya beli keltomsel ... sampe alam kubur tetap ada jaringannya," lanjut Nanang.
Mereka berangkat ke kelas yang dijadikan tempat turnamen. Dua belas tim dibagi ke dalam dua kelas. Hal itu untuk menghindari keributan yang terjadi, karena pemain dibebasin buat saling berkomunikasi satu sama lain.
Andi dan yang lain memasang posisi di salah satu meja yang disusun. Mereka mendengarkan dengan seksama salah satu panitia memberikan arahan untuk pertandingan terakhir ini. Setelah semuanya paham, barulah mereka memasuki room yang sudah dipersiapkan di dalam game.
"Turun di mana, gaizz?" tanya Andi.
"Military Base aja," balas Agus.
"Ah ... jangan, pasti rame. Gimana kalau paradise?" tanya Nanang.
Sebuah pukulan anti kegoblokan melayang kepada Nanang. Felix kesal, sedikit aja.
"Salah map, goblok. Kita maen di Erangel." Ia mengatur beberapa pengaturan game. "Udah ... follow aja gue. Gue lebih berpengalaman di sini daripada mereka."
Game dimulai. Bunyi dengung pesawat terdengar ketika mereka melewati angkasa langit Erangel. Terlihat pula hijau pegunungan, serta indahnya pegunungan para penoton cewek yang ngelihat dari jendela. Andi udah masang wajah terganteng, walaupun dia tau kalau pastinya mereka enggak lagi mandangin dia.
"Turun di kota Primorks aja. Tetap sama-sama, jangan misah" Felix menggerakkan kursor game ke arah kota yang dia maksud.
Terlihat beberapa squad yang turun di tempat yang sama. Felix udah panas dingin dengan keadaan kali ini karena tidak seperti yang diduga. Bukan karena Felix takut mati, tetapi mikirin temannya yang enggak terbiasa di tempat rame. Selama ini yang ngegendongin mereka main kan cuma Felix. Bisa dibilang, ketiga temannya itu beban.
Tempat mereka turun sudah dihinggapi dengan musuh. Terpaksa Felix membawa teman-temannya ke tepi. Setelah turun, mereka bergegas membuka rumah-rumah terdekat untuk mencari senjata.
"Dapat senjata sniper, kasih ke gue ***," pinta Felix.
"I got supplies ....." Andi sedikit melihat keadaan ke luar jendela rumah. "Gue ada SCAR L, tapi pelurunya dijual terpisah. Gue make."
"OTW ... gue masih make pistol," balas Nanang.
"Gus, jangan pergi jauh-jauh. Lo mati, gue yang repot, ***." Felix menyenggol tangan Agus.
"Nyari senjata, gue masih pake sotgan."
Alanglah terkejutnya ketika mereka melihat tanda nama dengan motif. Pemberitahuan di sebelah kiri layar pertanda bahwa orang itu sudah melakukan kill kepada musuh yang lain. Felix yakin kalau pertempurannya itu terjadi di tempat mereka turun karena suara tembakan seiring dengan pemberitahuan killing.
"DJNCK?" tanya Felix. "Itu team yang ngebunuh kita kemarin, kan?"
"Iya, mereka yang ada di puncak klasemen karena udah ngerebut chicken dinner dari kita," balas Andi.
"Mereka di sini, hati-hati. Gue cek ombak dulu ke sana," ucap Felix.
Andi, Agus, dan Nanang tidak pernah membantah perkataan Felix. Mereka tahu jika Felix sudah berpengalaman di turnamen game. Bahkan, Felix yang selalu meng-cover mereka bertiga kalau mereka lagi di dalam pertempuran.
"***!!!!" Andi terbungkuk di lantai rumah. "GUE KENA HEADSHOT!!!!"
"Cepat cover Andi. Gue agak jauhan nih!!!" balas Felix.
Andi ngesot di lantai rumah untuk menyembunyikan diri. Sementara itu, suara step lawan mulai datang kaya suara kaki emak kalau ngeciduk anaknya di warnet. Nanang dan Agus belum juga datang.
"Gue udah mulai gelap, bro." Andi sudah mulai pasrah dengan keadaan. "Sampaikan salam gue kepada Sarah."
"Tenang ... gue datang!" Agus dan Nanang memberikan bom asap ke daerah Andi terkapar.
Andi mulai ditolong oleh Nanang untuk melakukan revive. Agus berjaga di ujung tangga biar kalau musuh datang, dia bisa nembak kepalanya sampe mampus.
"Itu yang nembak lo squad DNCK ...." Felix bersembunyi di balik pohon. Matanya melihat seorang musuh sedang mengintai di tepi rumah. "Hati-hati dia masuk."
Andi sudah kembali pulih dan langsung mengisi darah. Suara step lawan mulai terdengar keras. Hingga terdengar suara tembakan yang ngebuat Agus ngesot-ngesot di tangga.
"Tolong!!!!" Agus menekankan suaranya di nada yang rendah. "ANJING!!! ***!!! DJNCK SIALAN!!!!"
Suara tembakan terdengar lagi, Nanang tidak berdaya oleh peluru UMP yang ditembakin oleh musuh dengan nama DJNCK.Nailacantique.
"Naila?" Andi membaca nama musuh yang lagi nembakin mereka.
Masa gue kalah sama cewek? Ini pasti cewek yang mereka ceritain itu, ucap Andi dalam hati.
Dengan segenap keberanian, walaupun tangan sedikit gemetaran, keringat dingin mulai bercucuran, dan ** mulai kebasahan, Andi keluar dari kamar rumah dan turun ke lantai pertama. Andi langsung berjumpa dengan musuh yang bernama DJNCK.Naila itu. Tembakan dilancarkan dengan membabi buta.
Eh? Andi tidak percaya, ia terkapar kembali dan langsung di-end sama musuh bernama Naila itu.
"Kalian mati gara satu musuh? Nub banget *****," hina Felix.
Felix menelusuri rumah dan berupaya menumpas musuh yang udah ngeratain ketiga teman noob-nya itu. Namun, sebuah tembakan senjata sniper melayang ke kepala Felix ketika Felix sedang menyelinap ke dalam rumah. Penempak itu juga berasal dari squad DJNCK.
"*****!!!!"
Andi menepuk meja dengan keras hingga para panitia menatap ke mereka. Harapan mereka meraih piala akhirnya gugur. Sudah dipastikan mereka tidak bisa bertahan di tiga besar klasemen akhir.
"Bang ... peserta dilarang menepuk meja." Salah satu pantia datang memeringati.
Wajah Andi auto pasang mode sangarnya. Udah tahu lagi kalah, eh junior malah datang dengan peringatan. Auto naik darah ... auto ngegaslah ....
"Ga boleh? Hah?" tanya Andi.
Panitia itu mundur sedikit. Tampak mukanya udah pucat ngelihat Andi marah. "Kalau untuk abang boleh ...."
"Nah, gitu dong. Gue lagi emosi nih. Jangan macam-macam," balas Andi.
Tidak lama kemudian terdengar suara chat dari musuh yang telah meratakan mereka semua. Andi mendengarnya dengan seksama suara wanita tertawa terbahak-bahak dan mengatai jika team Andi itu noob parah.
"SAMLEKOM!!!! Ini gue Naila ... yang ngebunuh lo lo semua. Siapa tuh yang namanya Andi? Nub banget. Gayanya aja sok-sokan pake baju mahal, tapi enggak punya skill. Udah deh ... gue mau cari mangsa lagi. Sampai berjumpa di pembagian piala. Kami pasti megang turnamen semester ini."
Andi mengepal tangan sekuat-kuatnya dan bertanya-tanya siapa gerangan cewek sialan yang udah bikin dia Up blood kaya gini.
UP BLOOD? Apaan tuh, thor?
Naik darah. Up artinya naik, blood artinya darah. Kalau digabungin jadi naik darah.
Aduh ... ngapain aja waktu sekolah dulu, sih???
Ya ... ga jauh beda tuh sama Andi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
TtehYuyun RarSka
kenapa gk ff aja thorr
2020-06-23
1
Sindi Andriani
gw g ngerti PUBG,,sumpah thor,
2019-12-12
3