Sarah melenggang tanpa menyadari bahwasanya Andi yang sedang berdiri di meja kasir. Andi ngelihat Sarah mondar-mandir mencari barang yang pengen dia beli. Sarah yang mondar-mandir, eh malah Andi yang gelisah basah. Ingin sekali Andi pergi, tapi mau kaya mana lagi. Kevin minta tolong banget karena dia lagi pergi boker.
Ia mencoba mengganti suaranya biar sedikit terdengar berat dari biasanya. Sebisa mungkin biar Sarah enggak menyadari bahwasanya yang sedang melayani ialah Andi. Udah ngerasa oke, barulah Andi mulai agak tenang.
"Bang, mau beli itu." Sarah menunjuk kotak rokok yang kepajang.
***** ni anak beli rokok.
"Oh, ini ..."
Rokok pilihan Sarah diambil oleh Andi. Otak Andi mulai berasap ngelihat layar komputer kasir. Dia ingat kalau setiap belanja, tukang kasir pasti ngedeketin barang belanjaan ke scanner harga. Ia mencoba mendekatkannya, tapi scanner enggak bunyi-bunyi. Andi semakin panik.
"Mesinnya rusak ya bang?" tanya Sarah.
"Hmmm ... ehh .... Duh .... Mungkin aja kali, neng," balas Andi dengan suara berbeda dari biasanya.
"Oh, iya ... Kakak yang itu mana?" Mata Sarah mencari perempuan cantik yang biasanya berdiri di mesin kasir.
"Lagi pulang kampung, neng."
"Kayanya Abang pegawai baru, ya?" Kepala Sarah memereng membaca label nama di seragam yang dikenakan Andi. "Bang Kevin ...."
"Iya, neng. Saya baru di sini."
Mata Sarah menyipit. Dia mulai ngerasa ada yang aneh karena Andi mengenakan kacamata hitam dan masker. Mana ada pegawai swayalan yang beginian, kecuali dia.
"Keren kacamatanya, Bang ...." Sarah memuji.
Andi mengangguk. "Iya, makasih."
Scanner mulai berfungsi. Ternyata Andi kurang pas ngedeketin barang belanjaannya, jadi scanner enggak bisa ngebaca barcode-nya.
"Bang, kakak itu kok cantik banget ya. Sampe-sampe pacar aku betah di sini."
Andi langsung menatap Sarah. "Ah, masa? Bisa jadi kan pacarnya cuma gabut ke sini."
"Ah, enggak mungkin. Aku tahu banget gimana pacar aku. Pasti ke sini karena ngelihat kakak cantik itu." Sarah melipat tangan. "Emangnya aku kurang cantik ya?"
"Oh, enggak. Neng cantik banget. Sumpah!" Andi menggeleng. "Enggak mungkin pacarnya Neng berpaling dari Neng."
"Kadang aku kepikiran kaya gitu, Bang. Apa aku kurang cantik ya dari cewek-cewek yang pernah dia kenal. Soalnya dari semua cewek yang dekat sama dia, cuma aku yang agak jelekan gini. Tomboy lagi ...."
Lah, kok jadinya curhat gini, ya? Andi mulai sedih ngedengerin cerita Sarah. Bagaimana bisa Sarah kepikiran seperti itu. Padahal kan selama ini Andi enggak pernah memandang fisik Sarah. Sarah kan enggak jelek, masih bisa dimasukin ke kategori cewek cantik. Cinta Andi ke dia benar-benar tulus.
"Saya yakin pacarnya Neng enggak kaya gitu." Andi membungkus belanjaan Sarah sembari ngelihat jumlah pembayaran yang ada di layar komputer. "Dua puluh dua ribu, Neng."
Tangan Sarah menyambut belanjannya yang terdiri dari rokok, susu indomilik, serta mie isi dua.
"Mungkin aku terlalu jahat ya bang sampe-sampenya kepikiran kaya gitu?"
Andi diam sejenak, meratapi apa yang selama ini ia lakukan. Padahal kan dia enggak ada lagi dekat-dekat sama cewek lain. Ia aneh kenapa Sarah bisa berpikir seperti itu.
"Enggak, Neng. Cemburu itu wajar dan pertanda Neng cinta banget sama dia. Tapi, Neng harus terus berpikiran positif."
Kepala Sarah mengangguk. "Makasih, ya Bang. Maaf sebelumnya aku jadi curcol kaya begini. Soalnya lagi galau juga. Akhir-akhir ini dia kurang perhatian."
Tidak ada sepatah kata pun yang bisa Andi katakan lagi. Ia hanya melihat Sarah pergi dengan rasa bersalah di dalam hatinya. Mungkin saja Andi sudah melakukan hal yang membuat Sarah kecewa. Padahal, ia sama sekali tidak pernah ingin membuat wanita itu kecewa.
Tampak Kevin dengan wajah lega abis menyelesaikan hajat yang tadi tidak terselesaikan. Ia tersenyum melihat Andi yang tampak bersedih hati karena mendengarkan perkataaan dari Sarah barusan.
"Sumpah .... Tadi nikmaaaaaat banget!" Kevin melebarkan tangannya kepada Andi. "Makasih─"
Wajah Kevin langsung ditempelin seragam oleh Andi.
"Kenapa lo?" tanya Kevin.
Tangan Andi tampak membuka pintu. "Gue harus pergi sekarang."
Sepuluh menit kemudian Andi tiba di rumah Sarah. Perlahan ia membuka pagar rumah dan mendapati Sarah sedang menikmati mie isi dua di depan teras. Seperti tidak ada yang terjadi, Sarah tersenyum senang melihat Andi yang datang tiba-tiba. Sangat jarang sekali Andi ke rumah tanpa mengabari dirinya terlebih dahulu.
"Eh si jibang datang," ucap Sarah tanpa malu-malu. "Ngapain ke sini?"
Ni anak memang enggak ada malu-malunya dikit. Sama pacar sendiri kaya sama temen satu main.
"Ya mau ketemu elo," balas Andi. "Gue mau bilang sesuatu."
"Bilang apa?"
Andi memeluk Sarah dengan erat. "Gue minta maaf karena selama ini gue kurang perhatian sama lo."
"Lo mabok antimo?" Sarah melepaskan pelukannya. Bisa-bisa mereka bakal diarak satu kampung kalau ketahuan pelukan begini. Disangkain mau mesum.
"Antimo terlalu lemah bikin gue mabuk." Pelahan tangan Andi mulai merenggang.
"Trus yang bikin lo mabuk apa?"
"Cinta gue ke elo." Andi tersenyum licik.
Vangsat sekali gomvalan lo ***** ...., ucap Sarah dalam hati.
"Gue serius Andi ... lo kesambet kuntilanak pohon yang besar itu ya." Sarah meruju ke sebuah pohon besar yang berada di dalam komplek mereka. "Udah gue bilang, setannya jangan dikata-katain."
"Gue serius, gue mau minta maaf aja. Gue sadar kalau selama ini gue agak kurang perhatian."
"Enggak, kok. Gue enggak ngerasa begitu," balas Sarah.
Kepala Andi menggeleng. Ia tahu Sarah berbohong. "Mungkin lo enggak, tapi gue ngerasain itu."
Sarah bergeming sesaat. Ia tidak menjawab pernyataan Andi. Benar, selama ini Andi lebih sering sibuk dengan duniannya sendiri. Komunikasi mereka jadi agak kurang, trus Andi sering lama ngebalas chat gara-gara nonton anime sampe pagi. Jiwa kewibuan Andi merenggut perhatiannya kepada Sarah kali ya .....
"Lo itu sering nonton anime. Emang cewek-cewek anime itu bisa bikin lo bahagia apa? Trus, lo sering ngabaikan gue di kelas. Kan gue pingin banget tuh berdua sama lo, eh lo malah milih pergi sama temen-temen lo. Sesekali aja napa. Semua orang kan udah tahu kalau kita pacaran. Kalau dulu sih bisa aja karena kita pacarannya diam-diam."
"Makanya itu, gue minta maaf." Tangan Andi menggapai tangan Sarah.
Mata Sarah tampak berkaca-kaca, namun ia tidak ingin lebih dari itu. Andi hanya mengenal dirinya yang tangguh dan sama sekali tidak ingin menunjukkan hal-hal yang lemah.
"Tapi lo harus berubah, ya. Jangan kebanyakan nonton bokep, nonton anime, nonton bola di pos ronda karena bakal bikin lo begadang, jangan kebanyakan makan mie kaya gue karena bakalan bikin lo usus buntu. Usus lo lemah dari gue."
Andi mengangguk. "Oke, gue bakalan perlahan menjadi lebih baik."
Senyum mereka beradu di lambaian cahaya lampu teras yang redup. Suara serangga bersahutan merdu mengiringi betapa manisnya kisah mereka berdua malam ini. Bahkan, cicak yang pengen eue di dinding malah pergi karena ngerasa terganggu.
Hidung Sarah mencium sesuatu yang familiar.
"Wangi lo kok sama ya sama wangi abang-abang Indoapril yang di depan?"
"..........................."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Trista Fajar Wulandari
aku mampir nih Thor
mampir dikarya ku juga ya
"perjodohan yang indah"
2020-06-23
0
TtehYuyun RarSka
buahaha baru sasar indoapril indomaret
2020-06-23
1