"Wa_wa'alaikum salam, masya Allah Umi. I_ini beneran Umi?" jawab Ziya, tersenyum haru saat melihat sang ibu kini ada di dalam kamar nya.
Melihat wajah putrinya yang pucat dan basah karena keringat. Umi Aisyah pun mempercepat langkahnya agar segera mendekat ke arah Ziya yang masih duduk lemas di atas ranjang.
"Ya ampun. Kamu kenapa Nak? Kenapa wajahmu pucat sekali?" tanya Umi Aisyah setelah berada di samping putrinya, Ziya.
"Ziya tidak tahu Umi. Dari semalam, Ziya pusing dan juga mual. Ziya juga terus muntah sampai tubuh Ziya lemas seperti ini," jawab Ziya jujur.
"Sabar ya sayang. Sebentar lagi Dokter Ella datang untuk memeriksa keadaanmu,"
"Iya, Umi. Maaf jika Ziya sudah merepotkan Umi,"
"Tidak, Nak. Kamu tidak sama sekali tidak pernah merepotkan Umi ataupun mendiang Abi mu. Sakit adalah hal yang sangat wajar, dan sebagai orang tua, Umi wajib memberikan apa yang kamu butuhkan untuk sembuh,"
"Iya, Umi. Terima kasih. Kak Zira, Kakak juga datang?" lanjut Ziya, langsung menyapa sang Kakak begitu melihat wanita berhijab dengan pakaian sedikit lebih modis itu berdiri tidak jauh dari ranjang yang sedang dia tempati.
"Eemm." jawab Zira, hanya dengan sebuah deheman saja.
Selama ini hubungan Ziya dan juga Zira memanglah tidak terlalu baik layaknya kakak dan adik pada normalnya.
Ziya yang selalu lebih unggul segala galanya dari Zira membuat wanita berusia 28 tahun itu kerap di landa rasa cemburu dan iri hati.
Itu lah, yang membuat hubungan kakak beradik itu renggang. Apalagi, Zira kerap bersikap dingin dan juga ketus saat bersinggungan dengan adiknya semakin membuat keduanya bak orang asing saja, meski mereka adalah saudara kandung.
"Ting..."
"Tong..."
Obrolan ke tiga nya pun terpaksa terhenti saat terdengar suara bel pintu rumah berbunyi. Dengan segera Bi Inah pun keluar dari kamar Ziya untuk melihat siapa yang datang.
"Saya pamit ke bawah dulu ya Bu. Saya mau lihat siapa yang datang. Semoga saja Dokter yang tadi Ibu hubungi," pamit Bi Inah kepada Umi Aisyah.
"Iya, Bi. Silahkan dan terima kasih atas bantuan nya,"
"Iya, sama sama Bu. Jangan sungkan, karena itu sudah jadi tugas saya."
Bi Inah pun segera keluar dari kamar Ziya, lalu turun ke lantai bawah untuk melihat siapa yang datang.
Kreekkkk...
"Permisi. Apa benar ini rumah mah Pak Dirga?" tanya seorang wanita berusia matang, saat Bi Inah membukakan pintu rumah untuknya.
"Maaf, anda siapa ya?" tanya balik Bi Inah.
"Perkenalkan, nama saya Ella dan saya dokter yang tadi di hubungi oleh Umi Aisyah untuk memeriksa keadaan Ziya," jelas dokter Ella.
"Oh iya, Dokter. Mari silahkan masuk, Dokter sudah ditunggu di kamar Nyonya Ziya."
Bi Inah pun langsung mempersilahkan dokter Ella masuk ke dalam rumah majikan nya setelah tahu jika wanita yang datang itu adalah dokter yang tadi di hubungi oleh Umi Aisyah.
"Iya, terima kasih,"
"Mari Dokter, ikut saya."
Dokter Ella pun segera mengikuti Bi Inah yang menuntun nya menuju ke lantai atas. Dimana Ziya serta Umi Aisyah dan juga kakaknya Zira, tengah menunggu kedatangan nya di sana.
Setelah beberapa saat, Bi Inah dan dokter Ella pun akhirnya tiba di depan kamar Ziya. Sebelum masuk, Bi Inah pun mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Tok..."
"Tok..."
"Masuk." seru Umi Aisyah, mempersilahkan tamu nya untuk masuk.
Setelah di persilahkan untuk masuk, Bi Inah pun segera membawa masuk dokter Ella ke dalam kamar Ziya. Agar bisa segera memeriksakan keadaan Ziya saat ini.
*
*
Dua Jam Kemudian.
Dirumah sakit.
"Tidak Umi, Ziya mohon. Tolong, tetap rahasiakan kehamilan Ziya dari Mas Dirga." Ucapan itu terdengar begitu lirih dan begitu memilukan.
Dimana seorang wanita yang tengah hamil muda, memohon kepada ibu nya untuk merahasiakan kehamilan nya dari pria yang baru saja menjatuhkan talak kepada dirinya beberapa menit yang lalu, melalui sambungan telepon.
Iya, lewat sambungan telepon. Karena saat ini Ziya baru saja mengakhiri sambungan telepon antara dirinya dan juga Dirga.
Ziya tidak menyangka jika Dirga menghubunginya untuk pertama kalinya selama mereka menikah. Ternyata itu adalah telepon terakhir dari pria itu juga.
Pasalnya, Dirga baru saja menjatuhkan talak kepada Ziya lewat sambungan telepon barusan. Niat hati ingin mengabarkan kabar bahagia kehamilannya.
Akan tetapi, Ziya malah lebih dulu diberi kabar buruk oleh Dirga lewat kata talak yang pria itu jatuhkan tepat disaat Ziya di nyatakan hamil oleh dokter obgyn yang baru saja memeriksakan keadaan nya dirumah sakit.
Dua jam sebelumnya, dokter Ella menyarankan untuk segera membawa Ziya kerumah sakit karena saat dokter Ella memeriksa keadaan Ziya. Ternyata Ziya mengalami dehidrasi yang mengharuskan wanita itu untuk di infus.
Belum lagi, diagnosa perihal kehamilan Ziya saat ini membuat dokter Ella pun langsung membawa Ziya kerumah sakit agar diperiksa lebih lanjut lagi oleh dokter ahlinya.
Ternyata, benar saja. Saat ini Ziya dinyatakan hamil 5 minggu oleh dokter obgyn yang saat itu di mintain bantuan nya oleh dokter Ella.
Sayang nya, bertepatan itu juga. Kabar buruk di berikan oleh Dirga. Karena pria itu menjatuhkan talaknya tepat setelah Ziya di nyatakan hamil.
"Tapi ini tidak benar Ziya. Kalian tidak boleh bercerai disaat kamu sedang hamil anaknya, perceraian kalian tidak akan sah," Jawab Umi Aisyah yang tidak kalah lirih dengan suara Ziya.
"Tapi, Mas Dirga sudah menjatuhkan kata talak Umi. Apalagi, saat ini Mas Dirga juga tidak pernah ingat kalau kami pernah bersetubuh. Jadi, Ziya pikir lebih baik Mas Dirga tidak pernah tahu akan hal ini dari pada hal ini akan menimbulkan fitnah nantinya," jelas Ziya, yang seketika itu juga membuat Umi Aisyah tersentak kaget.
"Apa maksudmu dengan Dirga tidak pernah tahu kalau kalian pernah bersenggama, Ziya? Tolong, katakan yang lebih jelas lagi." lanjut Umi Aisyah yang membuat Ziya mau tidak mau akhirnya mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Ziya dan juga Dirga selama ini.
"Astaghfirullah al adzim." lirih Umi Aisyah setelah mendengar semua cerita tentang kisah pernikahan Ziya dan juga Dirga. Lengkap dengan kontrak pernikahan yang sudah Ziya dan Dirga tanda tangani tepat dimalam pernikahan mereka.
Umi Aisyah terus saja beristigfar sambil mengusap usap dadanya yang terasa sesak setelah tahu apa yang terjadi pada pernikahan putrinya. Wanita paruh baya itu tidak menyangka jika pernikahan yang diatur oleh mendiang suaminya untuk putri bungsunya itu akan berakhir nestapa.
Belum genap satu tahun pernikahan itu berjalan, putrinya sudah dijatuhi talak oleh pria yang dipilih oleh mendiang Abi Samsul untuk mengambil alih tanggung jawab akan hidup putrinya, Ziya.
Dan yang lebih memilukan adalah, Ziya ditalak oleh suaminya dalam keadaan hamil. Sungguh, sebuah nestapa bagi seorang Ziyana Syahira. Meski begitu, Ziya bertekad akan membesarkan anaknya meski tanpa sepengetahuan Dirga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Imas Maryatin
Mgkn bibi yg ngasih tahu Dirga klo ziya hamil.
dan Dirga kepikiran ziya selingkuh karena ga berasa pernah campur..
2024-12-24
0
Mamahnya Rizka
mewek 😭 berat bgt ujian ziya
2025-02-14
1
Budi Paryanti
😭😭😭 jadi ikut baper thor, gimana pedih dan sakit xa perasaan ziya saat ini, ziyawanita sholeha yg tangguh.... untung xa ziya memiliki pondasi iman dan agama yg kuat hingga saat terpuruk pun dia selalu berserah diri pada Alloh karna dia yakin akan kebesaran dan kuasa Alloh atas diri xa dan semua yg terjadi dalam hidup xa juga atas izin Alloh agar ziya makin kuat dan taat dalam beribadah dan ziya yakin Alloh akan menolong xa lepas dari kesulitan dan penderitaan serta meraih bahagia yg hakiki
2025-01-15
2