BLASH
TEET..TEET..TEET…
Bel istirahat berbunyi. Para siswa yang tadinya duduk rapi di dalam kelas, kini berhamburan keluar. Ada yang pergi ke toilet, ada yang pergi ke ruang guru untuk menyerahkan tugas ( yang ini pastinya seorang ketua kelas ), dan yang paling banyak dituju para siswa adalah kantin.
Juna menghembuskan napas perlahan sambil mengeluarkan sekotak susu yang ada di saku celananya, dia ambil satu dari sekian banyak kotak susu yang ada di lemari esnya. Tempat duduknya berada di pojok dekat cendela. Dia sengaja memilih karena dari situ dia bisa memandangi langit yang amat ia sukai. Dan dari situ pula Dia dapat memperhatikan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh teman kelasnya.
“Cerah.” Katanya pelan.
Hari ini langitnya tampak begitu cerah, lebih tepatnya panas. Mungkin jika Dia keluar dari kelas, tubuhnya akan terasa terbakar. Begitu pikirnya. Tak ada burung yang berlalu lalang di langit. Mungkin mereka juga menghindari suhu udara yang terasa menyengat ini.
Namun hilir angin yang tak begitu kencang yang dapat Dia rasakan dari tempat duduknya, mampu membuat kelopak matanya tak dapat dihentikan agar tak menutup. Sambil mendengar suara daun bergesekan, lengkap sudah matanya semakin menutup.
“Hei teman-teman!”
Juna yang baru saja terlelap, kaget mendengar suara seseorang yang berteriak di sampingnya. “Ngagetin aja sih!” Juna mengendus sebal.
“E-eh m-maaf.” Dia tampak takut dengan gertakan Juna barusan, kemudian berlari menuju teman-temannya yang sedang duduk bergerombol di bangku depan.
“Hei, kalau bisa jangan dekat-dekat dia.” Bisik seorang temannya.
“Eh.. kenapa ?” Tanya gadis yang tadi teriakannya menyagetkan Juna.
“Kau tau sendiri kan barusan, sikapnya amat buruk. Guru-guru pun merasa kesusahan dengan sikapnya yang menyebalkan itu. Dan dia seperti orang gila.” Kata temannya yang lain.
“Hei, aku mendengar perkataan kalian lo.” Batin Juna.
“Tapi kan.. dia juga teman kita.”
Salah satu temannya memukul kepala gadis itu. “Kau ini memang polos banget ya.” Teman-temannya tertawa bersamaan.
“Dasar menyebalkan.” Umpat Juna.
Bisa-bisanya mereka membicarakan seseorang dengan berada di tempat yang sama dengan seseorang itu. Gadis yang tadi berteriak di samping Juna takut-takut melirik padanya. Bodoh. Juna kembali menatap cendela sambil menyesap susu.
“Hei Airi, kau dengar tidak kabar burung baru-baru ini ?”
“Apa Sel ?”
“Itu loh, pacar ketua Osis. Katanya sih dia dapat terror pesan dari nomor yang tak dikenal. Dia diancam agar putus dengan ketua Osis.” Kata Sela.
“Dari mana kau dengar berita itu ?” Tanya temannya yang lain.
Sela diam sejenak. “Kalian kudet banget ya. Sampai-sampai berita yang lagi hot itu tak dengar ke telinga kalian.”
“Wah.. kejam sekali si peneror itu. padahal menurutku mereka serasi banget. Si ketua Osis yang tampan, tampak tegas dan berwibawa. Pacarnya juga cantik, kalem, tampak keibuan.” Kata Airi. Gadis yang teriak disampingku tadi.
“Iya juga. Aku selalu terpesona ketika melihat mereka jalan bareng.”
“Benar!!”
“Eh ya gak banget deh. Si Namira pacarnya ketua Osis itu kelihatan kegatelan banget.” Kata Sela ketus. “Gimana bisa cewek yang biasa-biasa aja itu jadi pacarnya ketua Osis. Pasti dia melakukan sesuatu. Bukankah lebih baik kalau ketua Osis jomblo aja biar dia fokus dengan jabatannya. Kalau begini kan, dia harus memperhatikan pacarnya juga.”
Teman-temannya diam mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Sela.
UHUK!
Juna tersedak. Mereka yang sedang menggosip di depan kelas sontak menoleh pada Juna. Juna tersenyum.
“Hiiyy merinding.” Kata salah seorang dari mereka.
“Lalu sebaiknya kita dukung siapa nih ? Namira atau si peneror ?” Tanya Airi.
“Ya jelas si peneror lah.” Jawab Sela cepat. “Kalian mau, punya ketua Osis yang tidak bertanggung jawab sama pekerjaannya ?”
“Iya juga yah.”
“Tuh kan.”
“Jelas sekali kalau kau adalah si peneror itu. Sela. Kau sebenarnya suka dengan ketua Osis sejak awal dan tak terima ketika mendengar ketua Osis itu jadian dengan seseorang. Kau mempengaruhi mereka agar mereka ikut membenci Namira, hujatan dan terror dari orang-orang akan membuat Namira stress kemudian memutuskan hubungannya dengan sang ketua Osis. Dari situ lah kau mulai mengambil langkah mendekati sang ketua Osis. Kalian berdua bersahabat sejak kecil kan, makanya kau begitu posesif terhadap ketua Osis itu, tak ingin dia dimiliki oleh siapapun kecuali dirimu. Mereka semua juga terlalu bodoh, mau aja terjerumus ke dalam rencana busuk Sela.”
Juna tertawa terbahak-bahak. Mereka sontak menatap Juna. Lagi. Juna tak peduli, dia hanya ingin tertawa melihat sandiwara yang dibuat oleh Sela si pengecut itu.
“Tuh kan.. dia beneran gila.”
***
TEET.. TEET.. TEET...
Waktunya pulang pun tiba. Para siswa mengemasi barang-barangnya, dimasukkan dalam tas masing-masing. Kecuali Juna. Dia masih asyik menatap jendela sebelum dia menggalkan spot favoritnya itu. Hingga semua siswa pulang dan hanya menyisakan Juna yang masih berada di dalam kelas, Juna baru beberes memasukkan buku pelajaran yang ada di bangkunya ke dalam tas. Ini adalah kebiasaan rutinnya.
Langkah gontainya menuju parkiran sepeda yang terletak di belakang gedung sekolah. Melewati lapangan tengah tempat dimana tim basket biasanya berlatih. Namun hari ini sepi, mungkin bukan jadwal latihan rutinnya. Hari ini koridor kelas pun juga tampak sepi.
“Aku suka padamu. Maukah kau.. pacaran denganku ?”
Juna yang memasuki area parkir mendapati dua orang muda mudi yang sedang mengungkapkan pernyataan cinta. Juna sama sekali tak peduli, Dia tetap lanjut berjalan di depan mereka. Sang gadis tampak terkejut malu ketika melihat Juna. Langkah Juna terhenti sejenak beberapa detik, kemudian dia melanjutkan berjalan.
“M-maaf.. tapi.. aku belum boleh pacaran sama orang tuaku.” Kata sang gadis sebelum lari meninggalkan laki-laki yang menembaknya.
“Bodoh. Alasannya sama sekali tak rasional.”
***
“Selamat pagi anak-anak. Kami dari pihak sekolah meminta bantuan kalian semua. Kalian tau Indy teman kelas kalian kan ? sejak dua hari yang lalu dia tidak masuk sekolah. Pagi tadi kami mendapat kabar dari orang tuanya, ternyata Indy menghilang sejak dua hari yang lalu. Pihak orang tua sudah berusaha menghubungi polisi dan baru sempat sekarang, mereka mengabari pihak sekolah. Barangkali dari kalian ada yang bersamanya sebelum Indy menghilang, kalian bisa langsung datangi saya atau pak kepala sekolah.”
Seisi kelas dibuat gaduh oleh kabar buruk yang di sampaikan wali kelas pagi ini. Mereka sibuk berbicara satu sama lain, beberapa juga ada yang memberi kesaksian pada wali kelas. wajah mereka tampak khawatir, takut. Khawatir bahwa seorang temannya telah hilang atau takut mengaku karena memang terlibat oleh hilangnya Indy.
Juna menguap terus sejak tadi. Tangannya mengetuk-ngetuk bangku, sambil memperhatikan kegaduhan yang terjadi di kelasnya. Ekspresi yang ditunjukkan oleh teman-temannya, sungguh membuat Juna tertarik.
“Kabar bagus nih.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Anijah 2020
udah mampir kk
2022-01-16
0
Nona Bucin 18294
hai kak aku mampir salken dari Mama muda 😊💜😊
2021-08-05
0
Eurika Kartika Diana
udah kaya baca novel cetak beneran. karya karyanya bahasanya pas dan tepat semua!!!! makasiihhh thor,akhirnya aku menemukan novel yg pake bahasa rapi kayak gini
2021-07-22
1