Maaf Dari Nek Siti

Lima bulan berlalu sejak Aluna dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan mereka yang baru. Jaraknya hanya sekitar setengah kilometer dari rumah tante Nur yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Sore ini Aluna dan teman-temannya tengah asik bermain lompat tali di depan teras rumah. Maya dan Reni memegangi tali, sedangkan Aluna adalah pemain yang melompat. Ketiga gadis itu tertawa riang sambil terus bermain secara bergantian. Hanya ada satu orang gadis yang tampak murung dan hanya berdiri saja menatap tajam Aluna.

Yola namanya. Ia adalah gadis yang paling tidak senang dengan kepindahan Aluna ke lingkungan mereka tinggal. Gadis itu merasa dengan adanya Aluna membuat is dan teman-temannya menjadi renggang. Yola menganggap bahwa Aluna telah merebut teman-temannya karena mereka kini tampak lebih akrab dengan Aluna dibandingkan dirinya.

Terlebih Maya adalah teman sekelas Aluna di sekolah. Jadi ketika Aluna pindah dan tinggal persis di samping rumah Maya, gadis itu adalah orang yang paling bahagia dan paling sering bermain dengan Aluna. Hingga setiap Yola mengajak Maya untuk bermain, pasti Maya akan selalu mengajak Aluna untuk ikut bermain bersama. Seperti hari ini.

Tadinya Yola dan Reni akan mengajak Maya untuk bermain lompat tali di rumahnya, namun Maya justru mengajak mereka untuk bermain di teras depan rumah Aluna saja karena Aluna tidak diizinkan untuk bermain di luar rumah dulu karena mereka masih baru di lingkungan tersebut.

"Assalamualaikum." Aluna membeku ketika melihat orang yang baru saja mengucapkan salam. Bahkan mereka kini tersenyum ramah ke arahnya. 'Haiiss. Ngapain sih mereka kesini.' batin Aluna kesal.

"Waalaikumsalam." jawab para gadis serempak, kecuali Aluna. Gadis itu masih terdiam menatapi Nur, Nurman, Devan, dan juga Fera yang berada di gendongan ayahnya. Entah apa yang membawa mereka tiba-tiba datang berkunjung ke rumahnya.

"Nenek kamu ada?" tanya Nur lembut. Nur bersikap tidak seperti biasanya. Nur yang Aluna kenal mana pernah berbicara dengan nada selembut ini kepadanya. Nur yang biasanya akan selalu membentak dan memukul Aluna. Aluna yakin, tantenya hanya berpura-pura lembut dan ramah karena ia kini tengah bersama dengan teman-temannya.

Aluna memalingkan wajah tanpa menjawab pertanyaan sang tante. Gadis itu memilih untuk mengabaikan saja tamu yang datang berkunjung. Ia memilih untuk lanjut bermain dengan temannya saja.

Nur dan suaminya tidak ambil pusing dengan perlakuan Aluna terhadap mereka. Meskipun hatinya kesal karena kini Aluna seolah tak lagi takut kepadanya, namun ia mencoba untuk bersikap biasa saja karena memang tujuannya darang hari ini adalah untuk merayu, bukan untuk memarahi ataupun memaki Aluna seperti biasanya.

Nur dan keluarganya akhirnya memasuki rumah bercat biru langit yang berukuran enam kali sepuluh meter tersebut. Rumah itu terdiri dari ruang tamu yang berukuran dua kali tiga dan dua buah kamar yang masing-masing berukuran tiga kali empat. Rumah itu memang tak sebesar rumah Nur. Namun rumah itu terasa nyaman dan sejuk.

"Assalamualaikum bu." Nur menyalami nek Siti yang tengah menganyam tikar di ruang tamu seraya menonton TV. Sebenarnya nek Siti tidak sempat menatap layar yang menampilkan acara gosip tersebut karena harus fokus pada anyaman tikarnya. Hanya saja nek Siti sengaja menyalakannya agar tidak merasa bosan. Jadi kalau dirasa agak jenuh dengan kegiatannya, nek Siti tinggal menonton saja apa yang ada di layar tersebut.

"Waalaikumsalam." jawab nek Siti datar.

"Bu." Nurman mendekat dan turut menyalami mertuanya.

"Gimana bu kabarnya? Sehat?" tanya Nur basa basi. Suaranya begitu lembut medayu-dayu.

"Baik." nek Siti mendengus. Jawabannya begitu ketus.

Sedangkan Aluna yang moodnya jadi memburuk akibat kedatangan Nur sekeluarga, sudah tidak lagi berminat untuk bermain. Gadis kecil itu turut masuk ke dalam rumah dan duduk bersandar di bahu neneknya.

***

Aluna menatap tajam dua orang dewasa yang kini sudah mulai tersenyum lega. Tidak seperti awal pertama datang wajah kedua orang tersebut begitu memelas. Kini mereka tampak lebih semringah. Karena telah mendapatkan maaf dari Nek Siti

Nur yang wajahnya begitu kusam dan matanya begitu cekung dan berkantung memohon kepada nek Siti agar beliau mau kembali untuk tinggal di rumahnya.

Wanita itu merasa dengan kehadiran nek Siti berserta para cucunya lumayan membantu meringankan pekerjaannya mengurus rumah serta keluarganya. Karena selama tinggal di rumah Nur, bahkan nek Siti yang sudah renta pun masih turut andil untuk membantu memasak dan berbelanja serta mengemong Fera, sang cucu bungsu.

Jadi jelas terasa bagaimana kewalahannya Nur selama mereka tidak lagi tinggal di rumah wanita tersebut. Meskipun sebelumnya tidak lebih dua bulan mereka tinggal di rumahnya, namun jelas terasa hampir semua pekerjaan rumah Nek Siti dan para cucunya lah yang telah mengurus rumahnya. Bahkan bisa dikatakan bahwa Nur sama sekali tidak mengerjakan apapun, hanya melayani suaminya di ranjang dan menyusui Fera saja.

Sedangkan yang memandikan, memberi makan, menyetrika baju, mengantar anaknya ke sekolah, dan lain-lain itu nek Siti atau Amel yang mengerjakan.

Apalagi kini Nur dan suaminya sudah sangat jarang makan ayam, ikan, dan daging. Karena gaji suaminya bahkan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan dapur mereka sehari-hari. Nur akhirnya kini menyadari bahwa memang nek Sitilah yang selama ini selalu melengkapi bahan-bahan dapur hingga mereka tidak pernah kekurangan.

Tanpa malu, Nur terus mendesak sak ibu agar mau diajak kembali ke rumahnya. Aluna yang mendengus kasar menunjukkan tampang tak sukanya mendengar rengekan sang tante.

Nek Siti tampak biasa saja. Ia sama sekali sudah tak ada niatan untuk kembali tinggal di rumah anak bungsunya itu. Kalau hanya sekedar berkunjung saja dan menginap selama satu atau dua malam mungkin nek Siti tidak keberatan, namun jika harus kembali menetap di sana, rasanya nek Siti sudah kapok dan tidak akan mengulang yang kedua kali.

Namun Nur dari dulu berwatak keras dan tidak mau dibantah atau ditolak keinginannya. Dia akan terus memasak sampai apa yang dia kehendaki terwujud.

"Nanti coba ibu diskusikan dulu sama abang kamu, ya." ucap nek Siti.

Raut wajah Nur berubah cemberut, "Kalau nunggu abang, mau sampai kapan bu? Kan si abang gak jelas kapan pulangnya." tutur Nur keberatan.

Rasanya ia sudah tak sanggup jika harus menunggu Aris kembali dan berdiskusi dulu dengan Nek Siti. Mengingat Aris yang pada hari itu begitu marah. Bahkan sampai memutuskan tali persaudaraan diantara mereka dengan entengnya. Nur yakin, sudah pasti Aris tidak akan mengizinkan ibu dan anak-anak gadisnya kembali ke rumah itu.

Nek Siti tergugu melihat tampang memelas Nur. Apalagi sekarang anak bungsunya itu menampilkan wajah penuh harap seolah benar-benar membutuhkan ibunya.

Tapi mau bagaimana lagi, nek Siti tidak mungkin meninggalkan rumah kontrakan tanpa sepengetahuan sang putra untuk yang kedua kalinya.

"Mau bagaimana lagi, ibu tidak mau membuat abang-mu marah. Kamu tenang saja, ya. Mungkin dalam minggu ini Aris akan pulang, kan sudah hampir tiga bulan juga abang-mu itu berangkat." terang nek Siti.

"Hhmm. Pasti bg Aris gak akan mau izinin ibu sama anak-anak tinggal di rumah aku lagi, bu. Mending sekarang ibu sama para keponakanku langsung pindah aja lagi ke rumah. Nanti pasti bg Aris gak akan bisa apa-apa lagi kalau ibu udah terlanjur balik ke rumah kami." Nur terus mendesak ibunya.

"Ayolah bu, yuk lah pindah ke rumah kami lagi. Aluna, ayuk kita ke rumah tante lagi, yuk." bujuk Nur seraya membelai kepala Aluna.

"Aku gak mau, nek. Nanti pasti disana aku dimarah-marahin, dipukulin, dan di suruh-suruh lagi. Gak mau pokoknya." bisik Aluna di telinga nek Siti. Gadis itu takut jika menolak tantenya secara langsung. Namun hal itu tak luput dari mata elang Nur yang menatapnya nyalang seolah mengancam anak itu.

"Kamu tenang aja, Lun! Tante gak akan mukul kamu lagi kok." bujuk Nur lagi dengan suara lembut yang dibuat-buat. Tampak jelas kepalsuan dari manik matanya.

'Aduh. Dia dengar lagi. Bisa-bisa aku dicubit nih.'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!