"Maaf ya karena sudah merepotkan mu" kata Gion.
"Nggak masalah. Aku pulang dulu ya, jangan lupa perban mu harus di ganti tiga kali sehari."
Aleta keluar dari kamar tersebut. Ia terkejut karena berpapasan dengan Brian.
"Kenapa kamu keluar dari sana?"
"Oh itu, tadi ada sedikit masalah sama Gion."
"Gion, siapa?"
"Tetangga baru kita. Tadi dia mengalami kecelakaan jadi aku membantu mengobati lukanya." Kata Aleta sambil menekan sandi pada pintu apartemennya.
Aletta masuk ke dalam, diikuti oleh Brian dari belakangnya.
Aleta menaruh tasnya di atas sofa dan langsung berjalan ke arah dapur.
"Kamu mau makan apa?"
"Aku nggak mau makan."
Aleta tahu bahwa saat ini suaminya lagi merajuk padanya. Tapi ia tidak peduli. Ada cara lain untuk membujuk suaminya itu. Aletta segera mengambil bahan makanan di dalam kulkas, dan dengan gesit membuat olahan makanan yang cukup simpel. Ia berencana membuat mie kari ayam untuk mereka berdua.
"Sayang kamu nggak boleh sembarangan masuk ke kamar orang asing." Kata Brian sambil memeluk istrinya yang sementara masak.
"Aku cuman membantunya kok, nggak lebih. Apakah kamu tega membiarkan seseorang yang terluka di hadapanmu dan pergi begitu saja, berpura-pura tidak lihat dan tidak tahu dengan apa yang dialaminya."
"Iya aku tahu, menolong orang yang dalam kesulitan itu penting. Tetapi dia kan punya keluarga, dia bisa minta tolong ke keluarga nya."
"Mas, dia itu orang tuanya sudah meninggal. Dia tinggal sendiri dan nggak ada keluarga yang membantu nya."
Brian terdiam mendengar penjelasan istrinya.
"Aku nggak tahu."
"Itulah mas, penting bagi kita untuk mencari tahu sebelum berucap. Takutnya nanti menimbulkan kesalahpahaman."
Brian melepaskan pelukan dari sang istri dan duduk di kursi meja makan.
"Mas harus percaya sama istrimu ini oke. Aku nggak bakalan macam-macam kok. Karena orang yang aku cintai itu adalah kamu."
"Aku sangat percaya sama kamu, tetapi tidak dengan para tetangga, dan juga dia adalah orang asing yang baru kamu kenal kemarin."
"Justru menjalin hubungan dengan orang baru juga adalah hal yang baik. Kedepannya juga kita akan bertemu terus dengannya. Tidak baik mengabaikannya apalagi apartemen kita bersebelahan. Terserah dengan tetangga mau bergosip apa, asalkan kitanya saja yang nggak termakan omongan mereka. Dan apa yang kita lakukan, tidak sama dengan pikiran negatif mereka itu."
Aleta meletakkan masakannya di atas meja. Dua mangkuk mie kari ayam.
"Kamu mau makan nggak, kalau nggak aku simpan di dalam kulkas."
"Eh aku mau makan, karena mencium aroma wangi masakanmu aku jadi lapar."
Mereka menyantap makanan bersama-sama sambil melanjutkan obrolan.
"Oh iya sayang, bagaimana kondisi tubuh kamu akhir-akhir ini?"
"Sudah lumayan sih mas, aku bahkan sudah jarang mimpi buruk."
"Kalau kamu merasa ada yang aneh, segera beritahu aku. Biar kita langsung ke dokter Gita."
"Iya. Tapi aku merasa sudah semakin jarang menyerangku."
"Berarti tandanya kamu akan segera sembuh."
"Amin."
Sejak kecil Aleta sering mengalami mimpi buruk yang sewaktu-waktu bisa membuat dirinya sakit parah, entah mimpi seperti apa yang membawa trauma buruk padanya. Karena ia sendiri tidak mengingat dengan jelas seperti apa mimpinya. Dokter Gita sendiri adalah seorang dokter psikiater. Dokter Gita telah menjadi dokter psikiater bagi Aleta, dari dirinya duduk di bangku SMP. Kasus pada Aleta sendiri, telah terjadi sewaktu ia memasuki usia 8 tahun, karena dirinya pernah mengalami kecelakaan yang parah. Tetapi ayahnya tidak pernah memberitahu kan dirinya, kecelakaan seperti apa itu. Setelah kecelakaan itu terjadi, ia mulai mengalami mimpi buruk yang bisa sampai mempengaruhi kesehatan fisiknya. Ibu dan ayahnya berusaha mengantarnya berobat ke berbagai rumah sakit, namun hasil nya tetap sama. Mereka akan mengatakan itu demam biasa dan hanya perlu dirawat beberapa hari saja tanpa tindakan lain. Sampai suatu hari ayahnya mendapatkan saran dari temannya untuk membawa Aleta ke seorang dokter psikiater. Ayahnya sempat menolak, karena ia merasa anaknya tidak gila dan mentalnya baik-baik saja. Sampai saat Aleta memasuki jenjang SMP ia tiba-tiba mengalami mimpi buruk lagi, bahkan lebih buruk dari sewaktu SD. Mimpi buruk yang sampai membuatnya kejang-kejang dan bahkan sempat membuat Aletta sesak nafas. Saat ayahnya membawanya ke dokter lagi, perkataan dokter masih sama, kalau Aletta tidak memiliki masalah kesehatan yang serius.
Ayahnya akhirnya mengikuti saran dari temannya. Ia membawa putrinya pada dokter Gita. Dokter Gita mengatakan kalau kondisi Aletta sudah sangat parah, karena sudah lama terjadi tapi baru berkonsultasi. Dokter juga menjelaskan bahwa anaknya memiliki gangguan mental akibat serangan trauma yang terus terjadi lewat mimpi. Mungkin dari luar Aletta terlihat biasa-biasa saja, sakitnya itu menyerang pada saat-saat tertentu. Dokter Gita membantu pemulihan Aleta secara perlahan-lahan. Sejak saat itu Aleta jarang bermimpi dan bisa tidur dengan nyaman. Hanya saja sakitnya sempat kambuh di saat sang ibu meninggal dunia. Dan 1 tahun yang lalu tiba-tiba saja muncul penyakit baru, dimana ia kehilangan ingatan bahkan sempat melupakan Brian. Untungnya Brian adalah suami yang pengertian dan selalu ada untuk nya. Serta dokter Gita yang selalu membantunya. Namun ingatan nya masih sama dan tidak membuatnya pulih kembali. Seolah-olah aktivitas penting satu hari itu lenyap dari memorinya.
Bagi Aletta, Brian adalah sosok pria dan suami yang bertanggung jawab yang selalu ada di sisi Aletta di masa sulitnya itu, apalagi ia sudah tinggal jauh dari sang ayah dan adiknya.
Aleta mengambil mangkuk Brian dan miliknya untuk di cuci bersama. Tetapi Brian menghentikan nya.
"Biar aku yang cuci oke, sekarang kamu duluan ke atas dan mandi lebih dulu. Aku tahu kamu pasti sangat kecapean."
"Tapi mas aku..."
"Piringnya cuman dua kok, nggak banyak juga. Aku bukan laki-laki yang memperlakukan istriku seperti pembantu." Aleta tersenyum mendengar perkataan Brian. Ia mencium pipi suaminya sebelum akhirnya mengambil tasnya dan milik sang suami dan berjalan menaiki tangga memasuki kamarnya.
Brian mengelap tangannya dengan kain setelah selesai mencuci piring. Ia berjalan menaiki tangga dan masuk ke kamar nya. Terdengar suara shower yang masih menyala. Ia tersenyum nakal. Brian membuka bajunya dan masuk ke kamar mandi.
Aleta yang terkejut saat suaminya tiba-tiba membuka pintu lalu segera menutup tubuhnya yang polos meskipun ia tahu suaminya sudah pernah melihat dirinya. Tetapi ia tetap saja malu.
"Ngapain menutup tubuhmu begitu, aku sudah sering melihatnya."
"Kamu ngapain masuk?"
"Aku mau mandi bareng sama istriku tercinta." Kata Brian sambil menelan salivanya yang kering.
Aletta pasrah saat suaminya berjalan mendekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments