Rumah Baru

Rama berhasil menemukan Pak Surya yang sedang berada ditoko sembakonya. "Pak, ada yang mau saya bicarakan," ungkap pria itu saat bertemu dengan pria yang sudah beruban tersebut, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Sebab hanya dia yang memiliki toko sembako dan menjual berbagai perlengkapan bahan pokok.

Pak Surya menoleh ke arah Rama yang terlihat berbicara padanya. "Mau bicara apa, Ram? Mau ngebon lagi?" Jawab pak Surya dengan datar.

"Bukanlah, Pak. Aku mau beli rumah bapak yang diujung desa itu!" Jawab Rama penuh percaya diri.

Beberapa pembeli tercengang mendengar ucapan pria pengangguran tersebut. Bagaimana mungkin ia akan membeli rumah mewah itu, sedangkan untuk makan saja ia harus berhutang dulu.

Rama menatap tajam pada beberapa orang yang berada ditoko itu. Ia tahu jika mereka tengah mencemoohnya.

Pak Surya menarik nafasnya dengan berat. Tetapi ia mencoba berfikir positif, mungkin saja Rama menjadi perantara bagi seseorang yang ingin membeli rumahnya dan pria pengangguran itu akan mendapatkan  keuntungan dengan menjadi perantara.

"Seratus lima puluh juta, gak dapat ditawar lagi. Itu sudah saya Jual murah, karena saya mau saya untuk membeli kebun," jawab Pak Surya

Seketika para pembeli tertawa cekikikan mendengar harga yang ditawarkan oleh Pak Surya. Mereka merasa jika Rama hanya berhalusinasi saja.

Untuk membungkam mulut para tetangganya, Rama menghubungi Nadira agar segera datang ke toko sembako.

Wanita itupun tak butuh menunggu lama dan  bergegas menuju toko milik pak Surya.

Dengan  mengendarai mobil barunya, ia terlihat begitu angkuh dan sombong saat berjalan memasuki toko yang disambut tatapan tak percaya dari para warga desa yang tercengang melihat perubahan drastis dari Nadira.

"Hallo, Pak Surya. Saya akan membayar rumah itu secara cash," ucap Nadira sombong. Kemudian ia mengeluarkan segepok uang dengan nilai jual yang ditawarkan.

"Ihh.., sekarang si Nadira sombong banget mentang-mentang banyak duit," bisik Tini, yang merasa kejanggalan dalam diri wanita itu.

"Wah, mbak Nadira sekarang sudah banyak uang, ya. Saya saja butuh puluhan tahun untuk mengumpulkan semua yang saya miliki," ucap Pak Surya yang tak percaya melihat Nadira mengeluarkan tumpukan uang tersebut.

Pria setengah abad itu menghitung jumlah uang yang diberikan oleh Nadira dan jumlahnya cukup pas.

*****

Malam ini Nadira dan Rama menempati rumah tersebut. Ada beberapa kamar yang tersedia, dan satu kamar dilantai satu dan terletak dibagian belakang yang berdampingan dengan gudang merupakan kamar yang akan dijadikan oeh Nadira untuk melakukan ritual pemanggilan sang iblis.

"Kang, kamar yang ada didekat gudang jangan coba-coba akang buka, jika sampai akang buka, maka jangan harap aku akan memberikan akang uang," pesan Nadira penuh penekanan.

Rama hanya menganggukkan kepalanya. Ia tak berani membantah. Sebab sang istri saat ini yang berkuasa karena memiliki kendali atas semuanya.

Malam semakin larut. Rama sudah tertidur lelap, sebab ia seharian menata rumah dan memasukkan barang-barang mewah yang dibeli Nadira secara cash.

Semntara itu, Nadira terjaga dari tidurnya, setelah ia merasakan ada suara bisikan yang memanggilnya.

"Nadira" suara itu terdengar lirih dan juga parau, dan membuat ia dengan cepat mengenalinya.

Ia membuka pintu kamar dan tak lupa menguncinya dari luar, agar Rama tak memergoki aksinya.

Ia berjalan menuju kamar belakang. Disana ia melihat lampu tidak menyala, sehingga terlihat sangat gelap.

Wanita itu membuka kunci dan memasuki kamar, lalu menyalakan saklar lampu, sehingga terlihat temaram, sebab iblis itu tidak menyukai sesuatu yang terlalu terang.

Nadira berjalan perlahan menuju lantai beralaskan permadani berwarna hitam. Ia menanggalkan pakaiannya hingga tanpa sehelai benangpun.

Kemudian duduk bersila dan menunggu kehadiran Sang iblis yang akan memberikannya perintah..

Sesaat hawa didalam kamar berubah menjadi sangat panas. Dan hawa panas itu semakin membuat gerah pada wanita yang tengah menanti kemunculan sang iblis yang siap memberikannya kekayaan.

Perlahan sosok mengerikan dengan tubuh renta dan berwajah hancur datang menghampirinya. Sosok itu mengendus aroma tubuh Nadira dengan begitu dalam. Ia mengulurkan jemarinya yang panjang dengan kuku yang meruncing tepat diwajah wanita yang menjadi pengabdinya.

"Bawakan aku besok seorang gadis perawan untuk menjadi awal kesepakatan kita," ucap sang sosok nenek yang memiliki wajah mengerikan.

Saat bersamaan, Rama terbangun dari tidurnya. Ia tak menemukan sang istri disisinya. Ia mencoba mencari ke kamar mandi, tetapi tidak ia temukan, dan ia menuju ke arah pintu, tetapi terkunci dari luar.

Kemana Nadira? Mengapa pintu dikuncinya dari luar? Apa yang sedang dilakukannya?" pria itu bergumam dengan lirih. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, dan rasa penasaran begitu sangat kuat saat ini.

Sementara itu, sang istri masih dengan posisi menangkup didepan dada. Ia menganggukkan kepalanya dan sosok wanita tua itu terdengar menggeram, lalu perlahan menghilang.

Setelah kesepakatan tersebut, Nadira kembali mengenakan pakaiannya, lalu berjalan keluar menuju kamar yang terletak dibagian depan. Ia kemudian membuka pintu kamar, dan Rama berpura-pura untuk tidur, dan ia melihat sang istri menaiki ranjang dan tertidur.

******

Nadira sudah pulang dari pasar. Ia membeli bahan-bahan yang akan digunakan untuk berdagang warung nasi Padang.

Rama bertugas mencari pekerja dengan syarat harus perawan, dan ia mendapatkan tiga orang remaja perempuan yang berasal dari kampung dan saat ini sudah tiba dirumahnya. Mereka ingin bekerja menjadi pelayan diwarung Nasi milik Nadira.

Dihari pertama, warung itu sangat ramai sekali pengunjungnya. Bahkan rendang daging yang mereka jual menjadi viral hingga sampai ke desa-desa tetangga.

Pelayan yang cantik-cantik juga menjadi nilai plus untuk warung nasi tersebut.

Silvi, salah satu pelayan yang bekerja diwarung Nadira, merupakan sosok pendiam dan ia berhijab dibanding dengan yang lainnya.

Malam ini ia bertugas, menutup pintu warung. Sedangkan dua rekannya sedang menyusun dan membersihkan peralatan yang kotor. Mereka mendapat kamar dibagian dapur dan disana ketiganya tidur.

Wuuuuusssh...

Silvi merasakan hembusan angin yang sangat panas dan membuat bulu romannya meremang.

"Apaan, ya? Koq aku merasa perasaan gak enak," gumam Silvi dengan Lirih, sembari menyapu tengkuknya.

Setelah menyelesaikan tugasnya, ketiga remaja itu memasuki kamar mereka. Saat ini mata Silvi tertuju pada pintu kamar diseberang kamar mereka, yang mana ia merasakan jika ada sesuatu yang menyeramkan disana.

"Apa yang kamu lihat?" Ucap Nadira tiba-tiba dari arah belakang. Tatapannya memandang tak suka saat gadis itu begitu intens menatap kamar rahasia miliknya.

"Anuu, Bu..., Maaf, tidak ada apa-apa," jawab Silvi tergagap.

"Jangan pernah coba-coba membukanya dan mencaritahu tentang kamar itu, kamu disini bekerja, bukan untuk kepo dengan urusan orang," Nadira menekankan ucapannya.

Gadis remaja itu mengangguk ketakutan, ia melihat jika wajah majikannya terlihat sangat mengerikan saat marah, seolah ada iblis yang bersarang disana.

"Cepat ke kamar!" Sergah Nadira, dan membuat nyali gadis itu menciut, dan bergegas pergi.

Setibanya dikamar, ia merasakan deguban jantungnya sangat kencang, ia seolah sedang merasakan sesuatu yang tidak baik dirumah sang majikan yang menyatu dengan warung Nasi.

"Ada apa, Sel? Kek, habis dikejar setaan," ledek Ranti yang saat ini sedang memakai masker wajah.

Silvi menggelengkan kepalanya, ia bergegas ke kamar mandi dan berwudhu, ia belum shalat Isya.

Ranti tertidur dengan wajahnya yang bermasker, sedangkan Rindu sudah terlelap karena kecapekan.

Silvi shalat Isya, dan ia merasakan jika punggung belakangnya seolah merasa tebal, ada sesuatu yang mengikutinya.

Setelah shalat Isya, ia membaca Al Quran dengan suara yang begitu nyaring.

Sontak hal tersebut membuat Nadira merasa kepanasan dan ia keluar dari kamar. Entah mengapa ia tak suka mendengar suara lantunan ayat suci itu dibacakan dirumahnya.

Dengan rasa penuh amarah, ia berjalan menuju kamar Silvi. "Heeei!" hardiknya dengan nada penuh emosi.

Silvi menghentikan bacaannya. "Iya, Bu," sahutnya.

"Hentikan itu semua, dengar tidak!" Teriak Nadira menggelegar. Suaranya terdengar seolah bercampur dengan sepuluh orang.

"Iya,Bu," sahut Silvi dengan lirih. Ia menghentikannya, dan terdengar Nadira menjauh dari depan pintu kamarnya.

Silvi semakin merasa aneh dengan sikap majikannya, ada sesuatu yang sangat fatal didalamnya.

Terpopuler

Comments

🥰Siti Hindun

🥰Siti Hindun

assalamu'alaikum, izin mampir kak😊

2024-10-08

1

✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕

✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕

hahhhh hayo siapa yg akan jd tumbal ksihan sekali kan g tau apa2 tp jd tumbal hadeh
namanya dah gelap mata mknya buta juga mata hati yg ada harta dan harta

2024-08-14

0

Tiah Fais

Tiah Fais

ya lah iblis di baca,n Alquran lah kepanasan

2024-08-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!