Rama yang sedari tadi menginyai dibalik dinding dapur menatap tiap pahatan tu- buh sang gadis yang membuatnya sangat mabuk kepayang. Bahkan dalam sekejap ia melupakan tebtang Ranti yang menghilang tanpa jejak.
Betis yang begitu indah bagaikan bentuk padi bun- ting tua, dengan warna kulit putih halus, membuat sesuatu yang bersembunyi dibalik cela--nanya tampak berdiri dengan cepat.
Pria itu celingukan kesana kemari untuk memastikan kondisi aman. Niat bejadnya harus terlaksana hari ini juga, dan ia sudah menunggu sejak dua hari ini.
Melihat para pekerja lainnya sedang sibuk membuat olahan daging sate dan rendang, Rama tersenyum sumringah. Ia sudah membayangkan jika dirinya saat ini sangat beruntung.
Ia berjalan menghampiri wanita yang menggoda imannya yang sudah sangat tipis sekali, bahkan tak memilikinya.
"Ehemmm, lagi ngapain, Ros," tanya Rama dengan nada lebay. Lagi pula sudah tau orang sedang jemur pakaian pakai nanya segala.
Rosa tersentak kaget dengan kehadiran suami sang majikan yang muncul tiba-tiba bagaikan hantu.
"Ya, ampuun, Pak Rama, ngagetin saya saja," jawab Rosa yang tak menyahuti pertanyaan majikannya. Ia melihat gelagat aneh dari pria itu.
"Heeelleeh, disapa saya gitu saja kaget, gimana kalau yang nyapa uler kadut milik saya, pasti pingsan kamu," Rama menimpali ucapannya yang tak lucu.
Rosa cengengesan, membuat pipi diwajahnya memerah. "Ya, lihat ulernya juga, Pak," sahut Rosa dengan nada genit.
Mendengar jawaban Rosa yang terkesan memancing hasratnya, Rama seolah merasa ini adalah kesempatan yang harus dimanfaatkannya. Sebab jawaban sang gadis seolah memberi signal untuk berbuat lebih jauh.
Rama mendekati gadis yang ia anggap centil. Lalu menyelipkan dua lembar uang ratusan ribu ke dalam kain jarik yang dikenakan oleh sang gadis dengan kedipan mata sebagai isyarat sebuah kenistaan.
Tanpa Penolakan, ternyata uang tersebut membuat Rosa menurut dan mengikuti Rama saat menggiringnya ke dalam gudang untuk melakukan bercocok tanam dilahan sawah yang baru saja akan dibuka.
Melihat pintu gudang terkunci. Ia meminta gadis itu untuk menunggu sejenak, sebab ia akan mengambil kunci gudang dilaci kamar.
Gadis yang sudah dirasuki rasa penasaran akan hal dewasa karena terlalu sering berpacaran diluar batas bersama kekasihnya semasa dikampung, membuatnya tersenyum geli akan keputusannya yang terbilang gila.
Tiba-tiba saja, ia mendengar suara dari kamar yang bersebelahan dengan gudang.
Kreeeeeek....
Pintu gudang terbuka sendiri. Lalu entah apa yang merasukinya, ia merasa penasaran dan ingin melihat apa yang terjadi didalam kamar tersebut, sebab ia tidak mengetahui jika kamar itu terlarang.
Ia melangkah masuk, tampak ruangan begitu pengap dan gelap.
Taaaaak...
Pintu terkunci dengan sendirinya. Ia tersentak kaget, lalu merasakan sesuatu yang tak baik akan terjadi.
Suasana yang begitu gelap membuatnya ketakutan. Ia berbalik kearah pintu, dan mencoba membuka pintu tersebut, tetapi seolah terkunci rapat.
Sementara itu, Rama sudah tiba digudang, tetapi ia tak menemukan gadis itu disana. Ia memeriksa gudang, masih terkunci, sama seperti ruang sebelahnya, ia tidak berani membukanya, sebab Nadira melarangnya.
Rama tampak kesal. Ia mengutuk gadis tersebut. "Sial! Pasti ia mengelabuiku setelah mendapatkan uang tadi. Enak saja. Lihat apa yang akan aku lakukan padamu!" ia berwajah masam, lalu kembali masuk ke dapur untuk mencari sang gadis.
Sementara itu, Silvi dan kelima rekan kerja lainnya sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Rama masuk dengan langkah yang tergesa-gesa. "Ada yang lihat Rosa dimana?" tanya Rama pada ke lima gadis pekerjanya.
Seketika mereka saling pandang. "Tadi lagi jemur pakaian, Pak. Emangnya ada apa ya, Pak?" Susi yang merupakan salah satu rekan Rosa yang berasal dari kampung yang sama menjawab pertanyaan majikannya.
Rama tercengang. Jika masih dibelakang, tetapi mengapa tidak ada? Hal mustahil jika kelimanya tak melihat Rosa masuk ke kamar, sebab kamar mereka berhadapan dengan dapur, apalagi Rindu berada didepan pintu sedang membuat bumbu rendang dan sate.
"Oh, tidak apa-apa. Tadi saya ada nitip minta belikan odol, tapi kok lama sekali," Rama berbohong, dan ia memilih pergi ke kamar, meskipun ia masih sangat penasaran dengan kepergian Rosa yang begitu cepat.
Kelimanya menganggap jika Rosa sedang pergi ke warung membeli odol, dan mereka kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sementara itu, Rosa mencoba menggedor pintu yang terkunci dengan tiba-tiba, tetapi semuanya seolah tuli dan ruangan iru bagaikan kedap suara, sehingga tak satupun yang mendengarnya.
Gadis itu benar-benar takut saat ini. Ia tidak membayangkan, jika keputusannya memasuki kamar ini adalah keputusan yang salah.
Ia menci- um aroma busuk yang sangat menyengat dan juga anyir yang membuatnya mual dan memuntahkan isi perutnya.
"Huuuuek...," ia tak dapat menahannya, dan akhirnya mengeluarkan apa yang baru saja dimakannya pagi tadi.
Bahkan saat ini kepalanya sangat pusing, dan ia mencoba mencari saklar lampu yang berada didinding, untuk melihat apa yang sebenarnya ada didalam ruangan ini, apakah bangkai tikus atau hewan yang lainnya.
Setelah cukup kesulitan, akhirnya ia menemukan tombolnya, dan mencoba menekannya.
Ckleeeeek...
Suara saklar lampu ditekan dan rungan tampak temaram. Seketika Rosa melihat sesuatu yang tak seharusnya ia lihat.
"Hah," ia tersentak kaget. Mulutnya ternganga melihat apa yang ada dihadapannya. Wajahnya memucat dan deguban jantungnya bagaikan genderang yang mau perang.
Tubuhnya menggigil ketakutan. Ia seolah tak berpijak dan dunianya terasa begitu mengerikan. Rasa takut yang saat ini ia hadapi, membuatnya terasa pusing dengan seketika, dan ia tak sadarkan diri.
Braaaaaaak...
Ia terjatuh dilantai yang berdebu. Ia tak dapat menyaksikan apa yang saat ini sedang ia lihat, dan kini nasib buruk seolah sedang mengintainya.
Sementara itu, Susi merasakan jika ini terlalu lama bagi Rosa jika hanya untuk membeli odol diwarung. Ia mencoba memeriksa ke kamar. Mungkin saja rekannya itu ketiduran setelah mencuci pakaian.
Ia membuka pintu kamar, tetapi tak.ia temukan dimana Rosa. Ia mencari hingga ke warung sembako yang ada didekat tempat mereka bekerja, tetapi pemilik warung mengatakan jika tak ada gadis yang datang membeli ke warungnya, hal ini membuat Susi merasa sangat khawatir.
Ia kembali ke dapur, lalu bergabung bersama rekan lainnya. "Tini, kamu ada lihat Rosa, gak?" tanyanya dengan berbisik, sembari mengangkat bungkus ketupa nasi yang sudah matang untuk didinginkan.
"Lha, bukannya tadi beli odol?" sahut Tini dengan santai.
"Aku sudah memeriksanya, tapi gak ada," jawab Susi dengan perasaan campur aduk.
"Dikamar mandi sudah kamu periksa?" Tini menyarankan.
"Belum." Susi menggelengkan kepalanya.
"Ya coba periksa, mungkin dia ketiduran dikamar mandi," Tini mencoba berkelakar, meskipun bagi Susi itu tak lucu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕
lha tiba2 jd tumbal lagi.. kasihan sekLi
2024-08-14
0
V3
Rosa calon tumbal berikutnya
2024-08-12
0
Heri Wibowo
lanjutkan thor.
2024-08-10
0