Draft

Silvi kembali ke dapur, lalu mengambil bahan sate dan juga rendang yang sudah habis, ia bergegas ke warung.

Entah mengapa perasaannya tidak enak. Ia sangat gelisah dan deguban jantungnya berpacu lebih kencang.

"Kamu lama benget, Sil?" Rindu menggerutu, karena sahabatnya terlalu lama didapur.

"Aku sakit perut, jadi ke toilet bentar," jawabnya dengan berbohong.

Rindu tak sempat berdebat, sebab pembeli sudah menunggu. Semakin hari, warung sate dan nasi rendang Nadira terjual puluhan kilo, suatu pencapaian yang fantastis, bahkan dua hari ini menghabiskan seribu tusuk sate dan 500 porsi rendang.

Waktu memperlihatkan pukul 10 malam. Semua dagangan telah ludes terjual. Kini mereka membersihkan warung sesuai tugasnya.

Jumlah mereka yang tinggal berempat saja, semakin menguras tenaga membuat rasa lelah yang lebih cepat.

Silvi harus tertinggal dengan yang lainnya, sebab Ratu dan Tini sudah menyelesaikan tugasnya, sedangkan Susi juga menyusul kedua rekannya.

"Sil, aku duluan, ngantuk," ucapnya berpamitan sembari menguap dan berjalan menuju ruang penghubung.

Ingin rasanya aku menahan ia sejenak, tetapi pekerjaanku juga hampir selesai, dan aku membiarkannya.

"Iya," sahutku. Lalu ku selesaikan dengan cepat menutup lemari bawah gerobak sate.

Ku lihat Susi sudah menghilang, sepertinya ia benar-benar mengantuk dan pastinya tak sabar menuju ranjang tidurnya.

Suasana sangat sepi, dan malam ini langit sangat gelap. Udara dingin sekali, dan membuat Silvi menggigil.

Ia beranjak dari tempatnya dan memasuki pintu penghubung, lalu menguncinya.

Tiba-tiba saja ia mendengar suara seseorang sedang menangis.

Tangisannya terdengar jelas, dan hal itu membuat gadis berhijab tersebut merasa sangat penasaran. Ia mencoba untuk mencari darimana arah suara tersebut.

"Hiiks... hiiiksss... hiiiks...," terdengar suara tangisan yang memilukan dari dalam kamar disamping gudang. Gadis itu semakin penasaran. Ia menelusuri koridor yang terlihat sangat gelap, sebab sang majikan selalu melarang untuk menghidupkan lampu disana, ia tak ingin ruangan itu bercahaya.

Merasa sangat penasaran. Silvi mengambil ponsel miliknya, lalu menyalakan senter untuk menerangi jalannya. Dan tiba-tiba saja ia merasa menginjak sesuatu yang basah dilantai.

Aroma anyir menguar dengan jelas diudara. Ia mengarahkan senter ponselnya ke lantai tempat ia saat ini berpijak, dan...

"Hah..!" ia tersentak kaget saat melihat ada genangan da-rah yang memenuhi lantai koridor sampai ke kamar rahasia setinggi mata kaki, dan menggenangi kaki gadis tersebut.

Semakin lama da-rah itu mengalir deras bagaikan air bah yang bersumber dari kamar disamping gudang, dan memenuhi koridor hingga ke ruangan tamu yang terhubung oleh koridor.

Tiba-tiba saja darah itu menjalar ke tubuhnya. Silvi tercengang melihatnya, kini suara rintihan-rintihan kesakitan tergaung ditelinganya. Ia ketakutan, wajahnya memucat, dan suara rintihan kesakitan itu terus tergaung jelas ditelinganya, Ranti, Rosa, Tini, seolah wajah mereka terlihat begitu nyata dalam campuran da-rah tersebut.

Degub dijantungnya kian menderu. Tubuhnya gemetar menghadapi kenyataan saat ini bagaikan nyata.

"A'udzubillahi minas syaithanni rrazim.." Silvi membaca ta'awuz dengan cepat. Seketika fenomena yang mengerikan itu menghilang secara perlahan, dan suasana kembali sunyi dan sepi.

Gadis itu mersakan nafasnya memburu. Ia memandang kamar yang menjadi perhatiannya karena ia meesakan kamar tersebut memiliki banyak misteri.

Triiiiiiing...

Tiba-tiba cincin yang ia yakini milik Ranti terjatuh dan bergelinding menuju pintu rahasia dan terjatuh hingga masuk setengah pintu.

"Hah!" Silvi kembali tersentak kaget.

Ia celingukan dan melihat sekitarnya, memastikan jika Nadira sang majikan tidak terbangun, sebab ia hanya ingin mengambil cincin tersebut.

Setelah memastikan tidak ada sesiapapun, ia berjalan dengan mengendap-endap, lalu hampir mencapai kamar rahasia tersebut.

"Hiiiiiiiisssss...," suara yang sangat aneh terdengar bagaikan berbisik

Gadis itu menoleh kearah sudut jemuran, dan tampak sesosok wanita berambut panjang dengan gaun putih yang menjuntai hingga ke lantai.

"Ranti," panggilnya dengan nada yang serendah mungkin. Ia tak ingin ada yang mengetahui aksinya.

Silvi merasa sangat penasaran, ia mencoba membatalkan niatnya untuk mengambil cincin yang masuk keruangan rahasia, melalui bawah pintu yang sedikit renggang.

Ia berjalan menuju jemuran lipat yang terbuat dari aluminium dengan berbagai tingkat. gadis itu melihat sosok tersebut sedang membelakanginya.

"Hiiiks... Hiiiiks... Hiiiiks..," terdengar kembali suara tangisannya yang sangat memilukan.

"Ranti, kamu kemana saja? Ibu dan ayahmu mencarimu," ucap Silvi pada sosok tersebut.

Entah mengapa ia merasakan bulu kuduknya meremang. Rasa dipunggungnya seolah menebal, ia dapat merasakan aura negatif sangat dekat padanya.

"Pergilah, sebelum terlambat," ucapnya dengan lirih.

Silvi mengerutkan keningnya. "Apa yang terjadi? Katakan padaku, mungkin aku dapat menolongmu," pinta gadis berhijab tersebut.

Sosok itu terdiam. "Kau mau menolongku?" tanya sosok bergaun putih tersebut.

Silvi menganggukkan kepalanya, mencoba menyakinkan sosok yang ia anggap Ranti salah satu rekan kerjanya yang menghilang tanpa jejak.

"Aku...,"

Wuuuuuuusssh....

Braaaaaak.....

Sebuah hempasan yang sangat kuat tiba-tiba menyambar tubuh gadis bergaun putih itu dengan cepat, lalu membuatnya terpental dan....

"Aaaaaaaaa......," suara jeritan wanita itu terdengar sangat menyakitkan.

Silvi tersentak kaget dan ia tercengang melihat apa yang baru saja terjadi.

Ia melihat sekelebat bayangan hitam yang bergerak dengan cepat menyambar sosok bergaun putih sebelum ia mengatakan semuanya.

"A-apa itu?" gumannya terbata. Ia ia merasakan tubuhnya gemetar dan ini sangat mengerikan.

Segala doa ia lantunkan untuk membuatnya tersadar dan seketika ia tersentak kaget,

Praaaaang..

Sesuatu terjatuh dari atas seng dan bergelinding dari atas seng, ternyata itu adalah ulah tikus yang mencoba mencuri sendok dari warung.

Silvi merasa sedikit lega, lalu beranjak dan berniat pergi meninggalkan tempat tersebut dengan nafas yang memburu.

Ia melintasi kamar rahasia, ia ingin mengambil cincin milik Ranti yang tergelinding masuk kedalam kamar tersebut, tetapi hatinya menolak, dan ia berniat akan mengambilnya esok hari saja, saat Nadira pergi dan suasana terang benderang.

Saat Silvi meninggalkan koridor tersebut, tampak sebuah tangan yang sangat pucat menarik cincin tersebut kedalam kamar rahasia yang gelap gulita.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Ranti sedang tidak baik-baik saja? Atau aku hanya berhalusinasi? Atau juga Ranti telah tewas dengan cara yang keji?" Silvi berguman dengan pertanyaan yang terus saja menggerogotinya.

Gadis itu tiba didepan kamarnya. Ia tampak ragu untuk masuk, tetapi hari sudah sangat larut, dan ia harus beristirahat.

Silvi memasuki kamar, dan ia melihat ketiga rekannya sudah tertidur. Ia masih mengingat saat dimana mereka masih berjumlah 6 orang dan.harus berbagi ruangan untuk tempat tidur, tetapi kini lengang, dan satu persatu dari mereka menghilang tanpa jejak.

Kemana mereka sebenarnya?

Silvi sudah sangat mengantuk, dan ia menuju lantai kamar, untuk tidur dan beristirahat.

Terpopuler

Comments

Leona Night

Leona Night

jadi rendang

2024-09-09

0

✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕

✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕

apa kamunjg makan sate dan rendang nya sil.. hiiii

2024-08-15

0

Heri Wibowo

Heri Wibowo

lanjut lagi thor.

2024-08-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!