Pagi hari di Global Grup
Arista melangkah santai menuju meja kerjanya, dia tak peduli dengan pandangan orang-orang yang kini menatapnya tak suka.
"Dia masih berani berangkat?"
"Apa dia benar-benar tidak punya malu?"
"Wanita sepertinya memang punya malu? Dia bahkan dengan suka reka membuka paha untuk para petinggi."
"Pantas saja langsung jadi sekretaris manager, padahal baru beberapa bulan kerja saat itu kan?"
"Apa dia juga menjadi simpanan Pak Ale?"
"Mungkin saja, dia memang terlihat menggoda banyak pria."
"Hei sudahlah berhenti, itu bukan urusan kita. Bagaimana jika dia mendengarnya?"
Bisik-bisik orang yang membicarakannya semakin jelas terdengar tetapi dia masih mencoba untuk tidak memperdulikan hal itu. Ingin sebenarnya dia berbalik dan memelintir bibir mereka satu persatu tetapi itu tidak akan mungkin dia lakukan.
Ting
Suara notifikasi dari ponselnya, Arista seger a mengambil dan membuka pesan yang masuk. Ternyata pesan tersebut berasal dari pesan grup bersama dengan dua teman kerjanya, Jihan dan Aurel.
......Girls budak corporate🙉......
Jihan : Ta, apa yang terjadi? Kenapa semua orang ngomongin lo?
^^^^^^Ntah lah^^^^^^
Aurel : Kalian belum melihat informasi yang tersebar ya? Sebentar gue kirim fotonya.
Aurel : [Send a picture] (anggap aja foto sepasang orang lagi berciuman ygy)
^^^Astaga, siapa yang nyebarin itu?^^^
Jihan : Ta... itu lo sama Pak Gavin?
Aurel : Gue jg ga tau Ta, tapi yang ngirim itu dari anak divisi lo yang baru. Dia kirim di grup gosip yang gue ceritain itu.
Jihan : Anjing banget tuh anak, kalau emang temen kita ada hubungan sama Pak Gavin juga kenapa. Jelas itu bukan urusan mereka.
Aurel : Jihan, udah anjir jangan di tanggepin. Jangan nyari ribut dulu. Mending ke Arista ayuk.
Aurel : Lo dimana Ta? Kita kesana sekarang.
Jihan : Ga bisa, anjing mulut mereka semua kaya babi. Najis banget gilaaa
^^^^^^udah ngga usah ditanggepin, bisa aja yang mereka bilang bener kan? ^^^^^^
^^^Kalian jangan bela gue segitunya, gue takut ngecewain kalian.^^^
Aurel : Apasih loo, gajelas. Gue otw ke lantai lo sekarang.
"Wah wah wah, ternyata kamu masih punya nyali buat dateng ke sini ya? Apa ngga mau kamu?"
Baru Arista hendak menjawab pesan dari kedua temannya itu, tetapi satu gangguan muncul di hadapannya. Ingin rasanya Arista menampar wanita dihadapannya ini karena dia tau pasti siapa orang dibalik tersebarnya fitnah tentang dirinya. Tapi dia masih punya otak untuk tidak melakukan hal yang akan membuat masalah untuknya.
"Kenapa saya harus takut? Selama ini saya bekerja dengan benar."
Chelsea berdecih sinis, "Bukankah kamu sibuk mengangkang untuk melancarkan pekerjaanmu?"
"Wah tampaknya Bu Chelsea sangat mengenal saya melebihi diri saya sendiri ya? Tapi saya tidak peduli apa yang Ibu katakan tentang saya."
"Semua orang disini juga tau siapa kamu sebenarnya Arista."
Arista tak menjawab, dia memilih untuk fokus pada pekerjaannya. Dia harus menyelesaikan semuanya sebelum mengirimkan surat resign.
"Sayang... Lihatlah wanita ini, kenapa dia masih berani menginjakkan kaki di perusahaan ini?" Rengek Chelsea pada seorang pria yang baru saja hadir diantara mereka.
Arista hanya melirik sekolah dan tersenyum sinis melihat dua orang tersebut. Terbesit sedikit rasa nyeri dalam hatinya melihat itu, tetapi sekuat tenaga dia menahan itu semua.
"Biarkan saja. Sudahlah, ayo kita ke ruangan Papaku." Ucap Gavin dingin.
Ku kira kamu akan memperlakukan nya berbeda, tetapi ternyata sama saja. Apa sebenarnya tujuan kamu melakukan ini semua Vin? Arista
"Tidak, aku ingin kamu pecat wanita ini dulu. Aku tidak ingin bekerja dengannya lagi. Kau tau dia tadi menampar ku, semua karyawan disini saksinya." Ucap Chelsea.
Cih
"Akting Anda bagus sekali." Ucap Arista pelan tetapi dapat mereka dengar dengan jelas.
"Minta maaflah, jangan melakukan kekerasan di perusahaan saya."
Arista menggeleng, "Saya tidak bersalah kenapa saya harus meminta maaf?"
"Lakukan saja."
"Tidak. Apa seperti ini perusahaan dari keluarga Ryszard memperlakukan karyawannya? Menghakimi tanpa mencari tahu kebenarannya, bahkan menutup mata pada kebenaran tersebut." Ucap Arista dengan tatapan tajam mengarah mada pria yang kini sudah menjadi mantan kekasihnya itu.
"Bukankah karyawan disini adalah saksinya? Apa yang perlu dikonfirmasi lagi, mereka semua tidak akan berbohong."
"Bisa saja, karena atasan mereka yang melakukan tersebut. Kenapa Anda sangat tidak adil, Anda memperlakukan saya demikian tetapi saat wanita itu mencuri hasil pekerjaan saya dan Pak Ale bahkan mengakui sebagai miliknya Anda hanya diam. Tak ada tindakan apapun yang Anda berikan." Ucap Arista dengan keras, jari nya menunjuk ke arah Chelsea.
Para karyawan di sana terkesiap dengan tindakan Arista yang berani berbicara keras di depan dua atasan mereka. Tetapi mereka juga tak kalah terkejut mendapati fakta yang tidak pernah mereka tau, tentang pekerjaan yang dicuri. Bisik bisik mulai terdengar diantara mereka, para karyawan mulai membicarakan hal tersebut.
"Gavin... Kau lihat itu, dia memfitnah ku. Padahal kau tau dengan jelas bukan kalau proposal itu aku yang membuatnya dan aku juga yang berhasil membuat Neotech mau bekerja sama dengan perusahaan kita." Chelsea menggenggam tangan Gavin meminta pria itu untuk membelanya tetapi Gavin hanya diam dan menatap Arista dalam.
"Apa maumu?" Gavin berujar dingin.
"Berikan bonus hasil kerjasama itu pada orang yang berhak. Saya yang membuat proposal itu bersama Pak Alendra selama berbulan-bulan."
"Jadi karena uang kamu sampai menuduh ku seperti ini Arista? Aku bisa memberikannya padamu tanpa perlu kau menuduh saya seperti ini. "
Arista tak menanggapi ucapan dari Chelsea, dia menatap Gavin intens, "Saya mohon kebijaksanaan Anda Tuan Gavin. Saya memang tidak membutuhkan uang tersebut tetapi Pak Alendra sangat membutuhkannya untuk kesembuhan putranya. Saya harap Anda masih memiliki hati nurani pada seorang ayah yang tengah dilanda ketakutan yang besar akan kehilangan putranya."
Gavin membeku mendengar kalimat panjang yang mantan kekasihnya itu ucapkan. Seorang ayah yang takut kehilangan putranya.
"Aristaaa!" Teriak beberapa orang yang terkejut dengan kejadian yang secara tiba-tiba itu. Ntah bagaimana Chelsea yang secara tiba tiba mendorong Arista dengan keras.
Bruk
Arista terjadi dengan posisi satu tangan menumpu tubuhnya. Tangannya yang lain memegang perutnya, tubuhnya bergetar menyadari ada yang mengalir dari kemaluannya. Dia sadar tadi perutnya sempat membentur meja, tanpa bisa ditahan air mata meluncur bebas dari matanya.
"Tolong aku... ku mohon.." Lirih Arista tanpa suara sembari menatap Gavin.
Gavin tersebar dari lamunannya dan berniat untuk menolong Arista tapi tertahan oleh Chelsea, "Ayo kita ke ruangan Papa kamu sayang. Biarkan saja dia, aku hanya mendorongnya sedikit. Dia masih bisa untuk bangun sendiri."
"Kau jangan pernah kembali ke perusahaan ini apapun yang terjadi, Kamu saya pecat!" Ucap Chelsea sebelum menarik Gavin pergi dari ringan itu.
Ku mohon bertahanlah...
...----------------...
To be Continued
Hai hai haii, part selanjutnya akan kau up sebentar lagi yakkk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments