Guys ini masih lanjut flash back yang part sebelumnya yaaa. Luv uuu🥰
...----------------...
Pagi itu selepas bangun tidur, Arista segera melakukan tes kehamilan dengan testpack yang di diberikan Bi Rena kemarin. Setelah menunggu beberapa saat, dia melihat ke arah 3 testpack berbeda yang dia gunakan. Ketiganya menunjukkan bahwa di dalam perutnya ada sesuatu yang mulai berkembang. Tangannya bergetar melihat hasil tersebut, air matanya meluncur tanpa disadari. Dia tidak pernah memikirkan ini sebelumnya.
"Bagaimana... bagaimana bisaa.. hiks" Tangis Arista pecah, tubuh gadis itu bahkan terlihat bergetar hebat. Wanita itu seolah tau bagaimana nasibnya di masa depan, selama ini dia tidak pernah melihat masa depan di wajah Gavin. Pria itu tak pernah menginginkannya untuk melangkah bersama ke jenjang, selanjutnya.
tok tok tok
Pintu kamar mandi diketik dari luar, tampaknya Bi Rena sudah menyadari keberadaan Arista didalam sana. Rumah mereka hanya satu lantai dan kamar mandi hanya ada 1 di dekat dapur.
"Nduk.. Ada apa? Apa hasilnya positif?" Bi Rena terus mengetuk pintu kamar mandi tersebut.
"Keluarlah nduk, ayo kita bicarakan semua. Jangan membuat keputusan ceroboh yang akan kamu sesali nantinya." Kata Bi Rena lagi, tangannya tak berhenti mengetuk pelan pintu itu.
Tak lama pintu terbuka menampilkan Arista dengan wajah sembabnya. Tangannya terlihat gemetar dengan 3 buah testpack di sana. "Bi... Aku takut.."
"Hssttt, tak apa. Itu adalah anugrah untukmu, meskipun hadir dengan cara tida sepenuhnya benar. Tidak perlu berangkat kerja untuk hari ini, kamu tenangkan dirimu dulu yaa. Nanti sore kita temui dokter untuk check kandunganmu."
Arista menggeleng, "Tidak Bi, aku akan tetap berangkat. Aku akan bicarakan pada Gavin tentang ini semua dan aku harap kita akan memeriksa keadaannya bersama."
Bi Rena terdiam cukup lama seolah tak yakin dengan apa yang Arista ucapkan.
"Bi, percaya padaku. Tak pernah terlintas dalam otakku untuk melenyapkannya. Dia adalah darah dagingku ntah kehadirannya diinginkan atau tidak oleh ayahnya."
"Baiklah, bersiaplah. Bibi akan buatkan sarapan dan smoothie untukmu, saat pulang nanti jangan lupa beli susu ibu hamil yaa." Ucap Bi Rena sebelum pergi menuju dapur.
Setelah bersiap dan menghabiskan makanannya Arista segera berangkat menuju kantor. Kali ini dia tidak menggunakan bus lagi karena dia khawatir dengan janin yang ada diperutnya. Pagi hari seperti ini tentu pengguna transportasi umum lebih banyak dari biasanya, dia akan menghindari saat saat padat penumpang.
"Pak Ale, Selamat pagi." Sapa Arista pada Alendra yang kebetulan berpapasan dengannya di lift.
"Pagi Arista." Balas Pak Ale dengan senyuman tersungging di wajahnya.
"Pak kemarin saya ikut dalam pertemuan kerjasama dengan Neotech dan mereka menyetujui hal tersebut."
"Syukurlah, itu akan bagus untuk perusahaan. Hanya saja kita telah membuang waktu terlalu banyak untuk pekerjaan yang hasilnya akan diakui orang lain." Ucap Pak Ale dengan nada lelahnya.
"Kemarin saya yang melanjutkan presentasi Pak karena dia tidak memahami seluruh poin disana. Tuan Navarro menyadari hal tersebut, kita hanya menunggu kebijakan Tuan Gavin dan Tuan Arman terkait dengan hal ini. Bagaimanapun waktu itu Tuan Gavin di sana dan mengetahui bahwa proposal itu tidak dibuat oleh Bu Chelsea." Jelas Arista panjang tentang kejadian waktu itu.
"Maksudmu bagaimana?"
"Waktu itu Tuan Navarro menyadari bahwa Bu Chelsea bukanlah penyusun proposal tersebut dan meminta untuk digantikan oleh penyusun yang asli. Berakhir saya yang mempresentasikan hal tersebut, Tuan Gavin tau itu." Ucap Arista.
"Benarkah? Alhamdulillah..." Ucap Pak Alendra penuh syukur, mata tua itu terlihat berkaca-kaca.
"Ada apa Pak, saya merasa ada sesuatu yang terjadi."
Hampir dua tahun menjadi sekretaris Pak Alendra, sedikitnya dia memahami perasaan pria itu.
"Anak saya kecelakaan dan kondisinya kritis, saya butuh banyak uang untuk biaya kesembuhannya. Saat ini saya bergantung pada bonus yang diberikan perusahaan atas kerjasama tersebut Arista. Saya tidak ingin kehilangan anak saya lagi." Lirih Pak Ale.
Terlihat gurat wajah takut kehilangan di wajah pria itu. Di sana Arista menyadari seberapa berharga seorang anak bagi orangtuanga. Dia jadi berpikir apakah Gavin juga demikian atau justru sebaliknya.
"Bapak tidak perlu khawatir, saya akan usahakan untuk berbicara dengan Pak Gavin. Saya akan segera menemuinya sekarang." Ucap Arista.
"Saya juga akan mencoba untuk berbicara dengan Tuan Arman."
Arista mengangguk, "Saya turut berduka atas apa yang menimpa anak Bapak. Saya berharap anak bapak dan tentunya bapak serta keluarga dapat melewati ini semua."
"Terima kasih Arista."
Mereka akhirnya berpisah saat tiba di persimpangan lorong. Saat ini Arista akan menuju tempat dimana Gavin berada untuk membicarakan banyak hal. Mulai dari kehamilannya hingga tentang kerjasama dengan Neotech.
Tapi rencana tinggal rencana, dia melihat dan mendengar sendiri jawaban dari pertanyaan yang belum sempat dia utarakan. Di dalam ruangan itu dia melihat sepasang orang tengah berbicara sembari berpelukan. Meskipun tidak secara gamblang menjawab tapi Arista memahami apa yang sebenarnya pria itu inginkan.
"Bukan maksudku seperti itu. Aku tidak, peduli siapa yang membuat proposal itu tetapi jika kau mencurinya seharusnya kau kuasai seluruh materinya. Jangan seperti kemarin, itu hanya akan mempermalukan dirimu." Ujar Gavin dengan pelan tapi masih bisa didengarnya dengan jelas.
DEG
Niatnya untuk membicarakan kerjasama itu runtuh seketika. Dari pernyataan yang didengarnya itu dapat disimpulkan pria itu tidak akan melakukan hal apapun untuk meluruskan kebenaran yang ada. Dia tidak akan repot-repot menjelaskan pada Ayahnya tentang penyusun asli proposal tersebut.
"Kau tidak marah aku mencuri pekerjaan dari jalang mu itu?" Ucap Chelsea di depan sana.
Jalang? Serendah itukah aku dimata wanita itu? Aku bahkan hanya melakukan hal itu dengan kekasihku. Arista
"Tidak, kau pikir aku tidak tau bagaimana permasalahan kalian selama ini hm?"
Terlihat Gavin terus mengusap surai hitam panjang milik wanita itu.
"Kau tau? Lalu kenapa kau diam saja, bukankah dia wanitamu?"
"Menurutmu kenapa? Aku menempatkannya sebagai sekretaris mu itu atas permintaanmu. Lakukan apapun yang kau sukai selama itu tidak merugikan perusahaan."
Hahaha, dia bahkan tidak memperdulikan perasaanku saat melakukan hal tersebut. Arista
"Kau tidak mencintainya?"
"Menurutmu bagaimana? Apakah aku terlihat mencintainya?"
"Tidak, kau hanya mencintaiku."
Arista terkekeh tanpa suara melihat Gavin yang hanya diam didepan sana. Sejauh ini dia sudah dapat menyimpulkan sesuatu.
"Kenapa kau berhubungan dengannya? Bahkan sampai sejauh itu, bagaimana jika dia hamil?"
"Dia kekasihku, tentu itu hal wajar yang kami lakukan Chelsea. Sudahlah, kembali ke ruangan mu dan bekerjalah."
Ya itu hal yang wajar dilakukan sepasang kekasih bahkan tanpa cinta sekalipun. Batin Arista menertawakan dirinya sendiri.
Terlihat Gavin melepaskan pelukannya dan mendorong wanita itu untuk kembali ke ruangannya.
"Bagaimana jika dia hamil? Apa kau akan menikahinya? Lalu bagaimana denganku?"
"Apa maksudmu? Tent-"
CUP
Sudah. Arista tak sanggup lagi melanjutkan aksinya mengintip dan mendengarkan secara diam diam seperti itu. Dia memilih untuk berbalik pergi dengan wajah yang sudah basah dengan air mata.
Hahahaha, ternyata seperti itu Vin. Baiklah, aku akan pastikan satu hal terlebih dahulu dan akan ku putuskan langkah selanjutnya. Arista
Flash back off
...----------------...
To be Continued
Hai Haii Terima kasih sudah membaca guysss🥰
Big hug untuk pembaca setia yang selalu menunggu update karyaku ini🌹
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak di bawah sini yaa dengan like dan komen biar authornya semangat buat update😍🤩
Untuk hari ini 2 part dulu yaa karena aku ada acaraa guyss, jadi ku lanjut besok 2 part lagi yaaa. good byee semoga hari senin kalian berjalan dengan lancar dan menyenangkan❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Feri Wahyuni
nyesek bgt ngedengernya ..semoga aresta bisa hidup melebihi kekayaan si gavin
2025-03-19
0