"Gavin.. Apa kau sudah tidur?"
"Ehm" Gumam Gavin menjawab pertanyaan Arista.
Saat ini keduanya tengah berbaring di ranjang setelah menyelesaikan ritual malam panjang mereka. Terlihat ekspresi puas yang tergambar jelas di wajah keduanya. Gavin memejamkan mata dengan ekspresi puas dan tangan yang melingkar erat di pinggang Arista. Kedua nya masih belum mengenakan apapun dan hanya dilapisi sebuah selimut untuk menutupi tubuh telanjang mereka.
"Ada apa?" Tanya Gavin ketika mendapati Arista tidak berbicara apapun setelah bertanya apakah dia tidur atau tidak.
"Boleh aku bertanya sesuatu?"
"Tanyakan saja, kenapa harus bertanya."
"Kapan kau akan menikahi ku? Hubungan kita sudah terjalin dua tahun, apakah kamu belum ada rencana untuk meresmikannya?" Tanya Arista mendongak kearah kekasihnya itu. Tangannya saling meremas cemas menanti jawaban Gavin. Meskipun, dia sudah tau jawaban apa yang akan didengarnya tetapi dia masih berharap ada keajaiban yang merubah jawaban kekasihnya itu.
"Apa pernikahan itu sangat penting untukmu?"
"Tentu saja, setiap wanita ingin segera menikah dengan seseorang yang dicintai dan mencintainya. Kamu mencintaiku bukan?"
Tak ada jawaban dari Gavin, membuat mata Arista berkaca-kaca. Sekuat tenaga dia menahan lelehan air mata yang bisa kapan saja meluncur bebas dari matanya. Diamnya Gavin sudah menunjukkan keraguan pria itu akan perasaannya. Dia tidak memiliki perasaan apapun padanya, bahkan setelah malam-malam panjang yang telah mereka lalui.
Kenapa aku bodoh sekali? Bukankah pria memang bisa berhubungan tanpa ada perasaan sedikitpun? Arista
"Jawab aku Vin.." Lirih Arista.
"Bukankah kau sudah tau Ta, aku bisa menikahimu setelah aku resmi diangkat menjadi CEO di perusahaan keluargaku."
"Kalau gitu perkenalkan aku pada keluargamu Vin, aku bahkan tidak tau seperti apa ibumu."
"Sabarlah Ta. Aku belum bisa memperkenalkan mu pada mereka."
"Kenapa? Kenapa kamu belum bisa memperkenalkan ku pada mereka?" Tanya Arista lagi, dia merasa harus mendapatkan jawaban dari seluruh pertanyaannya saat ini juga karena dia harus segera menentukan langkah apa yang perlu diambilnya.
"Ya, mereka menginginkan orang lain untuk menjadi menantu keluargaku." Lirih Gavin.
Deg
Jantung Arista seolah berhenti berdetak, jika pada akhirnya mereka tidak bersama maka semua yang dia lakukan sia sia. Dia sudah memberikan segalanya termasuk kehormatannya sebagai seorang wanita.
"Kamu tidak akan memperjuangkan ku?"
"Aku akan segera mengusahakan itu Ta, tunggu sampai aku menjadi CEO ya. Ku mohon mengerti lahh.."
Arista terdiam cukup lama, "Baiklah, aku mengerti. Lalu bagaimana jika aku hamil?"
Pertanyaan Arista yang tiba-tiba itu membuat Gavin segera melepaskan pelukan keduanya dan menatap Arista dengan tatapan tak percayanya. "Apa kau hamil Ta?"
Terdengar nada kecemasan dalam perkataan pria itu.
"Jawab dulu Vin, bagaimana jika aku hamil? Apa kau akan menikahi ku?" Paksa Arista, dia bahkan mencengkeram kedua lengan Gavin dengan sedikit kuat.
"Jangan hamil dulu Ta, aku belum siap. Lagi pula kita belum menikah, keluargaku tidak akan menerima cucu yang hadir diluar pernikahan."
"Kalau kau belum siap kenapa kau selalu menyentuhku?!" Teriak Arista.
"Kenapa kau begini sih Ta?! Kenapa seolah olah kamu sedang hamil saat ini hah?! Ini sudah malam apa kau tidak bisa diam dan segera tidur??!" Bentak Gavin, pria itu mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang. Matanya tertuju dengan tajam ke arah sang kekasih yang masih berbaring menatapnya.
Arista menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan selama beberapa kali untuk menenangkan dirinya. Dia tidak boleh terbawa emosi jika ingin seluruh pertanyaannya terjawab.
"Aku hanya ingin tahu, apa yang akan kamu lakukan jika aku hamil sebelum kamu diangkat sebagai CEO. Kita tidak pernah tau kedepannya Gavin, aku hanya berandai."
Kali ini Arista bertanya pelan, tangannya meraih tangan Gavin dan menggenggamnya erat. Lalu mulai mengelus lengan kekar kekasihnya itu agar kemarahan pria itu segera mereda.
"Aku tetap tidak bisa menikahi mu meskipun kamu hamil saat itu Ta. Pilihan terbaik ada menggugurkan janin itu sebelum tumbuh besar dan semakin sulit untuk menyingkirkannya." Ucap Gavin dengan dingin.
Arista segera menjauhkan tangannya dari tubuh pria itu, tangannya terasa bergetar takut dan tak menyangka dengan jawaban kekasihnya itu.
"Apa maksudmu?"
"Bukankah aku sudah bilang kalau aku belum siap Ta? Kalau kamu hamil maka kita harus segera menggugurkannya dan kamu akan tetap menjadi kekasih ku Ta." Ucap Gavin menatap Arista dengan intens.
"Kenapa kamu sampai hati melakukan itu Vin? Bagaimanapun itu anak kandung mu, dia darah daging mu.." Lirih Arista dengan mata berkaca-kaca.
"Maka jangan hamil sebelum kita menikah Ta."
"Bagaimana jika aku tidak mau menggugurkan kandunganku?"
"Aku akan memaksamu melakukan itu Ta atau kau harus pergi dari hidupku dan kita putus." Ucap Gavin tegas.
Tangan gadis itu saling meremas kuat dibalik selimut, ada ketakutan luar biasa dihatinya saat ini. Dia tidak menyangka pria yang dia cintai itu bisa berbicara setega itu. Bagaimana bisa dia dengan gampang merencanakan untuk melenyapkan calon anaknya sendiri.
"Sudahlah, kenapa juga kau bertanya itu. Cukup jaga jangan sampai kau hamil, bukankah kita selalu melakukannya dengan aman? Tak ada yang perlu di khawatirkan." Ucap Gavin santai, dia mulai merebahkan dirinya di ranjang kembali dan memeluk tubuh kekasihnya.
"Kau bagaimana, setuju dengan apa yang ku katakan bukan?"
Arista menggeleng sembari menahan tangisnya, "Aku tidak akan membiarkan dia hadir..." Ucap Arista pelan.
Jika aku tahu ini lebih awal. Arista
"Bagus. Kalau sudah terlanjur hadir, maka kamu harus ikut perintah ku Ta. Jika tidak maka kamu akan tau bagaimana akhirnya, aku akan tetap memaksamu untuk melakukan hal itu."
Tidak Vin, aku tidak akan melakukan hal yang sama seperti yang kamu inginkan. Cukup dia hadir karena kesalahan, aku tidak ingin menambah dosa dengan melenyapkannya. Arista
Dia menatap Gavin yang sudah memejamkan matanya kembali tanpa beban. Bahkan nafasnya terdengar teratur yang menandakan pria itu sudah terlelap ke alam mimpi.
Aku akan melindunginya dengan nyawaku. Meski itu artinya aku harus kehilangan kamu Vin. Aku tau kamu belum tentu berakhir menjadi milikku tetapi dia akan menjadi milikku sepenuhnya. Bagian dirimu itu akan menjadi milikku sepenuhnya. Arista
Arista mengusap rahang Gavin yang tegas, dia mulai menyusuri setiap cm wajah tampan kekasihnya itu. Alis tebal yang menawan, mata elang berwarna hitam legam yang sangat menarik. Belum lagi dengan hidung pria itu yang mancung. Sungguh wajah Gavin Biantara Ryszard terpatri dengan nyaris sempurna.
Jika dia laki-laki pasti akan setampan dirimu Vin. Kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan melibatkan mu dalam hal apapun berkaitan dengannya. Nama baikmu dan keluargamu tidak akan tercoreng karena seorang anak yang lahir dari wanita yang kau tiduri tanpa dinikahi ini. Arista
...----------------...
To be Continued
Terima kasih yang sudah membaca guysss😇
Nantikan terus part selanjutnya yaaa, jangan lupa tinggalin jejak dibawah sini dapat berupa like dan komentar yaa🌹 Biar Authornya semangat buat lanjutinnya hehehe🥰
Btw, ini part terakhir untuk minggu ini yaa. Aku akan lanjut up lagi di hari senin, see u guysss🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Dian Amelia
mangkanya....jadi wanita hrs pandai jaga diri jangan terlena dg rayuan lelaki yg hanya ingin kesenangan saja minus tanggung jawab
2024-09-07
0