Mendengar hal itu, Rull merasa cemas, namun berusaha tetap tenang. "Aku akan membantu melindungi Tsaritsa dan semua orang di sini."
Ratu memberikan anggukan penuh harap. "Terima kasih, Rull. Keberanianmu sangat berarti bagi kami."
Dengan cepat, mereka semua bergerak menuju tempat yang lebih aman, bersiap menghadapi ancaman yang mendekat.
Beberapa prajurit mengevakuasi rakyat untuk bersembunyi di ruang bawah tanah istana, namun ruang bawah tanah tidak cukup untuk menampung semua rakyat. Jack berlari ke kerumunan dan mengajak rakyat yang tersisa untuk bersembunyi di tempatnya. Para prajurit berdatangan untuk mengambil posisi masing-masing, Blade mempersiapkan pedangnya untuk bertarung, begitu juga Jack mempersiapkan senjatanya.
Jenderal berbicara, "Rakyat yang memiliki pengalaman bertarung dimohon untuk ke istana dan menjaga keamanan tuan putri dan ratu."
Blade, Jack, dan pemuda lainnya bergegas ke tempat persembunyian ratu. Sesampainya di sana, mereka bertemu dengan Rull, Arlecchino, Tsaritsa dan Ratu Arendelle.
"Rull, kau juga di sini," kata Blade dengan lega.
"Blade, Jack, syukurlah. Bagaimana keadaan Mike, Lisa, dan Tessa?" tanya Rull.
"Mereka sudah bersembunyi di tempat yang aman," jawab Jack.
"Wah, putri Tsaritsa, perkenalkan aku Blade, aku akan melindungi Anda dengan kekuatanku, tuan putri," kata Blade dengan penuh semangat.
"Halo Blade, terima kasih ya," jawab Tsaritsa dengan lembut.
"Aghhhh, iya sama-sama, tuan putri," kata Blade sambil sedikit gugup.
"Kau terlalu berlebihan, Blade," ucap Jack sambil tertawa kecil.
Rull melihat mereka semua dengan perasaan campur aduk. "Baiklah, kita harus tetap fokus. Kita harus bersiap."
Arlecchino menjelaskan rencananya kepada Rull dan yang lainnya, "Aku akan menjelaskan rencana jenderal. Jika pasukan Demous berhasil menerobos masuk, alarm ruangan akan berbunyi. Lalu, pintu rahasia di tempat ini akan terbuka dan mengarah ke pelabuhan. Di pelabuhan terdapat perahu kecil. Jadi kalian semua harus pergi membawa ratu dan putri menjauh dari istana. Aku akan menahan prajurit Demous agar mereka tidak mengejar kalian semua."
Rull tidak setuju. "Tidak, Hino. Kau yang harus pergi membawa ratu, Tsaritsa, dan yang lainnya. Kau bimbing mereka semua. Biar aku saja yang menahannya."
Terjadi perdebatan antara Rull dan Arlecchino. "Tidak, kau yang harus pergi. Ini sudah menjadi tugasku," tegas Arlecchino.
"Tidak, Hino. Kau yang harus pergi. Aku sudah berjanji kepada Tsaritsa dan ratu untuk melindungi mereka," balas Rull dengan tekad yang kuat.
Arlecchino merasa tidak percaya bahwa Rull memang ingin memegang kata-katanya. "Rull, kau tidak mengerti. Ini bukan hanya soal janji. Aku lebih berpengalaman dalam hal ini."
Rull menatap Arlecchino dengan serius. "Hino, aku tahu kau kuat dan berpengalaman. Tapi aku juga harus membuktikan diriku. Ini bukan hanya soal janji, ini soal tanggung jawabku. Tolong, percayalah padaku."
Arlecchino terdiam sejenak, memikirkan kata-kata Rull. Akhirnya, dia mengangguk perlahan. "Baiklah, Rull. Aku akan pergi bersama yang lain. Tapi kau harus berhati-hati. Jangan mengambil risiko yang tidak perlu."
Rull mengangguk. "Aku mengerti. Terima kasih, Hino."
Dengan rencana yang sudah disepakati, mereka semua bersiap-siap untuk menghadapi serangan dari pasukan Demous. Sementara itu, Rull berusaha menenangkan hatinya dan mempersiapkan dirinya untuk pertempuran yang akan datang.
Jenderal dan pasukan lainnya bersiap untuk bertempur, dengan posisi prajurit berkuda di depan, prajurit Spartan di tengah, dan prajurit pemanah berada di belakang. Dari kejauhan, terlihat hawa kegelapan yang semakin mendekat—Demous dan pasukannya. "Pemanah, semuanya ambil posisi. Tunggu aba-aba dariku," ucap Jenderal dengan tegas. Para monster berlarian menghampiri Irdlia.
"Tahan... Tahan... Tahan... Sekarang!" Pemanah menembakkan ribuan busurnya, menghujani para monster. "Pasukan kuda, maju!" Seruan Jenderal menggema, diiringi sorakan prajurit berkuda yang maju menyerang pasukan Demous.
"Pasukan ku, serang!" ucap Demous dengan lantang. Pasukan berkuda maju menyerang pasukan Demous, sementara pemanah terus meluncurkan busur mereka. Di tengah pertempuran, Jenderal menghampiri Demous. "Demous, aku siap menghadapi mu."
"Dengan senang hati, Jenderal," balas Demous dengan senyuman licik. Jenderal dan Demous pun bertarung dengan sengit, pedang mereka beradu dengan dentingan keras.
Peperangan terus berlangsung dengan intensitas tinggi. Beberapa monster yang mengabaikan pasukan berkuda mencoba menerobos masuk, namun pasukan Spartan yang menjaga benteng berhasil menahan mereka. Strategi yang dibuat Jenderal terbukti sangat efektif. Para monster kesulitan menerobos pasukan Spartan yang kuat, dan pemanah yang selalu menembakkan busur mereka dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments