Arc Irdlia Bab 7 Pemuda Dalam Ramalan

Rull merasa hatinya terharu dan berempati dengan penderitaan yang dialami oleh Ratu Arendelle. "Yang Mulia, aku sangat berduka atas kehilangan yang telah Anda alami. Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk melindungi Tsaritsa dan kerajaan ini dari ancaman Demous. Kita tidak akan membiarkan sejarah kelam itu terulang lagi."

Ratu Arendelle tersenyum dengan lembut, meski air mata masih mengalir di pipinya. "Terima kasih, Rull. Aku percaya bahwa kehadiranmu di sini bukanlah kebetulan. Kau adalah harapan baru bagi Irdlia. Bersama, kita akan menghadapi dan mengalahkan Demous. Aku yakin dengan keberanianmu, kita bisa melindungi Tsaritsa dan semua yang kita cintai."

Rull berterima kasih kepada Ratu Arendelle atas waktunya, kemudian meninggalkan ruangan. Saat keluar, dia melihat Arlecchino sedang berjalan. Mengumpulkan keberanian, Rull mendekati Arlecchino.

"Hino, aku ingin..." Rull mencoba berbicara.

Arlecchino memotongnya, "Jika kau ingin berbicara denganku, temui aku di pohon beringin," katanya sebelum pergi.

Rull merasa senang bahwa ia masih diberikan kesempatan. Dia keluar dari istana dan memperhatikan cuaca yang mulai gelap. "Apakah akan turun hujan? Tapi kan sekarang musim salju," pikirnya.

Rull berjalan ke arah pohon beringin dan menunggu Arlecchino dengan ekspresi sedikit cemas. Tak lama kemudian, Arlecchino datang dengan wajah sedikit kesal.

"Hino, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan," kata Rull.

"Sudah, jangan banyak omong. Langsung saja ke intinya," balas Arlecchino.

"Terima kasih, Hino, telah menyelamatkan aku waktu itu," kata Rull.

"Udah itu saja? Sekarang aku yang bertanya kepadamu, siapa kau sebenarnya?" tanya Arlecchino serius.

"Hah? Mengapa kau menanyakan itu kepadaku? Aku Rull, seorang pengembara," jawab Rull bingung.

"Kau memang orang yang diramalkan," jawab Arlecchino.

"Apa maksudmu, Hino?" tanya Rull.

"Kau adalah utusan dewa Aonghus. Kau adalah orang yang akan menyelamatkan masa depan Irdlia. Maaf atas kelancanganku. Aku begitu keras kepala dan naif. Karena kenaifanku, aku sampai tidak memperdulikan kondisi sendiri. Rull, tolonglah selamatkan region ini," ucap Arlecchino dengan perasaan sedih.

"Hino, maaf, aku... aku tidak bisa berjanji kepada Irdlia. Aku hanya pria nyasar, lemah, tidak bisa bertarung. Aku sangatlah menyedihkan, Hino," kata Rull dengan nada putus asa.

Arlecchino terdiam, meresapi ucapan Rull. "Jangan membuat ku kecewa, atau aku tidak akan memaafkan mu," ucap Arlecchino dengan sedih.

Rull terkejut mendengar perkataan Arlecchino. "Orang sedingin Arlecchino, mengeluarkan perkataan seperti itu?" pikirnya.

"Hino, tolong ajarkan aku berpedang denganmu," Rull memohon dengan wajah yang sangat dekat dengan Arlecchino, membuat wajah Arlecchino memerah.

"Ehh... apa? Mengajarkanmu?" jawab Arlecchino, canggung.

"Iya, tolong ajarkan aku berpedang agar aku bisa menyelamatkan region ini," pinta Rull penuh harap.

"Maaf, aku tidak bisa mengajarkanmu, karena teknik berpedangku tidak begitu hebat," jawab Arlecchino, kemudian berdiri dan meninggalkan Rull. "Jika kau ingin latihan pedang, mintalah kepada temanmu yang bernama Blade. Dia jauh lebih ahli dari ku," tambahnya sebelum pergi.

Rull menghela napas panjang, merenungi kata-kata Arlecchino. Dia tahu bahwa jika ingin melindungi Irdlia, dia harus menjadi lebih kuat. Dengan tekad yang baru, Rull memutuskan untuk menemui Blade dan memohon bantuannya.

Rull kembali pulang dan melihat Mike dan Jack sedang sibuk. "Mike, Jack, sedang apa kalian?" tanyanya.

"Aku sedang menyelesaikan tempat persembunyian," jawab Mike.

"Untuk apa?" tanya Rull lagi.

"Blade bilang tidak lama lagi akan ada perang," kata Mike.

"Apa? Di mana Blade sekarang?" tanya Rull, semakin khawatir.

"Aku tidak tahu," jawab Mike.

"Oke, semuanya istirahat dulu. Tessa sudah memasak makanan enak," kata Lisa.

Rull melihat wajah Tessa yang tampak seperti trauma. "Tessa, ada apa denganmu?" tanyanya dengan lembut.

"Ah, Kakak Rull, apakah Irdlia akan baik-baik saja?" Tessa bertanya dengan nada cemas.

Rull merasa campur aduk, tapi berusaha menenangkan Tessa. "Iya, Tessa, percaya saja. Kalian semua makan saja duluan, aku ingin mencari Blade dulu," kata Rull, kemudian bergegas keluar untuk mencari Blade.

Rull mencari ke berbagai tempat namun tidak menemukan Blade. Ia terus mencari hingga malam hari, tetapi tetap tidak berhasil. "Blade, di mana kau?" Rull menggumamkan, merasa putus asa. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali pulang.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***