Bab 8. Pemakaman Ibu

Ibu akan di makam kan di tanah wakaf keluarga, jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, bisa di jangkau dengan berjalan kaki.

Saat proses pemakaman, Hana melihat pak Arman turut hadir.

Entah sejak kapan ia hadir, tapi Hana tak mampu menyapa nya lebih dulu.

Gundukan tanah terlihat semakin rapi.

Taburan bunga pun sudah mulai di ratakan.

"Hana tolong air mawar nya" kata mba Nina yang akan menyirami kuburan ibu lebih dulu.

Hana memberikan botol air mawar tersebut, dan membagikan beberapa bungkusan kembang kepada kedua Kaka nya.

Hana berada tepat di samping bapak.

Ketika anak- anak sedang proses menaburkan bunga, terlihat bapak yang sesekali mencium nisan ibu.

Air matanya masih sesekali mengalir.

Bapak memang sangat mencintai ibu, walaupun anak - anak nya sudah besar semua. Bapak selalu saja seperti orang yang sedang berpacaran dengan ibu di hadapan anak - anak.

Proses pemakaman pun selesai, semua berjalan dengan lancar tanpa ada kendala apapun.

Jasad ibu kini sudah benar - benar bersatu dengan tanah.

Taburan bunga yang penuh di atas makam yang membentang, seperti menyadarkan Hana dan keluarga bahwa ibu benar - benar sudah pergi dari dunia ini.

Pak ustad juga sudah selesai memimpin do'a.

Satu persatu orang beranjak dan pergi dari makam ibu.

Tersisa Hana dan bapak..

Kira - kira sekitar hampir 20 menit Hana masih belum beranjak dari makam ibu.

"Hana, sudah yuk... Gak baik terlalu lama meratapi begini.. biar ibu jalan di sana juga tidak ada yang menghalangi" kata bapak.

Mata Hana melirik ke arah bapak di samping tanpa menoleh kan kepalanya.

"Bapak saja duluan, 5 menit lagi.." kata Hana meminta untuk di tinggalkan sendiri.

Bapak beranjak dari duduknya, mencium kening Hana dan berlalu pergi.

Kini tersisa Hana dan makam ibu.

Hana memandangi tulisan batu nisan di hadapannya, ibu Maria binti Umar wafat 10 juli 2024.

"Remuk sekali rasa hati ku Bu..." Tangannya menggenggam erat di pinggiran tulisan Nisan ibunya.

"Bu.. maafkan aku ya.. aku ridho atas kepergian mu.. bahagia di sana buk..." Air matanya kembali menetes satu persatu.. membasahi makam yang masih basah juga.

"Bu.. Hana akan kembali setiap hari Jumat Bu.. Hana sayang sama ibuk.. assalamualaikum Bu"

Hana memejamkan matanya cukup lama..

Merasakan dalam - dalam bahwa ketakutan selama ini sudah menjadi kenyataan.

"Hana.. sudah yuk..." Hana membuka matanya pelan, dia kenal suara itu. Ya.. suara Gita.

Tanpa pikir panjang, Hana memeluk Gita dan menangis tersedu - sedu.

"Maafin ibu ya git, maafin kalo ibu punya salah huhu..." rintih nya, Pelukan Hana dan gita semakin erat.

Gita tak bisa menjawab apa - apa, Gita juga terhanyut dalam kesedihan Hana.

Gita hanya bisa menepuk-nepuk bahu Hana, setidaknya bisa membuat Hana sedikit tenang.

Dari kejauhan, terlihat bapak kembali berjalan ke makam menghampiri Hana dan gita.

"Sudah yuk, kita pulang... Kita ikhlaskan ibu.. sekarang hanya do'a yang bisa menolong ibu" kata bapak...

Hana menghela nafas panjang, dan turut berjalan meninggalkan makam.

.......

Malam pertama tahlilan pun berjalan dengan lancar.

Saat semua bapak - bapak pulang satu persatu, ada pak Arman yang menghampiri Bapak.

Ketika Hana melihat, seketika itu juga Hana menghampiri pak Arman dan mengucapkan terimakasih.

"Pak terima kasih banyak ya, sudah hadir dan mendoakan ibu" Hana langsung mencium tangan pak Arman. Sebagai mana murid kepada guru nya.

Pak Arman tak banyak berkata, ia hanya mengangguk- an kepalanya di hadapan Hana.

Dan kembali berbincang dengan bapak.

.......

Pagi hari nya, Hana harus berangkat kesekolah seperti biasa.

"Pak Hana berangkat ya.. assalamualaikum"

Hana mencium tangan bapak, dan ketiga Kaka nya.

"Hati - hati ya dek" kata mbak Nina.

Hana hanya memberi senyum yang tidak bersemangat. Terlihat jelas raut kesedihan di wajahnya.

Ketiga Kaka nya masih menginap di rumah ibu sampai tahlilan ke 7 nanti.

Jadi Hana dan bapak, masih belum merasakan kesepian yang sesungguhnya.

Datang- lah di hari ke 7 ibu meninggalkan keluarga. Hana dan ketiga saudaranya sedang membereskan pakaian ibu di lemari..

Orang - orang kampung bilang, sebagian pakaian ibu yang masih layak pakai harus di bagikan, tidak boleh di simpan begitu saja.

"Fa, ini mau di bagikan ke siapa ya?" Tanya mbak Nina.

"Sebagian untuk bude Sri aja mbak, tadi orangnya bilang mau, untuk kenang- kenangan" jawab Fafa.

Hiruk pikuk suasana dirumah Hana masih ramai oleh beberapa saudara, karna malam ini adalah malam ke 7 tahlilan dirumah.

Bude meta yang sejak tadi terlihat mondar-mandir, di panggil untuk memilih sisa- sisa baju ibu Maria.

"Bude meta... Sini.." mbak Nina melambaikan tangan mengarahkan agar bude masuk ke dalam kamar.

Bude meta beranjak masuk ke kamar, dan melihat banyak pakaian almarhumah.

"Mau di bagikan ya nin?" Tanya meta.

"Kalau bude mau, silahkan pilih bude.. sebagian sudah kita pisahkan untuk kita berempat" kata mbak Nina.

Bude terpaku sejenak, raut wajahnya terlihat masih sedih atas kepergian teman baiknya itu.

"Boleh ngga bude minta 2 pcs?" Tanya meta.

Mbak Nina dan mbak Fafa hanya mengangguk kan kepalanya, tanda setuju.

.......

Sudah hari ke 7 di lalui oleh Hana dan keluarga, mulai terasa berat.

Karena Kaka - Kaka Hana juga akan kembali pulang ke rumahnya.

Di teras rumah yang tidak begitu luas, mereka sekeluarga berkumpul untuk membicarakan bagaimana kedepannya keadaan dirumah.

"Pak, untuk makan setiap hari bagaimana pak?" Tanya mbak Nina..

"Bisa beli kok nak..." Jawab bapak..

Mbak Nina, Fafa dan Yaya hanya beradu pandang.

"Gimana kalau menurut kamu han?" Tanya bapak yang sedari tadi melihat Hana hanya diam saja.

Hana menarik nafas panjang, tapi kepalanya terus menunduk.

"Hhuuufttt.. aku terserah pada bapak aja, aku kan juga bisa masak yang gampang- gampang pak" jawabnya.

"Memang nya kamu ngga repot? Kamu berangkat sekolah kan pagi dek" tanya mbak Nina.

"Bisa kok mbak.. aku bisa bangun lebih pagi lagi. Kalian gausah khawatir. Insyaallah Hana bisa jaga bapak" jawab Hana dengan kepala yang masih menunduk.

"Heh bapak yang akan jaga kamu" jawab bapak dengan cepat.

Hana yang menunduk segera mengangkat kepalanya, menatap bapak kembali dengan mata yang sudah di penuhi air mata.

"Iyaaa pak..." Jawab Hana dengan suara yang lirih.. air matanya jatuh lagi.

"Atau mau Kaka nginep sampai nanti 40 hari dek?" Tanya mbak Nina.

"Gausah mbak, mbak kan udah punya suami. Aku juga sudah besar kok" jawab Hana lagi.

Keadaan menjadi sunyi... Semua diam membisu..

Episodes
1 Bab 1. Lagi - Lagi Maju Ke Depan
2 Bab 2. Di Hadang Pak Arman!
3 Bab 3. Seperti Ada Rahasia
4 Bab 4. Hana Penasaran
5 Bab 5. Titipan Ibu
6 Bab 6. Hari Paling Buruk
7 Bab 7. Kesedihan Yang Mendalam
8 Bab 8. Pemakaman Ibu
9 Bab 9. Gita Mencoba Menghibur
10 Bab 10. Mulai Terasa Sunyi
11 Bab 11. Bertemu Dengan Dia
12 Bab 12. Maukah Kamu Jadi Istriku?
13 Bab 13. Misi Pertama Berhasil
14 Bab 14. Demi Merebut Hati Hana
15 Bab 15. Misi Kedua
16 Bab 16. Gita Bisa Menjadi Jembatan
17 Bab 17. Galau Dadakan!
18 Bab 18. Merasa Bersalah
19 Bab 19. Kemana Dia?
20 Bab 20. Mungkin Jodoh?
21 Bab 21. Arman Kembali Mengatakan Cinta
22 Bab 22. Meski Gagal, Tapi Malam Ini Penuh Kenangan.
23 Bab 23. Bapak Jatuh Sakit.
24 Bab 24. Rawat Inap
25 Bab 25. Rembukan Dadakan
26 Bab 26. Hadiah Dadakan Untuk Hana
27 Bab 27. Curhatan Sahabat Lama.
28 Bab 28. Kata - Kata Gita Menyentuh Hati.
29 Bab 29. Apakah Hana Berbohong?
30 Bab 30. Akhirnya Cincin Itu Terpasang.
31 Bab 31. Kedua Orang Tua Arman Menjenguk Bapak.
32 Bab 32. Canggung!
33 Bab 33. Ternyata Mami Manda Tau Sifat Hana.
34 Bab 34. Bingkisan Yang Banyak!
35 Bab 35. Mau kah Kau Jadi Istriku?
36 Bab 36. Persiapan Acara
37 Bab 37. Senang nya Punya Mertua Kaya!
38 Bab 38. Pertunangan
39 Bab 39. Persiapan Menuju Pelaminan
40 Bab 40. Calon Penghuni Rumah Baru!
41 Bab 41. Hana dan Arman Bertemu Seseorang
42 Bab 42. Ujian Menjelang Pernikahan
43 Bab 43. Fitting Baju Pengantin
44 Bab 44. Pernikahan Itu Tiba
45 Bab 45. Malam Pertama
46 Bab. Resign?
47 Bab 47. Hari pertama jadi istri mantan guru
48 Bab 48. Remon!
49 Bab 49. PT. Arya Guna Group
50 Bab 50. Gita main berkunjung ke rumah mewah Hana
51 Bab 51. Hana Sumringah
52 Bab 52. Reno.
53 Bab 53. Mencoba bicara..
54 Bab 54. Apakah Arman marah?
55 Bab 55. Pemikiran yang tak searah.
56 Bab 56. Pasar Malam.
57 Bab 57. Hana kenapa?
58 Bab 58. Rumah sakit.
59 Bab 59. "Mas aku mau di peluk" ucap Hana.
60 Bab 60. Mami Tiba - Tiba Datang
61 Bab 61. Hasil Tespek Kedua
62 Bab 62. Arman menghela nafas panjang!
63 Bab 63. Kalau menurut bapak?
64 Bab 64. RSIA Riang Pelita
65 Bab 65. Kantung janin.
66 Bab 66. Nina malah tertidur.
67 Bab 67. Hana Malah Ketiduran!
68 Bab 68. Rezeki mba Pur!
69 Bab 69. Gita menangis haru!
70 Bab 70. Satu bulan kemudian.
71 Bab 71. Kontrol Kembali.
72 Bab 72.Usia kehamilan 7 Minggu.
73 Bab 73. Gaji Bu sari.
74 Bab 74. Acara 4 Bulanan.
75 Bab 75. Hana semakin manja!
76 Bab 76. Lunglai di atas ranjang.
77 Bab 77. Berat Badan yang Baim drastis!
78 Bab 78. Menghindari sesuatu.
79 Bab 79. Mulai berbelanja.
80 Bab 80. Minggu ke 38!
81 BAB 81. Melahirkan Normal?
82 Bab 82. Arsyana Dhatu Arman.
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Lagi - Lagi Maju Ke Depan
2
Bab 2. Di Hadang Pak Arman!
3
Bab 3. Seperti Ada Rahasia
4
Bab 4. Hana Penasaran
5
Bab 5. Titipan Ibu
6
Bab 6. Hari Paling Buruk
7
Bab 7. Kesedihan Yang Mendalam
8
Bab 8. Pemakaman Ibu
9
Bab 9. Gita Mencoba Menghibur
10
Bab 10. Mulai Terasa Sunyi
11
Bab 11. Bertemu Dengan Dia
12
Bab 12. Maukah Kamu Jadi Istriku?
13
Bab 13. Misi Pertama Berhasil
14
Bab 14. Demi Merebut Hati Hana
15
Bab 15. Misi Kedua
16
Bab 16. Gita Bisa Menjadi Jembatan
17
Bab 17. Galau Dadakan!
18
Bab 18. Merasa Bersalah
19
Bab 19. Kemana Dia?
20
Bab 20. Mungkin Jodoh?
21
Bab 21. Arman Kembali Mengatakan Cinta
22
Bab 22. Meski Gagal, Tapi Malam Ini Penuh Kenangan.
23
Bab 23. Bapak Jatuh Sakit.
24
Bab 24. Rawat Inap
25
Bab 25. Rembukan Dadakan
26
Bab 26. Hadiah Dadakan Untuk Hana
27
Bab 27. Curhatan Sahabat Lama.
28
Bab 28. Kata - Kata Gita Menyentuh Hati.
29
Bab 29. Apakah Hana Berbohong?
30
Bab 30. Akhirnya Cincin Itu Terpasang.
31
Bab 31. Kedua Orang Tua Arman Menjenguk Bapak.
32
Bab 32. Canggung!
33
Bab 33. Ternyata Mami Manda Tau Sifat Hana.
34
Bab 34. Bingkisan Yang Banyak!
35
Bab 35. Mau kah Kau Jadi Istriku?
36
Bab 36. Persiapan Acara
37
Bab 37. Senang nya Punya Mertua Kaya!
38
Bab 38. Pertunangan
39
Bab 39. Persiapan Menuju Pelaminan
40
Bab 40. Calon Penghuni Rumah Baru!
41
Bab 41. Hana dan Arman Bertemu Seseorang
42
Bab 42. Ujian Menjelang Pernikahan
43
Bab 43. Fitting Baju Pengantin
44
Bab 44. Pernikahan Itu Tiba
45
Bab 45. Malam Pertama
46
Bab. Resign?
47
Bab 47. Hari pertama jadi istri mantan guru
48
Bab 48. Remon!
49
Bab 49. PT. Arya Guna Group
50
Bab 50. Gita main berkunjung ke rumah mewah Hana
51
Bab 51. Hana Sumringah
52
Bab 52. Reno.
53
Bab 53. Mencoba bicara..
54
Bab 54. Apakah Arman marah?
55
Bab 55. Pemikiran yang tak searah.
56
Bab 56. Pasar Malam.
57
Bab 57. Hana kenapa?
58
Bab 58. Rumah sakit.
59
Bab 59. "Mas aku mau di peluk" ucap Hana.
60
Bab 60. Mami Tiba - Tiba Datang
61
Bab 61. Hasil Tespek Kedua
62
Bab 62. Arman menghela nafas panjang!
63
Bab 63. Kalau menurut bapak?
64
Bab 64. RSIA Riang Pelita
65
Bab 65. Kantung janin.
66
Bab 66. Nina malah tertidur.
67
Bab 67. Hana Malah Ketiduran!
68
Bab 68. Rezeki mba Pur!
69
Bab 69. Gita menangis haru!
70
Bab 70. Satu bulan kemudian.
71
Bab 71. Kontrol Kembali.
72
Bab 72.Usia kehamilan 7 Minggu.
73
Bab 73. Gaji Bu sari.
74
Bab 74. Acara 4 Bulanan.
75
Bab 75. Hana semakin manja!
76
Bab 76. Lunglai di atas ranjang.
77
Bab 77. Berat Badan yang Baim drastis!
78
Bab 78. Menghindari sesuatu.
79
Bab 79. Mulai berbelanja.
80
Bab 80. Minggu ke 38!
81
BAB 81. Melahirkan Normal?
82
Bab 82. Arsyana Dhatu Arman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!