Bab 6. Hari Paling Buruk

Sampai lah mereka di halte tujuan. Mereka turun dengan bergandengan tangan.

"Han, aku lewat belakang Indomaret aja ya. Aku kamu masih lurus kan?" Tanya Gita.

Dari halte memang ada gang kecil untuk memotong jalan perumahan mereka.

"Oh oke git, bye" jawab Hana sambil melambaikan tangannya.

Sampainya dia di toko enci, benar saja tokonya antri.

"Hmmm bener kan antri" gumam Hana.

Karena memang toko ini harganya lumayan miring. Jadi banyak penjual kue yang belanja di toko ini dari pada harus jauh - jauh ke pasar.

Sudah hampir 15 menit Hana mengantri, sisa 3 orang lagi, dan setelah itu baru giliran Hana.

"Hmmm.. Masih sisa 3 orang lagi" Hana merogoh ponsel di saku nya. Saat membuka ponsel, ada 5 panggilan tak terjawab dari Gita, dan 6 panggilan tak terjawab dari bapak.

Ponsel Hana memang di sunyi kan setiap dia sekolah. Dan dering ponselnya di aktifkan kalau dia sudah kembali ke rumah.

"Loh ada apa ya? kok banyak panggilan tak terjawab dari Gita sama bapak" gumam Hana dalam hati.

Tidak ada pikiran negatif sedikit pun di pikiran Hana.

"Mungkin Gita mau liat pr lagi deh" Terka Hana.

Dia pun membalas dengan memberikan pesan singkat "Ada apa git nelfon?, sorry ngga ke angkat. Aku masih di toko enci nih" pesan terkirim.

Hana langsung kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku, dan kembali mengantri.

Antrian mulai berkurang dan sisa dua orang, Hana dan seorang ibu - ibu.

Tapi ibu-ibu itu terlihat masih mengecek list belanjaan nya. Jadilah Hana duluan untuk di layani.

Hana membeli sesuai pesanan ibu nya, saat Hana sedang proses membayar belanjaan nya, panggilan telfon dari Gita masuk lagi.

*Tringggg...

*Tringggg...

Tanpa pikir panjang Hana langsung menjawab telfon tersebut "halo ada apa git?" tanya Hana santai.

"Cepetan pulang gausah beli tepungnya cepetan pulang!" Kata Gita dengan nada sedikit panik.

"Loh ada apa sih Gita?!"

Terdengar suara Riung orang dari dalam telfon Gita.

"Halo?Gita?halo?"

Seiring dia sedang menjawab telfon, penjual tepung itu memberikan kembalian serta belanjaan Hana.

"Oh iya, Makasih ya pak" kata Hana

Hana yang bergegas mengambil tepungnya sedikit terburu - buru karena suara Riung dari balik ponsel nya membuat Hana agak panik.

Uang kembalian tepung segera ia masukkan ke dalam saku baju.

Ponselnya masih dalam genggaman nya.

"Halo Gita? Ada apa? Ini aku udah selesai nih" tanya Hana dengan sedikit panik.

"Ibu mu Bu Hana, tolong cepat pulang"

Hana yang terkejut, spontan berlari kecil dengan bungkusan tepung dan margarin di tangannya.

"Apa!!! Ibu? Ibu Kenapa git?"

"Halo Gita??? Ibu kenapa?"

Tidak ada jawaban dari Gita, hanya suara hiruk pikuk orang- orang yang ramai di ponselnya.

Hana terus mempercepat langkah nya agar cepat sampai dirumah.

Sampainya Hana di depan rumah nya, Hana di buat tertegun sejenak, rumahnya di penuhi banyak orang.

Pikirannya bertabrakan dengan sejuta pertanyaan.

"Ada apa ya?" Hati Hana berdegup kencang.

Dia sangat takut terjadi sesuatu pada ibunya.

Dada Hana mulai naik turun, nafasnya tersengal- sengal.

Ada salah satu dari tetangga nya berteriak, "hei minggir..! kasih jalan anaknya sudah datang"

Hana langsung membelah kerumunan orang di depan rumahnya, tepung dan margarin masih kuat - kuat di genggam nya.

Hana terus mencoba berjalan walaupun agak sempit untuk masuk ke dalam. Sambil menguatkan hati, dengan kenyataan yang akan di ketahui.

Benar saja, Di dalam rumah Hana, sudah ada bapak yang sudah pulang kerja. Mungkin bapak juga sudah di telfon lebih dulu. Biasanya bapak pulang sore menjelang malam.

Bapak terlihat menangis di depan ibu yang berbaring di atas kasur kecil di depan tv.

Sekujur tubuh Hana terasa lemas melihat ibu yang terbujur di pembaringan.

Hana membolakan mata nya tak percaya, alis nya terlihat sangat kencang bertabrakan. Bibir nya terasa berat rasanya Hana mengungkapkan. Pikiran nya sangat negatif tentang ibu.

Tapi, Tubuh ibu sudah di tutupi kain jarik, hanya menyisakan kepalanya saja yang masih terbuka.

Bapak yang melihat kehadiran Hana langsung berdiri dan menghampiri Hana, merangkul kedua pundak Hana dengan kerapuhan nya.

"Ibu udah ngga ada nakkkkkkk!!!" Pecah tangis bapak dan Hana detik itu juga.

Bungkusan tepung dan margarin pesanan ibu pun lepas dari tangan Hana.

Seluruh tubuh Hana terasa lemas.

"Ibuuuuukkkkkk!!!!!" Triak Hana.

"Ibuuuuuukkkkk!!!!!" Triak Hana meraung tak percaya.

"Bukkkkkk!!! Dengar Hana bukkkkk!!!!

"Sabar nak.. sabar nak!" bapak memeluk erat hana yang mulai makin meraung - raung lepas kontrol.

Hana memberontak dengan kuat, hingga terlepas pelukan dari bapak. Hana melompat, ke arah jasad ibu nya.

"Ibuuuuukkkkkk..... Bangun bukk!!!! Jangan pergi buk!!! Aaaaa ibukkkkk!!!!"

"Ibuuuk, bangun buk!!!" Hana mengguncang jasad ibunya yang masih hangat.

"Ibukkkk huhuhuuuuu...." Tangis Hana menjadi - jadi.. "bangun buk!!" rintihannya.

Gita yang sejak tadi sibuk menelfon sodara - sodara nya Hana pun ikut menangis di sampingnya. ia tak kuasa melihat sahabatnya itu dirundung kesedihan.

"Hana istighfar Hana.. jangan di guncang Hanaaaa kasian ibukkk..." Kata Gita menenangkan.

Bapak yang terlihat juga sedang memeluk ibu pun masih menangis tersedu-sedu.

"Huuuu..huuu... Ibukkkk!!!"

Hana memeluk jasad ibu, kepalanya di sandarkan tepat di dada ibunya.

"Sabar ya nak ya.. sabar naak.. doakan ibu nak" bapak mencoba menenangkan Hana yang masih di rundung duka.

"Huuu..huuu.... Ibu... Ini tepung dan margarin nya bukk... Ibuk katanya mau buat kue kan? Bangun buk!!! Huuuu.. huuuu... Bangun bukkkk!!!!" Rintih nya.

"Buuk..."

"Buk..."

"Bangun buk...."

Hana masih saja menggoncang jasad ibunya. Berharap keajaiban akan datang, dan tuhan mengembalikan ruh pada jasad ibunya.

Suatu hal yang benar- benar tidak dapat di percaya, adalah kehilangan orang yang paling kita sayangi.

Tangis makin pecah kembali saat ketiga kakak Hana datang di saat yang bersamaan.

Mba Nina, mba Yaya, dan mba Fafa.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar!! Ibuuuuuk..." Teriak ka Nina anak pertama.

Hana yang masih tersungkur di hadapan jasad ibunya tidak menoleh sedikitpun ke arah belakang.

Hana hanya mendengar suara mba Nina. Sempat terfikir kemana kedua Kaka yang lain. Tapi matanya masih menatap kosong ke wajah ibunda tercinta.

"Ayo tolong gotong dulu ke kamar, ayo tolong gotong" seruan Kaka ipar dan warga.

Ternyata mba Yaya dan mba Fafa sudah pingsan lebih dulu di depan pintu. sebelum menemui jasad ibu Maria.

Hana melihat orang-orang menggotong kedua Kaka nya yang pingsan bersamaan kedalam kamar.

Tanpa menghiraukan Kaka nya, Hana mendapatkan pelukan dari arah belakang.

Ya! Hana di peluk oleh mba Nina.

"Dek.... Ibuk dek.... Kenapa cepat sekali dek... YaaAllah... Ibukkk!!.... " rintihnya.

Air mata mba Nina yang mengalir di punggung Hana, membuat seragam sekolah yang sudah lepek dari tadi menjadi semakin basah.

Terpopuler

Comments

Mega Prasetya

Mega Prasetya

aku kalo mbaca part ini selalu teringat alm bapakku yang pergi mendahului aku, rasanya pingin nangis kalau mbaca part ini😭😭

2025-03-31

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Oh ada kakak2 nya Hana,Ku pikir Hana anak tunggal lho..

2024-09-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Lagi - Lagi Maju Ke Depan
2 Bab 2. Di Hadang Pak Arman!
3 Bab 3. Seperti Ada Rahasia
4 Bab 4. Hana Penasaran
5 Bab 5. Titipan Ibu
6 Bab 6. Hari Paling Buruk
7 Bab 7. Kesedihan Yang Mendalam
8 Bab 8. Pemakaman Ibu
9 Bab 9. Gita Mencoba Menghibur
10 Bab 10. Mulai Terasa Sunyi
11 Bab 11. Bertemu Dengan Dia
12 Bab 12. Maukah Kamu Jadi Istriku?
13 Bab 13. Misi Pertama Berhasil
14 Bab 14. Demi Merebut Hati Hana
15 Bab 15. Misi Kedua
16 Bab 16. Gita Bisa Menjadi Jembatan
17 Bab 17. Galau Dadakan!
18 Bab 18. Merasa Bersalah
19 Bab 19. Kemana Dia?
20 Bab 20. Mungkin Jodoh?
21 Bab 21. Arman Kembali Mengatakan Cinta
22 Bab 22. Meski Gagal, Tapi Malam Ini Penuh Kenangan.
23 Bab 23. Bapak Jatuh Sakit.
24 Bab 24. Rawat Inap
25 Bab 25. Rembukan Dadakan
26 Bab 26. Hadiah Dadakan Untuk Hana
27 Bab 27. Curhatan Sahabat Lama.
28 Bab 28. Kata - Kata Gita Menyentuh Hati.
29 Bab 29. Apakah Hana Berbohong?
30 Bab 30. Akhirnya Cincin Itu Terpasang.
31 Bab 31. Kedua Orang Tua Arman Menjenguk Bapak.
32 Bab 32. Canggung!
33 Bab 33. Ternyata Mami Manda Tau Sifat Hana.
34 Bab 34. Bingkisan Yang Banyak!
35 Bab 35. Mau kah Kau Jadi Istriku?
36 Bab 36. Persiapan Acara
37 Bab 37. Senang nya Punya Mertua Kaya!
38 Bab 38. Pertunangan
39 Bab 39. Persiapan Menuju Pelaminan
40 Bab 40. Calon Penghuni Rumah Baru!
41 Bab 41. Hana dan Arman Bertemu Seseorang
42 Bab 42. Ujian Menjelang Pernikahan
43 Bab 43. Fitting Baju Pengantin
44 Bab 44. Pernikahan Itu Tiba
45 Bab 45. Malam Pertama
46 Bab. Resign?
47 Bab 47. Hari pertama jadi istri mantan guru
48 Bab 48. Remon!
49 Bab 49. PT. Arya Guna Group
50 Bab 50. Gita main berkunjung ke rumah mewah Hana
51 Bab 51. Hana Sumringah
52 Bab 52. Reno.
53 Bab 53. Mencoba bicara..
54 Bab 54. Apakah Arman marah?
55 Bab 55. Pemikiran yang tak searah.
56 Bab 56. Pasar Malam.
57 Bab 57. Hana kenapa?
58 Bab 58. Rumah sakit.
59 Bab 59. "Mas aku mau di peluk" ucap Hana.
60 Bab 60. Mami Tiba - Tiba Datang
61 Bab 61. Hasil Tespek Kedua
62 Bab 62. Arman menghela nafas panjang!
63 Bab 63. Kalau menurut bapak?
64 Bab 64. RSIA Riang Pelita
65 Bab 65. Kantung janin.
66 Bab 66. Nina malah tertidur.
67 Bab 67. Hana Malah Ketiduran!
68 Bab 68. Rezeki mba Pur!
69 Bab 69. Gita menangis haru!
70 Bab 70. Satu bulan kemudian.
71 Bab 71. Kontrol Kembali.
72 Bab 72.Usia kehamilan 7 Minggu.
73 Bab 73. Gaji Bu sari.
74 Bab 74. Acara 4 Bulanan.
75 Bab 75. Hana semakin manja!
76 Bab 76. Lunglai di atas ranjang.
77 Bab 77. Berat Badan yang Baim drastis!
78 Bab 78. Menghindari sesuatu.
79 Bab 79. Mulai berbelanja.
80 Bab 80. Minggu ke 38!
81 BAB 81. Melahirkan Normal?
82 Bab 82. Arsyana Dhatu Arman.
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Lagi - Lagi Maju Ke Depan
2
Bab 2. Di Hadang Pak Arman!
3
Bab 3. Seperti Ada Rahasia
4
Bab 4. Hana Penasaran
5
Bab 5. Titipan Ibu
6
Bab 6. Hari Paling Buruk
7
Bab 7. Kesedihan Yang Mendalam
8
Bab 8. Pemakaman Ibu
9
Bab 9. Gita Mencoba Menghibur
10
Bab 10. Mulai Terasa Sunyi
11
Bab 11. Bertemu Dengan Dia
12
Bab 12. Maukah Kamu Jadi Istriku?
13
Bab 13. Misi Pertama Berhasil
14
Bab 14. Demi Merebut Hati Hana
15
Bab 15. Misi Kedua
16
Bab 16. Gita Bisa Menjadi Jembatan
17
Bab 17. Galau Dadakan!
18
Bab 18. Merasa Bersalah
19
Bab 19. Kemana Dia?
20
Bab 20. Mungkin Jodoh?
21
Bab 21. Arman Kembali Mengatakan Cinta
22
Bab 22. Meski Gagal, Tapi Malam Ini Penuh Kenangan.
23
Bab 23. Bapak Jatuh Sakit.
24
Bab 24. Rawat Inap
25
Bab 25. Rembukan Dadakan
26
Bab 26. Hadiah Dadakan Untuk Hana
27
Bab 27. Curhatan Sahabat Lama.
28
Bab 28. Kata - Kata Gita Menyentuh Hati.
29
Bab 29. Apakah Hana Berbohong?
30
Bab 30. Akhirnya Cincin Itu Terpasang.
31
Bab 31. Kedua Orang Tua Arman Menjenguk Bapak.
32
Bab 32. Canggung!
33
Bab 33. Ternyata Mami Manda Tau Sifat Hana.
34
Bab 34. Bingkisan Yang Banyak!
35
Bab 35. Mau kah Kau Jadi Istriku?
36
Bab 36. Persiapan Acara
37
Bab 37. Senang nya Punya Mertua Kaya!
38
Bab 38. Pertunangan
39
Bab 39. Persiapan Menuju Pelaminan
40
Bab 40. Calon Penghuni Rumah Baru!
41
Bab 41. Hana dan Arman Bertemu Seseorang
42
Bab 42. Ujian Menjelang Pernikahan
43
Bab 43. Fitting Baju Pengantin
44
Bab 44. Pernikahan Itu Tiba
45
Bab 45. Malam Pertama
46
Bab. Resign?
47
Bab 47. Hari pertama jadi istri mantan guru
48
Bab 48. Remon!
49
Bab 49. PT. Arya Guna Group
50
Bab 50. Gita main berkunjung ke rumah mewah Hana
51
Bab 51. Hana Sumringah
52
Bab 52. Reno.
53
Bab 53. Mencoba bicara..
54
Bab 54. Apakah Arman marah?
55
Bab 55. Pemikiran yang tak searah.
56
Bab 56. Pasar Malam.
57
Bab 57. Hana kenapa?
58
Bab 58. Rumah sakit.
59
Bab 59. "Mas aku mau di peluk" ucap Hana.
60
Bab 60. Mami Tiba - Tiba Datang
61
Bab 61. Hasil Tespek Kedua
62
Bab 62. Arman menghela nafas panjang!
63
Bab 63. Kalau menurut bapak?
64
Bab 64. RSIA Riang Pelita
65
Bab 65. Kantung janin.
66
Bab 66. Nina malah tertidur.
67
Bab 67. Hana Malah Ketiduran!
68
Bab 68. Rezeki mba Pur!
69
Bab 69. Gita menangis haru!
70
Bab 70. Satu bulan kemudian.
71
Bab 71. Kontrol Kembali.
72
Bab 72.Usia kehamilan 7 Minggu.
73
Bab 73. Gaji Bu sari.
74
Bab 74. Acara 4 Bulanan.
75
Bab 75. Hana semakin manja!
76
Bab 76. Lunglai di atas ranjang.
77
Bab 77. Berat Badan yang Baim drastis!
78
Bab 78. Menghindari sesuatu.
79
Bab 79. Mulai berbelanja.
80
Bab 80. Minggu ke 38!
81
BAB 81. Melahirkan Normal?
82
Bab 82. Arsyana Dhatu Arman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!