Bab 5. Titipan Ibu

1 tahun kemudian..

Kehidupan Hana kembali seperti semula, fokus belajar dan tidak ingin menghiraukan rasa pede nya semalam. Kini Hana sudah kelas 3 SMK.

Jam dinding menunjukkan pukul 05.30 pagi, Hana sedang bersiap-siap berangkat ke kesekolah.

"Hana.. nanti pulang sekolah tolong mampir membeli 1 kg tepung dan 1/2 kg margarin di toko enci ya.. ibu lagi kurang enak badan nih, malas jalan kedepan." ucap ibu dari arah dapur yang sedang menyiapkan bekal makan siang untuk Hana di sekolah.

"Emangnya Mau bikin apa Bu? Kalau ngga enak badan ngga usah bikin-bikin kue Bu, nanti kecapean aja deh" kata Hana sembari memakai sepatunya.

Ibu Maria, ibu nya Hana ini memang punya riwayat darah tinggi sejak melahirkan Hana dulu, dan sering kambuh seiring bertambahnya umur.

Ibu maria berjalan menghampiri hana sambil membawa bekal makan siang di tangan kanannya, dan segenggam uang di tangan kirinya "Mau bikin kue biji ketapang untuk besok, kan besok ada arisan keluarga dirumah bude Sri, kakak kakak mu pasti mampir kesini dulu kan.." katanya.

Ibu itu memang selalu repot kalau sudah urusan anak. Ia selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Ibu Maria juga sangat ahli dalam memasak apapun. Berbagai macam kue, atau lauk pauk.

Bapak Malik, suami dari Bu Maria alias bapaknya Hana juga sangat suka dengan apapun yang Bu Maria masak.

Hana memandang ibu dengan wajah sedikit cemas, karena wajah ibu terlihat lebih pucat dari pada biasanya.

"Obat darah tinggi nya masih ada kan Bu? udah di minum belum Bu?" Tanya Hana.

"Masih ada, 2 hari lalu baru di tebus sama bapak.. " jawab ibunya sambil memegang kepalanya.

"Jangan lupa di minum ya Bu obat darah tingginya" Hana mencoba mengingat kan ibu Maria.

"Iya nak, nanti abis sarapan ibu minumnya"

Hana kembali menatap ibunya.

"ini uang sangu mu 20 aja ya, ini uang untuk beli tepung nanti, jangan di gabung nanti ke tuker"

Ibu memberi uang 1 lembar Rp.20.000 untuk sangu sekolah Hana, dan 1 lembar Rp.50.000 untuk membeli tepung dan margarin.

Hana berpamitan berangkat ke sekolah dan mencium tangan ibu..

Tapi kali ini berbeda, ibu memeluk Hana.

"Tumben di peluk, kalau ada maunya meluk meluk hehehe" kata Hana menggoda.

Ibunya hanya tersenyum menatap Hana.

"Belajar yang giat ya nak, biar jadi orang sukses. Semoga kelak kamu juga dapat jodoh orang yang sangat sayang sama kamu, yang kaya, yang Sholeh" kata ibunya.

"Yeeee aamiin... Katanya aku masih sekolah... tapi sekarang ngomongin jodoh"

"Ya.. Aminin aja kalau di doain tuh" jawab ibu dengan cepat.

"Oiya ya hehehe... oh ya Bu, kalau ada kembaliannya untuk aku ya hehe" kata hana sambil memasukan uang tersebut ke saku baju nya.

Ibu hanya memberikan ekspresi setengah senyuman.

Ibu nya tau, Hana hanya berguyon..

Hana anak yang jujur sedari kecil, dia akan tetap mengulang dan meminta izin untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain, jika ia memang ingin.

"Bye ibu... Assalamualaikum Bu, jangan lupa minum obatnya" Hana melambaikan tangan nya sambil berlalu.

"Waalaikumsalam nak ku sayang" jawab ibunya sambil menutup pintu.

Dalam perjalanan menuju sekolah, Hana menaiki bus sekolah. Selain ber-AC nilai plusnya adalah gratis. Itu bisa membuat Hana menyisihkan uang sangu nya untuk di tabung.

Umur Hana yang sudah 18 tahun, tidak memungkiri kalau kebutuhan skincare nya sudah mulai bertambah banyak macamnya, sama hal nya seperti anak perawan pada umumnya.

Untuk bisa membeli semua itu, Hana menyisihkan sedikit demi sedikit dari uang sangunya.

Sesampainya di sekolah, Hana melalui pelajaran pertama dengan sangat baik.

Saat bertemu Pak Arman pun di sekolah seperti biasanya saja, pak Arman guru garang dan jutek.

Tapi hari ini bebas dari pelajaran matematika. pelajaran terakhir adalah bahasa indonesia.

Jam dinding di kelas terus berputar menunjukkan pukul 11.30 untuk mata pelajaran terakhir.

"Hana, Hana... Nengok dong.. hana... Pr bahasa Indonesia dong liat plis... " terdengar suara Gita yang berbisik dari arah belakang.

Hana menoleh sekejap, kedua mata nya di sipit-kan, tanda malas bercakap.

"Ogah....." spontan hanya 1 kata terucap dari mulut Hana menjawab permintaan dari Gita.

Hana kembali bergulat dengan pulpen dan bukunya, selain pintar matematika dia juga suka menulis cerita.

"Hana....... Plis.... " Suara Gita terdengar merengek, walaupun mereka seumuran dan sama - sama anak bungsu, tapi gaya Gita memang lebih manja dari pada Hana.

Wajar saja, karena Gita adalah anak satu - satunya di keluarga nya yang berkecukupan.

"Hana... Ih Hana nih. Plissssss dong.." Gita menghampiri ketempat duduk Hana.

"Plis dong Hana, nanti aku tlaktirrrr deh pulang sekolah di kantin" kata Gita memohon.

Tanpa pikir panjang Hana mengeluarkan sebuah buku dengan label bahasa Indonesia "nih.. bener yaaa traktir hehehe" senyum Hana terlempar tepat di bola mata gita, dan jemarinya mencolek pipi Gita.

"Dasar kamu nih, kalau traktir aja cepet" kata Gita sambil mengambil buku bahasa Indonesia dan segera menyalinnya.

"Iya dong, udah capek - capek mikir masa ngga dapat apa - apa! Lagi pula kamu juga kebiasaan deh nyontek terus!" Hana menjulurkan lidahnya ke arah Gita, meledek.

Gita hanya melirik judes menatap Hana.

Jam terus berputar, pelajaran bahasa Indonesia pun sudah usai. Tak lupa juga Hana langsung menagih janji nya Gita.

"Come on Gita... Perutku masih muat kok, mau di traktir apa nih sayangku?" Tanya Hana dengan nada menggoda.

"Ayok deh apa aja yang kamu mau" kata Gita.

Sampai nya di kantin, mereka memesan jus alpukat dan burger bakar.

Ternyata di kantin ada pak Arman, yang entah sedang apa di sana.

"Halo Pak Arman" sapa Hana dan Gita.

"Hai, mau pulang ya?" Tanya pak Arman.

"Iya pak, abis di traktir Gita. Soalnya dia nyontek ke aku pak" jawab Hana.

"Eh eh Hana" Gita dengan cepat menepuk lengan Hana yang jail sekali mulut nya.

Berani berani nya Gita melaporkan nya di depan pak Arman.

"Loh... Loh... Loh... Kok nyontek?" Tanya pak Arman.

"Eh eh ngga pak, Hana bercanda pak" Gita terlihat sangat takut dan panik.

Hana cekikikan melihat nya.

"Maaf ya pak, kita duluan ya pak... "

Gita menarik paksa lengan baju Hana ke arah pintu keluar. Hana masih saja cekikikan melihat ke-panikan Gita di depan pak Arman.

Mereka tidak makan di kantin, melainkan mereka makan sambil berjalan pulang ke arah halte bis.

Sampainya di halte bis Gita terlihat manyun saja dengan kantong jajanan di genggamannya.

"Git, cepetan abisin.. gak boleh makan di bis" kata Hana.

"Kenyang aku han, apalagi tadi kamu iseng banget, aku lanjutin makan di rumah aja..."

"Kenyang atau ngambek.. wleee" Hana menjulurkan lidahnya.

"Yeeee emang nya kamu kaya gilingan apa aja masuk wleee..." Gita pula menjulurkan lidahnya.

Mereka memang seperti kucing dan anjing. Sebentar - sebentar bertengkar. Tapi mereka berdua tidak pernah bermusuhan.

Mereka bersahabat sejak bayi.

Bus sekolah pun datang, dan lumayan agak penuh tapi mereka dapat kursi dari dua orang laki - laki dari sekolah lain yang mengalah untuk berdiri.

"Lumayan dapet duduk kan han hehehe" kata Gita yang duduk di dekat jendela.

Hana hanya melirik Gita dengan wajah datar.

"Oiya git, nanti kamu duluan aja ya, aku mau beli tepung titipannya ibu di toko enci takut ngantri dan kelamaan" kata Hana.

"Oh, oke deh..."

Episodes
1 Bab 1. Lagi - Lagi Maju Ke Depan
2 Bab 2. Di Hadang Pak Arman!
3 Bab 3. Seperti Ada Rahasia
4 Bab 4. Hana Penasaran
5 Bab 5. Titipan Ibu
6 Bab 6. Hari Paling Buruk
7 Bab 7. Kesedihan Yang Mendalam
8 Bab 8. Pemakaman Ibu
9 Bab 9. Gita Mencoba Menghibur
10 Bab 10. Mulai Terasa Sunyi
11 Bab 11. Bertemu Dengan Dia
12 Bab 12. Maukah Kamu Jadi Istriku?
13 Bab 13. Misi Pertama Berhasil
14 Bab 14. Demi Merebut Hati Hana
15 Bab 15. Misi Kedua
16 Bab 16. Gita Bisa Menjadi Jembatan
17 Bab 17. Galau Dadakan!
18 Bab 18. Merasa Bersalah
19 Bab 19. Kemana Dia?
20 Bab 20. Mungkin Jodoh?
21 Bab 21. Arman Kembali Mengatakan Cinta
22 Bab 22. Meski Gagal, Tapi Malam Ini Penuh Kenangan.
23 Bab 23. Bapak Jatuh Sakit.
24 Bab 24. Rawat Inap
25 Bab 25. Rembukan Dadakan
26 Bab 26. Hadiah Dadakan Untuk Hana
27 Bab 27. Curhatan Sahabat Lama.
28 Bab 28. Kata - Kata Gita Menyentuh Hati.
29 Bab 29. Apakah Hana Berbohong?
30 Bab 30. Akhirnya Cincin Itu Terpasang.
31 Bab 31. Kedua Orang Tua Arman Menjenguk Bapak.
32 Bab 32. Canggung!
33 Bab 33. Ternyata Mami Manda Tau Sifat Hana.
34 Bab 34. Bingkisan Yang Banyak!
35 Bab 35. Mau kah Kau Jadi Istriku?
36 Bab 36. Persiapan Acara
37 Bab 37. Senang nya Punya Mertua Kaya!
38 Bab 38. Pertunangan
39 Bab 39. Persiapan Menuju Pelaminan
40 Bab 40. Calon Penghuni Rumah Baru!
41 Bab 41. Hana dan Arman Bertemu Seseorang
42 Bab 42. Ujian Menjelang Pernikahan
43 Bab 43. Fitting Baju Pengantin
44 Bab 44. Pernikahan Itu Tiba
45 Bab 45. Malam Pertama
46 Bab. Resign?
47 Bab 47. Hari pertama jadi istri mantan guru
48 Bab 48. Remon!
49 Bab 49. PT. Arya Guna Group
50 Bab 50. Gita main berkunjung ke rumah mewah Hana
51 Bab 51. Hana Sumringah
52 Bab 52. Reno.
53 Bab 53. Mencoba bicara..
54 Bab 54. Apakah Arman marah?
55 Bab 55. Pemikiran yang tak searah.
56 Bab 56. Pasar Malam.
57 Bab 57. Hana kenapa?
58 Bab 58. Rumah sakit.
59 Bab 59. "Mas aku mau di peluk" ucap Hana.
60 Bab 60. Mami Tiba - Tiba Datang
61 Bab 61. Hasil Tespek Kedua
62 Bab 62. Arman menghela nafas panjang!
63 Bab 63. Kalau menurut bapak?
64 Bab 64. RSIA Riang Pelita
65 Bab 65. Kantung janin.
66 Bab 66. Nina malah tertidur.
67 Bab 67. Hana Malah Ketiduran!
68 Bab 68. Rezeki mba Pur!
69 Bab 69. Gita menangis haru!
70 Bab 70. Satu bulan kemudian.
71 Bab 71. Kontrol Kembali.
72 Bab 72.Usia kehamilan 7 Minggu.
73 Bab 73. Gaji Bu sari.
74 Bab 74. Acara 4 Bulanan.
75 Bab 75. Hana semakin manja!
76 Bab 76. Lunglai di atas ranjang.
77 Bab 77. Berat Badan yang Baim drastis!
78 Bab 78. Menghindari sesuatu.
79 Bab 79. Mulai berbelanja.
80 Bab 80. Minggu ke 38!
81 BAB 81. Melahirkan Normal?
82 Bab 82. Arsyana Dhatu Arman.
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Lagi - Lagi Maju Ke Depan
2
Bab 2. Di Hadang Pak Arman!
3
Bab 3. Seperti Ada Rahasia
4
Bab 4. Hana Penasaran
5
Bab 5. Titipan Ibu
6
Bab 6. Hari Paling Buruk
7
Bab 7. Kesedihan Yang Mendalam
8
Bab 8. Pemakaman Ibu
9
Bab 9. Gita Mencoba Menghibur
10
Bab 10. Mulai Terasa Sunyi
11
Bab 11. Bertemu Dengan Dia
12
Bab 12. Maukah Kamu Jadi Istriku?
13
Bab 13. Misi Pertama Berhasil
14
Bab 14. Demi Merebut Hati Hana
15
Bab 15. Misi Kedua
16
Bab 16. Gita Bisa Menjadi Jembatan
17
Bab 17. Galau Dadakan!
18
Bab 18. Merasa Bersalah
19
Bab 19. Kemana Dia?
20
Bab 20. Mungkin Jodoh?
21
Bab 21. Arman Kembali Mengatakan Cinta
22
Bab 22. Meski Gagal, Tapi Malam Ini Penuh Kenangan.
23
Bab 23. Bapak Jatuh Sakit.
24
Bab 24. Rawat Inap
25
Bab 25. Rembukan Dadakan
26
Bab 26. Hadiah Dadakan Untuk Hana
27
Bab 27. Curhatan Sahabat Lama.
28
Bab 28. Kata - Kata Gita Menyentuh Hati.
29
Bab 29. Apakah Hana Berbohong?
30
Bab 30. Akhirnya Cincin Itu Terpasang.
31
Bab 31. Kedua Orang Tua Arman Menjenguk Bapak.
32
Bab 32. Canggung!
33
Bab 33. Ternyata Mami Manda Tau Sifat Hana.
34
Bab 34. Bingkisan Yang Banyak!
35
Bab 35. Mau kah Kau Jadi Istriku?
36
Bab 36. Persiapan Acara
37
Bab 37. Senang nya Punya Mertua Kaya!
38
Bab 38. Pertunangan
39
Bab 39. Persiapan Menuju Pelaminan
40
Bab 40. Calon Penghuni Rumah Baru!
41
Bab 41. Hana dan Arman Bertemu Seseorang
42
Bab 42. Ujian Menjelang Pernikahan
43
Bab 43. Fitting Baju Pengantin
44
Bab 44. Pernikahan Itu Tiba
45
Bab 45. Malam Pertama
46
Bab. Resign?
47
Bab 47. Hari pertama jadi istri mantan guru
48
Bab 48. Remon!
49
Bab 49. PT. Arya Guna Group
50
Bab 50. Gita main berkunjung ke rumah mewah Hana
51
Bab 51. Hana Sumringah
52
Bab 52. Reno.
53
Bab 53. Mencoba bicara..
54
Bab 54. Apakah Arman marah?
55
Bab 55. Pemikiran yang tak searah.
56
Bab 56. Pasar Malam.
57
Bab 57. Hana kenapa?
58
Bab 58. Rumah sakit.
59
Bab 59. "Mas aku mau di peluk" ucap Hana.
60
Bab 60. Mami Tiba - Tiba Datang
61
Bab 61. Hasil Tespek Kedua
62
Bab 62. Arman menghela nafas panjang!
63
Bab 63. Kalau menurut bapak?
64
Bab 64. RSIA Riang Pelita
65
Bab 65. Kantung janin.
66
Bab 66. Nina malah tertidur.
67
Bab 67. Hana Malah Ketiduran!
68
Bab 68. Rezeki mba Pur!
69
Bab 69. Gita menangis haru!
70
Bab 70. Satu bulan kemudian.
71
Bab 71. Kontrol Kembali.
72
Bab 72.Usia kehamilan 7 Minggu.
73
Bab 73. Gaji Bu sari.
74
Bab 74. Acara 4 Bulanan.
75
Bab 75. Hana semakin manja!
76
Bab 76. Lunglai di atas ranjang.
77
Bab 77. Berat Badan yang Baim drastis!
78
Bab 78. Menghindari sesuatu.
79
Bab 79. Mulai berbelanja.
80
Bab 80. Minggu ke 38!
81
BAB 81. Melahirkan Normal?
82
Bab 82. Arsyana Dhatu Arman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!