Bahu Anak pertama

Karena sudah siang hari, Rina memutuskan untuk ke rumah Nika. Karena dia menduga jika Abrar pasti berada disana. Dan tidak pulang ke rumahnya. Atau mungkin, Nika malah menyembunyikan anak semata wayangnya.

Dengan menggunakan ojek yang mangkal tidak jauh dari rumahnya. Rina sampai dengan cepat di rumah Nika. Di sana, masih terlihat beberapa orang, mungkin saja mereka merupakan keluarga jauh dari Nika.

"Nika ..." teriak Rina. Dia bahkan tidak peduli dengan tatapan penuh tanya dari orang-orang sekitarnya. "Keluar kamu Nika ..." sambung Rina.

Seorang lelaki pun dengan beraninya menghampiri Rina. Dan menegurnya, agar jangan berteriak semaunya di rumah orang. Apalagi, rumah tersebut masih saja dalam keadaan berduka.

"Memangnya siapa kamu hah?

 memerintah aku." balas Rina sengit.

"Gak enak aja Bu, dilihat sama orang. Atau baiknya, kita bicarakan di dalam." ajak orang tersebut masih bersikap ramah.

Orang tersebut memang tidak mengenali Rina. Karena dia merupakan saudara jauh dari Ibu Nika. Dan baru saja sampai tadi pagi.

"Gak sudi aku masuk ke rumah itu. Mulai sekarang, aku haramkan diriku menginjak kaki di rumah jelek tersebut." sumpah Rina.

"Panggilkan wanita sialan bernama Nika itu. Dia pasti telah merayu anakku." seru Rina.

Samsul yang mendengar suara keributan pun, mengajak Nika untuk keluar. Padahal sebelumnya, Samsul ingin bertanya tentang alasan Nika mau membatalkan lamaran dari Abrar. Padahal terlihat jelas dari kedua matanya, jika Nika mencintai Abrar.

"Keluar lah, nanti kita sambung lagi." perintah Samsul. Dan mereka berdua pun melangkah keluar.

"Nika, kemana Abrar hah?" teriak Rina, kala melihat Nika.

"A-aku gak tahu Bu ..." balas Nika.

"Halah,,, pasti kamu sembunyikan dia kan? Kamu pasti mau mengajaknya nikah lari kan? Sayangnya aku udah tahu niat busuk mu." umpat Rina.

"Aku gak tahu bu, bukankah, semalam kalian pulang berdua? Kenapa sekarang menanyakan padaku?" tanya Nika.

Rina tersenyum sinis. "Ternyata kamu masih berpura-pura bodoh ya. Biar apa? Biar semua orang iba padamu?" sinis Rina. "Katakan sejujurnya, dimana kamu sembunyikan Abrar? Kenapa ponselnya tidak aktif?"

"Aku tidak menyembunyikannya Bu, lagipula, untuk apa aku menyembunyikan Bang Abrar? Aku juga gak mau menikah dengannya. Lagian, siapa sih, yang mau menikah dengannya, yang bonusnya dapat mertua julid seperti anda." ungkap Nika. Dan orang-orang disana langsung menahan tawanya. mendengar hinaan dari mulut Nika.

Bahkan ada yang terang-terang menepuk tangan tanda bangga dengan jawaban Nika.

"Ka-kamu ..." Rina menunjuk ke arah Nika.

"Tanyakan pada dirimu sendiri, dimana anakmu. Dan kenapa dia bisa belum pulang." Nika menepis tangan Rina.

Amarah Rina semakin memuncak, dia hendak melayangkan tangannya ke wajah Nika. Namun, sebuah tangan menahan tangannya yang hampir menyentuh kulit Nika.

"Ibu sungguh keterlaluan ..." desis Abrar.

Dia memang sudah berada disana sejak beberapa saat. Dan Samsul sempat melihatnya. Namun di suruh diam oleh Abrar, dengan tanda telunjuk di bibirnya.

Abrar juga sempat mendengar ucapan pedas dari mulut Nika. Namun, dia tidak menyalahkan Nika. Karena tahu, mungkin ini berawal dari Ibunya.

Sejujurnya, Abrar sedikit kecewa pada Nika yang terang-terangan menolaknya kembali. Padahal dia berniat meminta maaf pada Nika.

"Abrar ,,, kamu gak apa-apa nak? Dimana mereka sembunyikan kamu?" tanya Rina. Dia bahkan lupa niat yang semula hendak menampar Nika.

Rina bahkan menangkup erat pipi Abrar.

"Maaf Nika, maaf atas kekacauan yang Ibu lakukan." pinta Abrar dengan tanda memohon dari tangannya.

"Heh,,, kenapa harus minta maaf? Seharusnya dia yang harus meminta maaf seraya berlutut pada Ibu. Dia yang telah mempermalukan Ibu ..." ujar Rina tidak terima.

"Ayo pulang ..." Abrar malah menarik lengan Ibunya. Dia tidak mau jika kembali berdebat dengan Ibunya dihadapan orang ramai.

Semula Rina memang menolak, namun Abrar malah semakin menarik lengannya dengan kasar. Mau, tak mau Rina mengikuti langkah kaki lebar anaknya.

Sampai di rumah, dengan muka merah Abrar bertanya tentang tujuan Ibunya membuat keributan di rumah Nika.

"Ibu hanya ingin mencari mu ..." bela Rina.

"Tapi aku tidak disana Bu, dan aku yakin mereka juga sudah mengatakan itu." balas Abrar.

"Ya, mungkin mereka bohong. Atau mungkin kamu disekap di suatu tempat."0

"Ibu terlalu mengada-ngada, mereka orang baik Bu, dan mungkin jika aku kesana. Mereka malah menyuruhku kembali." bela Abrar. "Aku pergi untuk menenangkan diri dari sikap egois mu bu ..." lanjut Abrar kemudian memasuki kamarnya.

"Puji terus, memang kamu pikir itu akan mengubah keputusan ku?" batin Rina.

Kembali ke rumah Nika. Beberapa orang mulai izin pada Nika. Tentu saja, mereka meninggalkan uang berupa uang untuk mambantu meringankan Nika. Karena tadi, saat mereka sedang makan bersama, terlihat penjaga warung depan mendatangi Nika, dan mengatakan jika Emaknya pernah berhutang sejumlah lima puluh ribu.

Untung, sepupu dari Dian dengan baik hati, membayarnya.

"Maafkan kami, karena tidak bisa lama-lama menemanimu Nika. Tapi, jika kamu butuh sesuatu, jangan sungkan untuk memberitahu kami." seru sepupu Dian yang membayar hutang tadi.

"Terimakasih Wak, kedatangan dan doa dari kalian sangat berarti untuk kami. Terutama untuk Emak dan Ayah, karena yang dia butuhkan hanya doa dari orang-orang terdekatnya." balas Nika.

"Samsul, kamu kapan kembali?" tanya yang lainnya

"Mungkin lusa. Karena esok masih ada penutupan pengajian." balas Samsul.

Di tempat Nika, memang biasanya diadakan tahlilan untuk orang meninggal sampai tiga hari. Kecuali bagi mereka orang-orang berada, mereka bisa mengadakan acara sampai tujuh hari lamanya.

Nika berulang kali merasakan getar dari ponselnya. Namun, dia mengabaikannya. Karena bisa menebak, jika itu pasti dari Abrar.

Rumah mereka kembali terasa sepi, kini hanya tinggal Samsul dan istrinya yang ikut menemani.

"Wak, ini tolong di urus untuk acara besok ..." pinta Nika menyerahkan uang sebesar satu juta setengah. Dan itu semua pemberian dari beberapa orang sepupu Dian.

Karena tentu saja, semua dari mereka hanya mempunyai penghasilan pas-pasan, makanya mereka hanya bisa membantu alakadarnya.

"Besok kita hanya mengundang beberapa orang tetangga aja. Mengingat uang kita juga pas-pasan, dan wak sendiri tidak bisa membantu apapun." keluh Samsul menerima uang dari Nika.

Dan Samsul juga memerintahkan istrinya untuk memberitahukan pada warga sekitar. Karena jika Nika yang pergi akan sedikit kerepotan. Sebab Amar masih saja tidak bisa kehilangan Nika sedikit pun. Karena baginya, sekarang Nika adalah pengganti orang tuanya.

Dulu Ikram dan Dian sering meminta ke tiga anak mereka lainnya, untuk menghormati Nika. Karena jika mereka tiada nantinya, Nika akan menjadi orang yang menjaga mereka. Lagipula, Nika telah berkorban banyak untuk adik-adiknya. Karena anak pertama, rela cinta dan kasih sayang orang tuanya dibagi untuk adik-adik yang lainnya. Bahkan, tidak jarang, anak pertama mengalah demi keinginan adik-adik.

Terpopuler

Comments

Teteh Lia

Teteh Lia

nika juga ogah punya mertua julid kaya kamu

2024-08-05

1

Teteh Lia

Teteh Lia

Suudzon Mulu si ibu.

2024-08-05

1

Mawar_Jingga

Mawar_Jingga

buk Rina🔥🔥🔥🔥

2024-08-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!