Konspirasi Malam

Arumi menoleh ke belakang, melihat Raka yang masih berdiri memandangnya dengan tatapan penuh rasa iba dan ketidakrelaan melepas kepergiannya. “Diriku terlalu kelam untuk kau genggam. Maafkan aku,” gumam Arumi dalam hati. Ia menundukkan wajah, merasa berat untuk meninggalkan sosok pria yang selama ini begitu baik dan penuh perhatian padanya.

“Neng, ongkosnya!” Suara kenek tiba-tiba menyentak Arumi dari lamunannya. Kenek itu menyodorkan tangan, menagihnya.

“Oh, iya, Bang. Berapa?” tanya Arumi yang sedikit tersentak, masih setengah terjebak dalam pikirannya sendiri.

“75 ribu, Neng,” jawab si kenek sambil memasang wajah lelah.

Arumi mengeluarkan uang pecahan seratus ribu dari sakunya. “Ini, Bang.” Setelah menyerahkannya, ia menambahkan, “Maaf, Bang, berapa lama perjalanan ke kota?”

“Delapan jam,” jawab si kenek dengan nada datar, seperti sudah hafal dengan pertanyaan penumpang.

“Terima kasih, Bang. Tolong bangunkan saya kalau sudah sampai!” pinta Arumi yang segera disetujui oleh si kenek dengan anggukan singkat.

Setelah mendapatkan kembaliannya, Arumi merebahkan diri di kursi mobil berjenis microbus yang lebih dikenal dengan mobil travel. Malam yang dingin dan perjalanan jauh mulai mengalahkan kewaspadaannya. Perlahan-lahan, kelopak matanya tertutup, mengikuti beberapa penumpang yang lebih dulu tertidur.

Namun, di deretan kursi depan, dua pria bertato saling bertukar pandang dengan isyarat rahasia. Keduanya duduk tegak, memperhatikan situasi, menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya. Sang sopir tampak sibuk fokus menatap jalan gelap di depan, sementara si kenek sudah menyandarkan dirinya di kursi samping sopir, ikut terlelap dalam kantuk.

Beberapa saat kemudian, suasana bus semakin hening. Salah satu dari dua pria bertato itu yang tampak lebih gesit, mulai bergerak. Dengan sangat cekatan, ia menyelinap ke deretan kursi belakang, tempat seorang ibu dan dua bapak paruh baya tengah tertidur pulas. Pria itu bergerak dengan kelincahan seorang pencuri ulung, mengintai dan membobol tas penumpang dalam hitungan menit tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Setelah berhasil mendapatkan barang berharga dari mereka, ia melanjutkan aksinya ke deretan kursi ketiga yang diisi oleh tiga laki-laki dewasa. Lagi-lagi, ia dengan cepat mengambil apa yang bisa ia ambil.

Kini tinggal deretan kursi terakhir yang belum ia jamah, tempat Arumi duduk bersama seorang pria berbadan kekar dan berambut cepak yang tampak seperti seorang tentara. Pria itu sempat ragu. Ia sadar bahwa mencuri dari seorang aparat adalah langkah yang sangat berisiko, namun rasa tanggung membuatnya enggan melewatkan kesempatan ini.

"Terlihat terlalu berbahaya, tapi aku tak akan pergi tanpa hasil," pikirnya. Ia memutuskan untuk mengambil harta dari Arumi, gadis yang terlihat lemah di samping tentara itu.

Pria itu mendekat, duduk di sebelah Arumi yang kosong. Namun, saat ia mengintip barang bawaan Arumi, matanya terbelalak karena tak ada apa pun di sekitar gadis itu. “Cantik kok miskin! Jadi sugar daddy aja, Neng …, atau jual konten seksi di aplikasi, kan lumayan bisa beli Iphone,” kelakarnya dalam hati.

Kecewa dengan hasilnya, ia kemudian nekad membuka tas milik si pria cepak yang bersandar di atas kursi, persis di sebelahnya. “Kapan lagi ada kesempatan begini?” pikirnya dengan antusias, tetapi tidak begitu berharap dapat barang yang berharga. Begitu dibuka, ia terkejut bukan main. Alih-alih menemukan barang-barang biasa, isi tas itu adalah beberapa senjata api laras pendek dan amunisi. Matanya berbinar melihat senjata-senjata itu.

“Bagus, ini sangat bermanfaat untuk operasi selanjutnya,” bisiknya sambil menyeringai puas. Dengan gerakan tenang, ia mengambil seluruh isi tas dan kembali ke kursinya tanpa menimbulkan kecurigaan.

Saat pria itu duduk kembali dengan santai, temannya di depan langsung melirik tajam, matanya seketika melebar melihat tas hasil curian yang kini berada di tangan rekannya. "Kau sungguh nekat membawa tas loreng itu!" gumamnya pelan namun sarat kecemasan. Suaranya seperti seseorang yang tahu bahwa mereka tengah menapaki jalur bahaya yang terlalu licin dengan mengambil risiko mencuri dari seorang petugas.

"Risiko terlalu besar kalau tas itu dibiarkan di sana. Bisa-bisa kita modar kalau sampai ketahuan. Lagipula," sambung si pria dengan senyum yang lebih menawan ketimbang meyakinkan, "ambil saja pistolnya, berjaga-jaga kalau pemiliknya mencium sesuatu." Ia berbicara seakan semuanya berada dalam kendalinya, sebuah kepercayaan diri yang justru menguarkan aroma kejatuhan. Sialnya, keduanya sama sekali tak menyadari bahwa mereka sedang bermain dengan api, bahwa si pemilik tas telah merancang skenario ini jauh sebelum mereka berani melangkah.

“Umpan dari mainan pun kalian makan. Payah!” cibir si pria cepak dalam hati.

Beberapa menit setelah tasnya dicuri, si pria berambut cepak langsung memakai sarung tangan beracun yang telah disiapkannya. Ia kemudian bangkit dan berjalan dengan langkah tenang menuju sopir. "Bang, tolong pinggirkan sebentar! Saya perlu keluar, sudah kebelet," ucapnya dengan ekspresi yang seakan-akan sedang berbicara tentang urusan paling remeh.

Sopir yang tanpa menaruh kecurigaan sedikit pun, meliriknya dari kaca spion dan mengangguk patuh. "Baik, Pak. Saya cari tempat yang lebih sepi," sahutnya, lalu mulai memperlambat laju kendaraan, membelokkan roda ke tepian jalan yang remang dan sunyi.

Sesaat kemudian, mobil pun berhenti di pinggir area hutan yang dipenuhi bayangan gelap. Si pria cepak dengan kontrol yang nyaris sempurna, mengeluarkan instruksi berikutnya, "Bang, nggak perlu nyalain lampu, ya. Kasihan yang di belakang, biar mereka bisa tidur nyenyak." Suaranya terdengar lembut, namun setiap katanya menyembunyikan agenda yang jauh lebih gelap dari malam itu.

Ia lalu melirik ke arah kenek yang terlihat setengah tertidur di kursinya. "Bang, pintunya, tolong dibuka." Nada bicaranya tetap bersahabat, tetapi tajam, mengiris setiap gerakan di dalam mobil itu seperti pisau bedah.

Dengan malas, kenek menggerakkan tubuhnya yang berat, membuka pintu tanpa banyak bicara dan langsung kembali duduk seolah tugas itu tidak berarti apa-apa. Apa yang tidak ia sadari, tentu saja, sebuah rencana besar yang sedang digerakkan oleh pria berambut cepak tersebut.

Saat pintu terbuka, si pria cepak bergerak seperti bayangan, sangat cepat dan tanpa suara. Tanpa basa-basi, tangannya membekap mulut kedua penjahat yang kalah cepat dalam mengantisipasi adanya bahaya. Hanya dalam beberapa detik, mereka dilumpuhkan, kepala mereka terkulai, tubuh mereka jatuh tanpa tenaga, ekspresi mereka beku dalam keterkejutan yang menyedihkan.

Pria cepak menarik kedua tubuh penjahat itu keluar, menyeretnya dengan gerakan terukur ke sisi jalan yang gelap, lalu melemparkannya di bawah bayang-bayang pepohonan yang berbisik. Tanpa sebutir debu pun yang menempel di bajunya, ia kembali menaiki mobil, seolah tak ada sedikit pun keributan yang terjadi.

“Sudah, Bang. Jalan lagi!” ucap pria cepak dengan tenang, seakan kejadian sebelumnya hanyalah interupsi kecil dalam perjalanan malam itu.

Tanpa menoleh ke belakang, sang sopir segera menjalankan mobil, roda-rodanya kembali bergesekan dengan jalanan sepi yang dipeluk kegelapan. Di dalam mobil, suasana tetap tenang seperti semula. Penumpang lainnya masih terlelap, tak satu pun dari mereka sadar akan apa yang baru saja terjadi. Pria cepak kembali duduk di kursinya dengan wajah yang tidak menunjukkan tanda-tanda ketegangan. Sambil menyandarkan tubuh, ia memejamkan mata, seolah tak ada beban atau kesan dari tindakan yang baru dilakukannya—sesederhana itu baginya.

Malam terus melaju bersama mobil yang merayap di jalan gelap. Getaran mobil yang monoton, suara deru mesin yang menenangkan, membuat para penumpang tetap dalam kondisi terlelap. Malam itu, sebuah konspirasi kecil berakhir tanpa jejak, dan Arumi tetap terjaga dari bahaya, meski ia tak pernah tahu.

Terpopuler

Comments

〈⎳ HIATUS

〈⎳ HIATUS

Jangan tidur Arumi! 😡

2024-09-21

1

〈⎳ HIATUS

〈⎳ HIATUS

Ganggu aja si kenek

2024-09-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!