Momy? I'Am (Season 2)
"Menikah dengan orang yang kita cintai adalah hal yang indah. Akan lebih Indah lagi kala kita mampu membangun cinta itu setiap harinya dan mempertahankan nya."
~Dea Amelia Wijayanto~
.
.
.
.
Meja bundar itu di kelilingi oleh lima orang. Tiga perempuan dan dua lelaki. Wanita berumur tiga puluh lebih itu terlihat masih cantik di umurnya yang sudah memasuki kepala tiga. Meski anak pertama nya sudah remaja, dan anak ke dua mereka yang duduk di kelas empat akhir sekolah dasar.
Irama sumpit beradu dengan peralatan makan adalah nada indah di pagi hari. Wanita bermata bulat itu meletakan beberapa lauk-pauk di atas mangkok anak-anak nya dan juga suaminya.
"Wah! Kak Lucas selalu saja romantis," puji Sasa dengan wajar iri.
Dea tersenyum lebar, ia menatap lambat gadis berdarah Jepang yang tinggal dengan keluarganya itu. Miyawaki Sasa, adalah asisten pribadi sang putri. Merangkap menjadi guru untuk sang putri. Dea mempercayai semuanya pada gadis cantik itu. Karena ia sudah menganggap Sasa sebagai adik kandung nya sendiri.
"Makanya cepat ajak kekasih mu menikah, Sa!" jawab Dea yang mendapat wajah bersemu dari gadis cantik itu.
"Aku ingin nya begitu, hanya
saja-"
Gesekkan kaki meja membuat seluruh mata menatap sang kepala keluarga. Perkataan yang belum genap dari Sasa terpaksa di pangkas. Kala Lucas berdiri dengan ponsel yang ia genggam. Dahi Dea mengerut kala melihat wajah aneh sang suami.
"Ada apa?" tanya Dea kala Lucas mengecup dahinya.
"Aku harus ke kantor sekarang, karena ada sesuatu yang penting terjadi di kantor," seru Lucas pelan.
Lelaki yang telah matang itu mengecup pipi ke dua buah hatinya. Dea hanya mengangguk, Lucas hanya melempar senyum pada gadis berumur dua puluh tiga tahun itu. Yang di balas sama.
Lucas buru-buru keluar dari rumah mewahnya. Sasa menatap lambat ke arah Lucas dengan dahi berkerut.
"Kenapa Kak Lucas terlihat panik?" tanya dengan wajah keheranan.
"Seperti nya ada yang penting," jawab Dea seadanya.
Bintang dan Jun terlihat asik dengan makannya. Sasa hanya mungut-mungut, lalu mengusap puncak kepala Bintang. Gadis remaja itu sudah seperti adik sekaligus anak bagi Sasa. Lima tahun kenal dan tiga tahun hidup bersama membuat kasih sayangnya melekat. Baik pada Bintang maupun Jun.
"Apa Bintang ada jadwal latihan lagi nanti sore?" Tanya Dea menatap berganti pada Bintang dan Sasa.
"Hari ini mungkin aku akan tidur di Asrama Ma! Karena besok akan ada evaluasi konsep dance," jawab Bintang dengan menatap wajah cantik sang Ibu.
"Mungkin akan satu Minggu Kak! Maaf aku lupa memberitahukan pada Kak Dea!" sesal Sasa kala menatap wajah Dea.
"Ah, bagaimana ini? Mama akan mengunjungi Pulau Bali selama tiga hari. Dan nanti akan berangkat, bagaimana dengan Jun?" keluh Dea lirih.
"Aku akan menjaga Jun, Kak. Karena kemungkinan besar aku tidak akan di perbolehkan masuk dalam asrama. Lagi pula aku dari rumah akan mengontrol dan mengatur keperluan Bintang. Dan sekaligus menjaga Jun," tutur Sasa yang mendapat wajah lega dari Dea.
"Aku bukan anak kecil lagi, kenapa harus repot mengurusi aku. Lagi pula Kak Bintang akan tampil untuk pertama kalinya di layar televisi kan. Ia akan debut menjadi artis pasti lebih memiliki kesibukan dan keperluan," papar Jun mendapatkan tatap aneh dari tiga orang wanita yang menatap takjub ke arah nya.
Dea mengulas senyum, mengusap puncak kepala sang putra. Lalu berkata,"Semua anak Mama, memang pengertian."
Bintang dan Jun tersenyum. Sasa ikut mengulas senyum manis. Baik Bintang maupun Jun adalah anak yang pintar dan manis. Memiliki pengertian yang sangat besar. Dea bersyukur akan hal itu. Kesibukan menjadi seorang Desainer Bangunan membuat waktu Dea tersita. Tapi ke dua anaknya mengerti akan hal itu. Tidak pernah merengek atau menuntut lebih.
***
Lucas mendesah kasar. Masalah Proyek yang gagal membuat kepalanya mau pecah saja. Ia menatap jengah pada tumpukan dokumen. Ia merasa merindukan sahabat nya Chandra Lelaki itu selalu bisa di andalkan saat ada masalah. Tapi sejak Chandra menikah dengan gadis asal Singapura. Lelaki itu memutuskan untuk tinggal di sana.
Selama empat tahun kurang Lucas merasa kerepotan. Ia memutar kursi singgasana nya, menatap cermin. Mencoba menghilangkan suntuk di wajahnya. Menatap gedung pencakar langit yang terlihat tak ada cahaya.
Meski waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam. Lelaki itu belum juga beranjak dari kantornya. Telapak tangan Lucas mengusap kasar wajahnya. Lucas berdiri dari posisi duduknya, melangkah menuju ruangan rahasia.
Mungkin tidur di kantor adalah pilihan terbaik. Tanpa pikir panjang Lucas memilih mandi tengah malam. Sepuluh menit waktu yang ia butuhkan untuk menyegarkan tubuhnya.
Pelukan dari belakang membuat ia tersenyum. Tak perlu berbalik untuk tau siapa sang pemilik tangan. Aroma yang ia kenal sudah cukup membuat ia menyadarinya. Lucas mengusap punggung tangan gadis cantik itu.
"Apa sangat melelahkan?" tanya dengan nada manja.
"Hem!" jawab Lucas pelan.
Gadis cantik itu membalikkan tubuh Lucas menghadap ke arahnya. Jadi jemari lentik itu memijat ke dua sisi kening Lucas dengan posisi berjinjit.
Lucas menarik gadis itu untuk duduk di kasur King Size miliknya. Lalu merebahkan kepalanya di paha mulus yang terekspos karena gaun yang ia pakai tak mampu menutupi paha mulus nya. Tangan gadis itu kembali bekerja mengurut pelan. Memberikan rasa nyaman dan rileks.
"Aku lelah sekali," ujar Lucas dengan nada berat.
Ia memejamkan matanya. Gadis itu tersenyum tipis."Apa perlu aku melamar menjadi sekretaris mu, Kak?"
Kelopak mata sempit itu terbuka. Melihat lagi ke arah wajah cantik itu. Lalu tersenyum, ah! Senyum dan perhatikan yang hangat. Sudah sangat lama dan jarang ia dapat kan dari sang istri.
Semenjak Dea bekerja, Lucas mulai merasakan perubahan. Dea lebih sering menghabiskan hari di luar rumah. Bukan saja kesibukan mengurus ke dua buah hatinya. Wanita yang menyandang status Nyonya Sandoro itu bahkan tidak punya hari libur untuk bersama. Sekedar untuk saling melepas rindu.
Bagaimana tidak? Wanita cantik bak boneka berjalan itu sudah sangat sibuk. Saat hari libur akan di habiskan untuk tidur dan beristirahat. Bahkan waktu yang di miliki oleh Lucas jauh lebih banyak ketimbang Dea Meskipun wanita itu libur dua hari atau satu Minggu. Maka waktu itu akan di habiskan dengan sang buah hati.
Saat ia akan bermanja-manja, wanita itu tidak bisa. Ia terlihat letih dan butuh istirahat di dalam kamar. Manusia memiliki kebutuhan jasmani dan rohani. Dan Lucas, lelaki yang sangat tampan itu mendapat semuanya dari gadis yang kini terlihat memijit keningnya yang berdenyut.
"Boleh juga," jawab Lucas dengan senyum ganjil.
"Benarkah?" tanya sang gadis antusias.
Lucas terkekeh pelan. Lalu meraih tengkuk gadis cantik itu. Mengecup beberapa kali, membuat rona itu muncul. Meski jarak umur ke duanya terpaut sangat jauh. Tidak memberikan perbedaan yang jauh pula.
Gadis yang di merona itu begitu dewasa dan mengemas kan. Begitu tau apa pun yang Lucas butuhkan. Dan tidak pernah menuntut banyak hal.
"Aku butuh pelepasan," seru Lucas dengan nada lirih.
Gadis itu terlihat semakin memerah. Membuat Lucas semakin gemas. Lucas membenarkan posisinya. Ia memilih berhadapan dengan gadis cantik berkulit salju itu. Mendekatkan wajahnya. Ke duanya berciuman dengan panas.
Gadis itu terlihat ahli melayani nafsu lelaki Lucas. Hingga ciuman turun di leher jenjangnya. Bunyi decakan bibir dan erangan erotis terasa memanas. Ke duanya selalu melakukan nya kala ada kesempatan.
Sedangkan di lain tempat Wanita bermata rembulan itu menggoreskan ujung pensilnya di atas sketsa. Meski baru empat jam sampai di Bali ia sudah bekerja. Dea meraih cangkir kopi yang telah dingin. Menegak sisa kopie yang ada.
"Ah, habis!" Keluh Dea berdiri dari posisi duduknya.
Ia melangkah keluar dari kamar penginapan. Dea dan team perusahaan menyewa Villa mewah. Tanpa alas kaki Dea menuju dapur, kembali membuat kopi baru.
"Kau belum tidur?"
Seruan dari belakang tubuhnya membuat wanita cantik itu menoleh. Dea tersenyum, lalu berkata,"Apa Kakak juga ingin aku buatkan kopi atau susu hangat?"
Ara tersenyum. Ia menggeleng, wanita cantik berambut sebahu itu meraih gelas. Mengisi penuh dengan air mineral. Lalu melangkah menuju meja makan. Menarik kursi dan duduk. Menatap Dea yang kini mengaduk kopi yang telah jadi.
"Kau tidak lelah?" tanya Ara.
Dea melangkah dengan cangki kopi di tangannya. Lalu mengikuti jejak Ara, duduk di kursi.
"Lelah, hanya saja aku suka. Kakak tau bukan aku sangat menyukai membuat sketsa atau pun Desain bangunan," jawab Dea.
"Ya, aku tau. Hanya saja kau itukan sudah berkeluarga. Jadi pasti sangat lelah."
"Ya. Tapi Kakak boleh aku bertanya?" ujar Dea dengan wajah tak enak.
"Tanyakan saja. Aku tidak akan marah."
"Kenapa Kakak tidak mau menikah?"
Ara menatap lekat Dea. Membuat Dea merasa bersalah."Maafkan pertanyaan ku, Kak! Tidak usah di jawab," tutur Dea dengan wajah aneh.
Ara tersenyum."Aku tidak marah. Pertanyaan itu sudah sering aku dengar. Alasannya mungkin terdengar klise. Tapi baiklah akan aku katakan," jawabnya pelan,"Aku mengalami traumatik dalam hubungan. Karena Ibuku di selingkuh oleh Ayahku. Awalnya aku berpikir itu bahwa lelaki itu tidak sama. Namun kau tau De? Aku di selingkuhi tiga kali dalam hubungan pacaran. Dan terakhir, di tinggal nikah sejak saat itu aku berjanji aku tidak akan mau mempercayai lelaki dalam hubungan Pernikahan atau pacaran." Lanjut Ara dengan wajah menatap lekat wajah Dea.
Dea mengangguk mengerti, ia tau bagaimana rasanya itu."Aku berharap kau tidak mengalaminya Dea." Tutur Ara di sela ia meneguk air minum nya.
Dea hanya melempar kan senyum lembut tanpa balasan."Sayangnya dulu aku juga pernah merasakannya Kak! Tapi sekarang tidak lagi," ujar hati kecil Dea.
Wanita itu tidak tau saja. Takdir kembali mempermainkannya. Dan akan kembali menggoreskan luka dengan cara yang sama. Namun dengan kesakitan yang berbeda.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Evi Marena
uhhhhh sakit hati q,ternyata suaminya selingkuhan😔
2021-06-26
1
Chyka Asika
baru baca aja udh sakit hati,,, kenapa harus selingkuh lg sih thor,,,
rasa nya nggk kuat buat lanjutin baca,,,
kesel gua, tp mau marah ama siapa yah,,,??
pengen gue bejek bejek tuh laki,,,
kenapa nggk di biarain aja sih mati bunuh diri kemaren tuh,,,
2021-05-08
0
Anis
baru baca bab 1 aja udah kudu mencak mencak q. mesti karo sasa... knp dri dulu dea selalu di tikam sama orang terdekatnya.. dulu kakaknya... sekarang tuyul kecil... wes mbuh...
2021-04-04
0