"Kesalahan terbesarku adalah hadir dalam hidup kalian. Andaikan aku tidak datang. Maka retak tak akan mencari celah."
~Sasa~
.
.
.
.
BRUK !
BRAK !
Tut——
Mobil merah milik gadis cantik itu menabrak trotoar jalan setelah menghindari Truk kontainer. Orang-orang berlari mendekati mobil yang berasap. Kepala yang berada di atas stir mobil penuh dengan darah. Ponsel yang kini sudah tersambung. Tergeletak di bawah bangku kemudi.
"Hallo! Sasa?"
Suara jawaban di sebrang sana. Membuat gadis yang terluka parah itu mengais sisa kesadaran nya. Susah payah ia menariknya hingga cairan merah merembes membasahi layar persegi.
"Sasa?"
Lagi-lagi wanita di sebrang sana memanggilnya. Namun tak ada sahutan. Kepala Sasa terasa berputar. Napasnya bahkan terasa tersendat. Stir mobil menghantam dadanya. Hembusan napasnya memburu. Ia mengerahkan seluruh sisa kekuatan yang ia punya. Menempelkan benda panjang itu di telinga nya. Mendengar suara si seberang sana. Mungkin untuk terakhir kalinya.
"K——ak!" seru Sasa dengan pelan.
"Ada apa dengan mu? Kau baik-baik saja?" Suara Dea terdengar panik.
Senyum terbit di sela ringisan. Sasa mencoba menarik napas lalu membuangnya. Tak peduli di luar sana orang-orang memanggil nya untuk membuka pintu mobil. Mengendor-gedor jendela mobil nya. Yang ia pentingkan saat ini adalah Dea.
"Kakak— m—a—a—f..." Hembusan napas berlomba dengan rasa sakit."Maafkan aku——"
"Ada apa denganmu Sasa? Jangan membuat aku takut!" Suara panik di seberang sana membuat Sasa merasa berdenyut.
"Kakak Lucas— Jangan percaya padanya karena dia————"
Susah payah ia menggortol laju perkataanya. Namun rasa sakit lebih kuat hingga membuat ia tidak sanggup mengatakan kelanjutan.
"Nona! Buka pintunya!"
"Apa Ambulance nya telah di hubungi?"
"Menyingkir!!!"
Suara bising di luar mobil samar-samar menghilangkan. Bahkan suara teriakkan dari Dea terasa berdengung. Kepala yang masih di atas stir mobil terasa berat. Hingga ponsel jatuh kembali.
DOOR!!!!!
Orang-orang berlari menjauh. Mobil sedan merah itu meledak. Bersama dengan orang di dalam. Para wanita yang menyaksikan berteriak nyaring. Kepanikan melanda jalan Shibuya Jepang. Asap membumbung naik. Di lain negara wanita cantik itu panik. Ponsel tiba-tiba mati, sedangan gadis itu tidak menyahut. Perasaan nya mulai tak enak.
"Ada apa Dea?" seruan di belakang tubuhnya membuat wanita bermata bulat itu membalikkan tubuhnya.
Di depannya Chandra berdiri dengan wajah pucat namun tak menampik ke khawatiran pada wanita di depannya itu. Tangan yang terlihat menggenggam Ponsel pintar. Di mana di layar Dea terlihat menghubungi seseorang.
'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan'
Suara operator membuat Dea.
Terlihat semakin panik."Kak! Seperti nya aku harus menghubungi seseorang. Kakak tidak apa-apa kan sendiri?" Tanya Dea dengan wajah panik.
Chandra mengangguk. Sudah tiga hari Dea merawatnya. Membantu ia untuk bisa kembali pulih. Meski kondisi lelaki Park itu masih belum bisa di katakan baik.
"Ya. Pergi lah," jawab Chandra.
Dea langsung menuju sofa di ruangan VVIP kamar Rumah Sakit mahal itu meraih tas nya. Lalu bergegas keluar dari kamar Chandra. Ponsel di tempelkan kembali mencoba menghubungi gadis cantik itu berulang kali meski nada Operator yang terdengar.
***
"Kakak!" Panggil gadis Imut itu di sela menatap lelaki yang duduk membelakangi nya.
Lucas tersenyum. Gadis cantik itu tersenyum lebar kala ia mendapat kan foto Lucas. Lucas berdiri dari posisi jongkoknya. Menghampiri istri ke duanya. Membantu gadis yang tengah hamil anaknya itu berdiri.
"Ayo, kita cari makan dulu," ujar Lucas.
Bella tersenyum. Ia merentangkan tangannya minta di gendong. Lucas terkekeh pelan, ia mengendong Bella dari belakang. Ke duanya menyusuri pantai. Menuju restoran untuk mengisi perut.
"Apa masih sakit?" Tanya Bella mengelus ke dua pipi sang suami.
Lucas hanya diam. Tamparan dahsyat dari Sasa memang membuat ke dua pipinya terasa panas. Sasa telah di anggap sebagai adik kandung nya sendiri. Apa lagi ia dan Dea menyayangi Sasa.
Awal pertemuan nya dengan Bella adalah dari Sasa. Gadis itu bersahabat dengan Sasa. Mereka bertemu saat melakukan pertukaran pelajar dari negara masing-masing di Indonesia. Dari negara yang berbeda membuat ke duanya akrab. Apa lagi ke duanya menyukai dunia yang sama yaitu musik.
Sasa lebih dulu kenal dengan Dea dan Lucas. Tiga tahun baru menyusul Bella. Gadis yang tersenyum cerah di belakang punggung Lucas bermalam di rumahnya. Saat itu, Dea tidak di rumah. Sasa membawa Bella untuk mengajari Bintang menari. Gadis Chou itu adalah penari terbaik milik Angensi Star Entertainment.
Itulah mula perkenalan. Hingga ke duanya memulai bermain api. Hanya berawal dari pertemuan, hingga menjadi saling perhatian. Menanyai perkembangan Bintang, hingga sampai menjadi hubungan yang spesial.
"Tidak," jawab Lucas setelah sekian lama terdiam.
"Tenang saja. Mulai sekarang tidak akan aku biarkan orang menyentuh Kakak, melukai Kakak sama saja melukai aku." Ucapnya mengecup ke dua sisi pipi Lucas.
***
Dea menatap nanar ke arah televisi yang menayangkan kecelakaan dan kematian. Nama dan foto dari gadis cantik yang baru tiga Minggu yang lalu memeluknya dengan erat. Gadis yang terlihat begitu manis dan lucu. Yang ia anggap seperti adiknya sendiri.
"Mama!" suara di belakang tubuh nya bergetar. Bintang dan Jun sudah mengeluarkan air mata.
Dea terjatuh, ke dua kakinya menjadi selemah jelly. Tak ada kekuatan, ke dua buah hatinya memeluk sang Ibu. Ketiga nya menangis keras. Kematian merenggut kebahagiaan dan kenangan.
Pintu rumah besar itu di buka dengan gerakan terburu-buru. Ibunya di sana, Ana! Wanita paru baya itu menatap anak nya dan cucunya terlihat terpukul. Ia mendapat telpon dari Ibu Sasa. Karena ponsel Dea tak aktif.
Ana mendekati Dea. Mengusap punggung belakang Dea."Kita akan ke Jepang segera. Mama dan Papa sudah memesan tiket pesawat. Untuk hari ini, bersiaplah!" Ujar Ana di sela elusannya.
Dea, Bintang maupun Jun merasa terpukul. Keluarga mereka sudah sangat dekat dengan keluarga Sasa. Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk mereka berinteraksi. Apa lagi Sasa yang tinggal dengan Dea.
Di lain tempat, Lucas menatap tak kalah nanar layar lebar yang menayangkan berita kematian gadis cantik. Bella hanya menatap tanpa berkedip. Ia mengigit bibir bawahnya menahan Isak tangis meluncur.
Lucas merasa ada seseorang di belakang tubuhnya berbalik. Memeluk gadis imut itu. Tangis Bella pecah, ia merasa sudut hatinya berdenyut nyeri. Sangat sakit, kala sahabat yang ia cintai pergi meninggalkan nya.
"Kak—kak!" Seru Bella dengan suara bergetar memeluk Lucas dengan lebih erat.
"Ssttttt! Kita doakan saja agar Sasa tenang di sana," jawab Lucas lembut.
Bella mengangguk pelan di dalam pelukan kan Lucas. Lelaki imut itu tiba-tiba teringat sang Istri yang ada di Korea. Wanita itu pasti tengah menangis keras saat ini. Ia merasa bersalah tidak ada di samping sang istri nya. Meski Sasa menamparnya sangat keras kemarin. Ia tak marah, ia tau jika Sasa merasa marah dan bersalah. Ia marah karena tidak bisa menghentikan pernikahan dirinya dan sahabat nya. Bersalah karena mengenalkan dirinya dan Bella.
"Semua akan baik-baik saja," ujar Lucas tanpa sadar. Entah kenapa ia merasa lega. Sasa tidak membuka mulutnya pada Dea. Di sisi lain ia merasa kehilangan. Brengsek! Sungguh sangat ********.
Lelaki itu mengutuk hati nya. Yang merasa lega. Ia tak ingin menyakiti Dea. Namun ia juga tak bisa melukai gadis yang sudah bersamanya. Yang selalu ada saat ia letih, merasa frustasi dan ingin di dengarkan. Ia tak bisa melarang Dea berhenti bekerja, karena ia takut akan membuat Dea merasa terkekang.
Membuat Istrinya merasa jika ia terlalu memonopoli dirinya. Seperti dulu, menahan Dea untuk tidak berkuliah. Hanya fokus pada anak-anak saja dan dirinya. Hingga ia melepaskan Dea melakukan apa pun yang ia inginkan. Dengan hasil kembali pada kesepian. Hingga sedikit saja godaan ia tergoda.
***
Lucas mengelus puncak kepala sang Istri. Hotel megah itu di huni oleh mereka berdua. Setelah pulang dari rumah duka bersama-sama. Lucas bersama Dea dan keluarga Wijayanto lainnya di hotel. Sang putri bersama mertuanya.
Dea terlelap dengan mata membengkak. Entah kenapa rasanya sakit sekali melihat Dea seperti saat ini. Lalu apakah tidak ia sadari jika ia menyakiti Dea lebih kejam lagi dari pada kehilangan.
"Kau mau makan?" tanya Lucas kala erangan dan ke dua mata Dea terbuka.
"Tidak aku tidak napsu," jawab Dea dengan nada serak khas bangun tidur.
Dea di bantu duduk. Bersandar pada dada bidangnya. Tangan Dea membawa tangan Lucas masuk dalam genggamannya. Ia merasa nyaman dengan posisi saat ini.
"Makanlah sedikit, aku tidak ingin kau sakit sayang. Dan lihatlah tubuh mu kurus sekali. Bukanlah kesepakatan kita kau boleh bekerja tapi tidak dengan mengorbankan tubuhmu. Aku punya banyak uang, kita tidak akan bangkrut jika kau tidak berkerja sayang. Namun aku akan mati jika kau sakit," ujarnya begitu manis.
Senyum di bibir Dea terbit meski ia merasa matanya agak perih. Karena terlalu banyak menangis membuat ia agak kesulitan dalam melihat. Dea memejamkan ke dua mata yang bengkak. Lalu memasukan wajahnya di dada bidang sang suami.
"Aku menyukai baumu, Kak! Meski kau belum mandi," ujar Dea dengan lirih.
"Benarkah?" tanya Lucas dengan senyum lebar.
"Ya. Sangat harum," jawab Dea pelan.
Lucas mengusap punggung belakang Dea dengan pelan. Membuat ia nyaman."Apa kau tidak hamil? Kau ingat saat hamil Jun kau mengatakan selalu bau tubuh ku harum. Bahkan selesai kerja aku akan menderita karena gatal tidak mandi. Karena kau menyukai bau tubuh ku yang aku nilai asam," goda Lucas membuat gerakan hidung yang menggesek dada bidang Lucas terhenti.
Ya, saat itu ia selalu melarang Lucas untuk mandi setelah pulang dari kantor. Merasa Dea menegang lalu ia melepaskan pelukkan Dea. Jari jermainya mengapit dagu Dea. Membuat wajah pucat itu terangkat. Membuat ke duanya saling tatap.
"Ada apa?" tanya Lucas dengan nada pelan.
"A——aku melupakan kapan terakhir datang bulan," jawab Dea ragu.
"Benarkah?"
"Ya."
"Jangan-jangan kau hamil," jawab Lucas membuat Dea terdiam masih dengan saling tatap.
Senyum terbit, membuat matanya menghilang."Besok pagi kita akan memeriksa nya. Jika benar itu adalah kabar baik," ujar Lucas.
Dea menganggukkan kepalanya. Lucas melepaskan dagu Dea. Kembali memasukan wajah wanita itu kedalam dada bidangnya. Dea merasa bahagia, ia memang menginginkan banyak anak. Agar saat satu-satunya persatu pergi masih akan ada yang di sisinya.
Lucas ikut tersenyum. Namun apakah senyum itu akan bertahan lama. Apakah kehadiran anak itu akan membuat bahagia tetap ada? Setelah apa yang terjadi? Semuanya akan semakin sulit baik untuk Dea atau pun sang janin.
Karena ada janin lain yang harus di akui. Harus di setarakan dengan janin yang akan tumbuh. Kehancuran akan merampas bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
beby
ooo kirain sasa jd wanita selingkuhnya... authhor the best
2023-08-13
0
Chyka Asika
jijik gue liat si lukas,,,
emg dasar pengkhianat tetep pengkhianat,,,
gue doain mati aja tuh si lucas masih bnyk yg ngantri kok nunggu jandanya si dea,,
2021-05-08
1
Violita Putri
harusnya dulu biarin aja tuh orang koid.
2021-01-04
0