Chapter 3 (Season 2)

3

.

.

.

.

.

"Kakak!" Ujarnya membawa tangan kekar itu ke perut ratanya. Membuat lelaki itu tercekat."Aku hamil. Anak kita dan ini empat Minggu," lanjut nya bagaimana kan bom jatuh di kepala Lucas. Seketika ia merasa dunia berputar.

Gadis itu tersenyum dan memeluk Lucas dengan erat."Kau akan menikahi ku kan Kakak Lucas, menjadikan aku Ibu dari anak-anakmu. Tak masalah menjadi yang kedua, aku akan diam dan bungkam. Asalkan menjadi istri mu dan kau mencintaiku aku tak masalah menjadi istri kedua," ujarnya dengan membenamkan wajahnya ke dalam dada bidang Lucas.

Lidah lelaki itu kelu. Hamil? Anaknya? Sudah pasti. Lelaki imut itu sangat tau, jika gadis cantik dan imut itu tidak berhubungan dengan lelaki manapun selain dirinya. Meski banyak pria yang menggoda nya. Tapi gadis cantik itu tidak pernah mau dan tidak tergoda.

Selisih jarak antara ia dan gadis itu cukup jauh. Dua puluh tiga tahun dengan tiga puluh lima tahun. Dua belas tahun selisih umur mereka. Gadis itu begitu mengklaimnya dan mencintai nya. Meski tidak ada hubungan lebih dari antara selingkuhan. Gadis itu mengatakan ia nyaman dengannya dan tidak menuntut banyak.

Benar. Awalnya memang begitu, namun sekarang? Lucas Sandoro harus memiliki nya. Tidak ada cara lain, bagaimana anak yang di kandung adalah darah dari lelaki imut itu.

"Mari kita menikah secepatnya. Namun maaf, kita tidak bisa mendaftar pernikahan kita secara hukum," ujar Lucas setelah sekian lama terdiam.

Gadis itu mengangguk dan tersenyum. Gila! Brengsek! Lucas Sandoro memang gila. Ia lupa, jika ia adalah Ayah dari dua orang anak dan seorang istri yang cantik.

"Ya, tidak apa-apa. Asalkan anak kita lahir ia tau Kakak adalah Papa nya sudah lebih dari cukup. Aku mencintaimu dengan tulus, tak peduli jika orang mencibir ku aku akan tetap mencintai mu, Kakak!" Jawabnya lalu mengeratkan pelukannya.

Lucas mengelus puncak kepala gadis itu. Tak jauh dari tempat mereka berpelukan seorang gadis menatap ngilu. Penuh amarah, dadanya panas. Namun ia tak dapat berbuat banyak. Ia dilema, sangat.

"Semuanya salahku, aku bodoh! Hingga semuanya seperti ini," ujarnya dengan tangis keras di dalam mobil sedan hitam.

***

Senyum Dea merekah. Ah! Sudah lama ia tidak memasakkan makan untuk keluarga tercinta nya. Jun makan dengan lahap begitu juga dengan Bintang. Sasa terlihat enggan, entah apa yang membuat napsu makan yang selalu besar itu surut. Padahal di depan matanya ada makanan kesukaan nya.

"Kenapa? Apa kau tidak suka?" seru Dea membuat seluruh mata menatap ke arah yang di tanya.

Wajah yang menunduk di angkat. Lalu menatap penuh lembut ke arah Dea."Aku merasa kehilangan selera makan Kak Dea, karena keluarga ku seperti nya ada masalah. Hingga dan pikiranku tak di sini," jawab Sasa dengan nada pelan.

"Masalah apa?" tanya Dea dengan nada panik.

Senyum tipis di lempar sebelum hembusan napas kasar."Kakak Perempuan ku di selingkuh oleh Kakak Ipar ku, aku tau akan hal itu. Tapi aku tidak bisa masuk karena itu akan memberikan kehancuran pada keluarga yang bahagia itu. Menurut Kak Dea, aku harus bagaimana? Apa aku harus mengatakan pada Kakak ku jika kakak Ipar ku berselingkuh atau diam saja. Agar Kakakku dan keponakan ku tidak menderita?" tanya Sasa dengan wajah serius.

Gerakan bibir Lucas yang mengunyah terhenti. Ia menatap aneh ke arah Sasa. Anak-anak mereka hanya diam. Tidak ada yang bersuara karena itu adalah pembicaraan orang dewasa. Meski Bintang tau, perselingkuhan adalah hal yang mengerikan baginya. Mengingat ia pernah menjadi korban dulu, ekor matanya menatap sang Ayah. Meski lidah tak bergerak menyuarakan apa yang dulu Ayahnya lakukan.

"Entahlah, pilihan yang sulit," jawab Dea dengan nada pelan,"Namun aku pikir Kakakmu perlu tau akan hal itu. Karena bagaimanapun kebahagiaan di atas kebohongan tidaklah etis. Sama saja ia hidup penuh dengan luka tanpa berdarah," jawab Dea membuat Sasa menatap lama.

Tidak ada yang tau apa yang mata itu tampilkan. Ada rasa bersalah yang besar di sana. Namun apa boleh buat nasi bukan menjadi bubur. Namun menjadi abu. Tidak bisa dimakan.

"Dan melihat dia hancur?" tanya Sasa hati-hati.

Tangan Dea terulur lalu menggenggam tangan Sasa dengan lembut. Ada kenyamanan yang Dea berikan untuk gadis cantik itu. Senyum hangat seolah tau keraguan dari gadis itu membuat ia terdorong. Memberikan nasehat.

"Sasa! Setiap orang pasti pernah terluka. Hanya saja mereka punya cara mengatasinya. Aku yakin setelah ia terluka dengan kejujuran. Ia akan hidup lebih baik lagi. Dan aku yakin ia akan menemukan lelaki yang baik dari suaminya atau memberikan ia peluang. Untuk sang suami berubah. Tergantung pilihan mana yang di pilih oleh Kakak mu. Kau cukup beri dia semangat dan dukungan saja," nasehat Dea.

"Keponakan ku?"

"Dia pasti mengerti, kadang saat orang dewasa memikirkan anak-anak. Mereka sebenarnya lebih dewasa dan bijak dari pada apa yang orang dewasa pikirkan. Kehilangan satu kaki masih ada tongkat, jadi Bibi tidak perlu takut. Senyum mungkin hanya terjeda bukan hilang," jawaban yang di berikan anak remaja itu membuat senyum Dea terbit.

Bintang Sandoro, begitu dewasa. Anak itu mengerti dan tau. Dea sangat menyayangi anak pertama nya itu. Penuh dengan kemandirian dan juga ceria. Jawaban yang ia berikan begitu tepat dan jelas. Jun hanya menjadi penyimak saja. Karena anak berumur sepuluh tahun itu tidak pernah merasakan apa yang Bintang rasakan.

Bintang merasakan kehancuran ke dua orang tuanya. Di mana saat kecil ia tidak mendapatkan perhatian penuh dari Lucas. Di mana Lucas menjaga jarak dengan nya. Melihat air mata sang Ibu adalah pedang yang mampu membuat anak itu terluka. Hingga ia dewasa sebelum umurnya. Bintang lahir tanpa kasih sayang yang penuh dari Lucas berbeda dengan Jun, ia lahir dengan kasih sayang.

Dari kecil di perhatikan oleh Lucas, di berikan cinta yang berlimpah. Tidak ada pertengkaran di antara ke dua orang tuanya. Tidak ada luka yang menggores nya. Namun meski begitu, ia adalah anak yang bijak dan cerdas.

Sasa menggenggam tangan Dea Menatap Lucas dengan tatapan yang sulit di artikan."Terimakasih Kak, atas sarannya," ujar Sasa dengan nada parau,"Maafkan aku, terimakasih atas semuanya. Aku malah membalas mu dengan luka," lanjut Sasa hanya dalam hati saja.

"Sama-sama, semoga cepat selesai." Jawab Dea mengusap punggung belakang Sasa.

Hilang sudah napsu makan Lucas. Lelaki itu berdiri dari duduknya. Lalu meninggal ruangan makan tanpa kata. Membuat seluruh mata menatap kepergian nya.

"Ada apa dengan Papa?" tanya Jun heran.

"Mungkin Papa sudah kenyang," jawab Bintang yang tau, jika sang Ayah merasa agak sensitif dengan apa yang di bicarakan. Karena sang Ayah pernah seperti itu. Ah, anak remaja cantik itu belum tau saja jika ia sekarang kembali lagi pada penyakit lamanya.

"Ya sayang, lanjutkan makannya," seru Dea membuat Jun kembali melanjutkan acara makannya.

***

Pagi yang cerah tak secerah hati gadis berumur dua puluh tiga tahun itu. Gadis asal Jepang itu mengemasi barang-barang nya. Di bantu oleh Dea, hari ini ia akan bertolak ke Jepang.

"Nanti jika ada masalah di sana tolong kabari aku ya," ujar Dea.

Sasa menoleh, ia mengangguk pelan."Maafkan aku, Kakak! Aku tidak bisa bersamamu dan mendampingi Bintang saat ia resmi sebut Minggu ini," sesal Sasa.

"Tidak apa-apa, kami mengerti." Jawab Dea di sela kegiatan memasukkan pakaian terakhir Sasa ke dalam koper. Lalu menutup nya.

"Kakak bolehkah aku memelukmu untuk mengisi semangat?" tanya Sakura membuat Dea tersenyum lebar.

"Tentu, ayo sini aku peluk!" Jawab Dea merentangkan ke dua tangannya.

Sasa masuk ke dalam pelukan Dea. Ia memeluk lama Dea, sangat lama. Dea mengelus punggung belakang Sasa.

Entah kenapa ia merasa ini adalah pelukan terakhir ia dan Sakura. Hingga ia juga mengeratkan pelukannya."Entah kenapa aku merasakan jika ini adalah pelukan terakhir antara kita Kak Dea," ujar Sasa menyuarakan isi hatinya.

"Tidak, kau kan akan balik kembali ke Indonesia. Jadi ini pelukan terakhir di Indonesia dan nanti pas sampai kau akan aku peluk lagi," bantah Dea.

Sasa mengangguk. Air mata meleleh. Dengan gerakan cepat ia menghapus nya. Dan melepaskan pelukan Dea. Ke duanya kini melangkah menuju luar. Di mana supir pribadi Dea sudah menunggu di luar rumah.

Melepaskan kepergian Sasa sendiri. Lucas masih di kamar, lelaki itu tidak keluar. Setelah Sasa pergi, Dea melangkah masuk ke dalam kamar. Ia menatap lambat punggung belakang Lucas yang terburu-buru mengemasi barang.

"Kakak! Kau mau kemana?" tanya Dea kala Lucas menoleh kebelakang.

"Maaf sayang, aku mendapat panggilan jika Perusahaan di Jepang dalam masalah. Jadi aku harus berangkat hari ini juga." Jawab Lucas di sela memasukan bajunya ke koper.

"Ah! Begitu. Baiklah aku akan membantu Kakak mengemasi barang," balas Dea.

Wanita cantik itu ikut membantu sang suami. Aneh! Itulah yang ada di otak Dea. Namun ia tak banyak tanya. Ia mengantarkan Lucas sampai di luar rumah. Karena Lucas beralasan jika Dea istirahat. Dan Dea menurut, meski ia merasa aneh kala Lucas memeluk nya erat-erat.

"Aku pasti sangat merindukan mu sayang saat di Jepang. Aku masih belum tau kapan akan pulang. Entah aku di sana sampai dua Minggu atau lebih. Aku mencintaimu sayang, jaga anak-anak dan dirimu. Aku akan segera pulang setelah semuanya selesai."

Itulah kata pamit. Sebelum ia meninggal Dea.

***

Derap langkah kaki menggema di lorong Rumah Sakit Indonesia Hospital. Wanita cantik itu terlihat panik. Meski pun peluh membanjiri tubuh nya ia tak berhenti. Hingga langkah kakinya berada di depan sebuah kamar rawat. Dengan penuh keraguan ia membuka pintu.

Seluruh mata menatap ke arah pintu. Di mana wanita bermata bulat itu berdiri menatap wajah tirus lelaki yang terlihat kacau. Ia masuk dengan membungkuk kan tubuh nya memberikan salam pada ke dua orang tua lelaki yang sudah menganggap dirinya juga seorang putri.

"Terimakasih telah datang De!" Ujar nyonya Winata memeluk tubuh Dea membuat Dea mengusap punggung belakang wanita tua itu dengan pelan.

Tuan besar Winata mengkode agar anak-anak nya keluar bersama dirinya. Di atas ranjang pesakitan, lelaki bermata bulat itu menatap langit-langit kamar Rumah Sakit dengan tatapan kosong.

"Aku pasti datang Ma, aku akan membujuk Kak Chandra ," jawab Dea membuat hati wanita tua itu lega.

"Terimakasih Dea. Mama tinggal ya, tolong bantu Chan!" Ujarnya lalu melangkah keluar.

Dea menarik kursi duduk di samping ranjang. Ia menggenggam tangan Chandra. Membuat lelaki itu menoleh.

"Dea!" Ujarnya dengan nada pecah.

"Ya aku tau," jawab Dea pelan.

Chandra bangkit di bantu Dea. Lelaki pucat itu memeluk tubuh Dea dengan kuat. Ia menangis keras, kehilangan istri tercinta membuat Chandra terpukul. Istrinya meninggal dua Minggu yang lalu. Membuat keadaan Chandra terpuruk. Ia di bawa pulang kembali ke Indonesia.

"Menangis lah Kak! Aku di sini," ujar Dea lagi.

Chandra memeluk Dea erat. Di lain tempat, lelaki Sandoro itu mengusap perut rata sang istri. Ah! Gadis cantik itu menjadi istri ke dua Lucas Sandoro. Tersenyum lebar.

Bunyi bel pintu membuat Lucas bangkit menuju pintu rumah gadis itu. Ia membuka dengan perlahan. Sial, baru saja terbuka lebar. Tamparan tangan melayang.

PLAK !

PLAK !

Gadis di belakang tubuh Lucas mematung melihat siapa yang datang dan menampar lelaki yang baru dua Minggu ini menjadi suaminya.

Keduanya membeku, tetesan air mata mengalir di pipi gadis cantik yang menampar Lucas.  Pandang mata tajam menusuk ke duanya.

Terpopuler

Comments

beby

beby

lanjut

2023-08-13

0

Mega Tian

Mega Tian

aku agak bingung sama ceritanya.jadi yg selingkuh sama lukas siapa? awalnya aku pikir sasa,tapi kayaknya bukan..

2020-12-20

0

ARayyu24

ARayyu24

apa pn alasan aselingkuh bkn hal yg tpat

2020-10-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!