.
.
.
.
.
Derap langkah kaki seakan terasa berat dan mati. Mata tak ada lagi bercahaya, siapa pun yang melihatnya akan merasakan perasaan pilu mengolah luka. Wanita itu terlihat mati kata. Lidah tak lagi kelu namun sudah mati sempurna. Bagaimana bisa? Kata itu terus terucap tanpa nada. Semilir kata itu mati di dalam desahan.
"Dea tunggu!" teriak lelaki yang kini sudah sampai di depannya.
Mata itu memerah, ia tak berbicara meski mulut terbuka. Tak mengeluarkan nada. Tangan nya di cekal membuat tubuh ringkih itu masuk ke dalam dekapan hangat.
"Kau selingkuh?" Akhirnya, wanita wanita cantik itu mampu mengeluarkan nada penuh getar.
"A-ku tidak.."
"Tidak salah lagi, begitu?" tanya Dea. Wanita itu mendorong kasar dada bidang lelaki imut itu.
Membuat jarak pemisah. Orang-orang menonton dengan ekspresi wajah beragam. Lucas menggeleng menolak tuduhan yang menjadi fakta.
"Aku tidak selingkuh!" Keukeh Lucas mencoba meraih kembali sang istri.
PLAK !
Panas dan berdenyut. Lucas mengeram, Dea terkekeh. Bagaimana bisa lelaki itu masih menipunya. Saat bukti telah ia dapatkan. Bukan dengan selembar foto namun dengan mata kepala nya sendiri.
"Kita berpisah!" kata mutlak yang di lemparkan meruntuhkan jiwa nya.
Lucas panik. Dea berlari ke arah jalan. Penyesalan datang kembali menyelimuti.
"Dea!" Teriaknya panik kala mobil berlari arah menuju dengan kecepatan di atas rata-rata.
BRUK !
BRAK !!
Tubuh wanita itu melayang dan berguling di tegah aspal. Kecepatan waktu mampu membuat seluruh tubuh Lucas tak bertulang.
"Dea!!!!"
Teriakkan membuat ke dua mata lelaki itu terbuka. Tangan mungil terlihat mengusap tetesan peluh di dahinya. Lucas menatap lama sang putra.
"Papa bermimpi buruk?" tanya Jun dengan mata memancarkan ke khawatiran.
Lucas mendudukkan tubuhnya. Lalu menyandarkan tubuh lelahnya di dasbor ranjang.
"Papa demam. Aku sudah mengabari Mama untuk pulang," lanjut Jun dengan senyum lembut.
Ada hembusan napas lega. Ia bersyukur itu adalah mimpi. Benarkah, itu hanya akan menjadi mimpi buruk? Tidakkah itu akan menjadi kenyataan? Lucas memijit pelipisnya dengan perlahan.
"Terimakasih sayang," ujar Lucas dengan lembut.
Jun mengangguk pelan. Lalu mengedarkan pandangannya. Mencari sesuatu yang mungkin bisa meringankan rasa sakit kepala sang Ayah.
"Papa sudah tidak apa-apa, Jun istirahatlah," ujar Lucas yang tau dari gelagat sang putra.
"Baik Pa."
Lucas tersenyum. Jun turun dari ranjang. Anak lelaki itu memilih keluar dari kamar ke dua orang tuanya. Lucas mengusap kasar wajah nya, ia tau apa yang ia lakukan adalah hal yang salah. Namun, ia butuh Dea di sisinya. Memperhatikan nya, tapi Dea selalu tak ada kala ia butuhkan. Tiga tahun belakangan ini, Dea sibuk dengan karirnya.
Ia ingin menceritakan banyak hal pada Dea Jika begitu banyak masalah di kantor. Atau pun tentang tumbuh kembang putra-putrinya. Dea tidak ada waktu untuk itu. Datangnya orang ketiga adalah celah yang di buat oleh Dea. Bukan karena dirinya.
KLIK !
Pintu kamar terbuka. Wajah cantik itu terlihat panik. Ia mendekat ranjang dengan langkah lebar. Lalu duduk di tepian ranjang. Telapak tangannya di letakan di atas dahi sang suami. Panas, sang suami mengalami demam di musim penghujan.
"Maafkan aku, pesawat yang aku booking mengalami masalah. Jadi aku sampai di Jakarta sedikit telat." Ujar Dea mengelus pipi sang suami dengan lembut.
Lucas tersenyum. Ia meraih tangan Dea yang mengusap pipinya. Membawanya di depan bibir. Mengecup nya berkali-kali. Dea tersenyum lembut, Lucas menyadarkan kepala di bahu Dea. Jika sudah sakit, maka sang suami akan sangat manja.Dea suka akan hal itu, tangan yang lepas mengusap rambut hitam legam sang suami yang sudah mulai panjang.
"Tidak apa-apa, yang terpenting kau sudah di sini bersamaku," jawab Lucas dengan nada pelan.
"Apa masalah di kantor belum selesai?" tanya Dea lembut.
"Ya, masih belum selesai. Itu membuat aku semakin pusing De! Jika saja Chandra di sini mungkin aku tidak akan merasa sesusah ini," papar Lucas membuat hati Dea sedih.
Dea membenarkan letak bantal. Lalu membantu sang suami merebahkan diri. Mengelus di puncak kepala sang suami masih saja di lakukan.
"Aku akan memanggil Dokter ke sini untuk memeriksa Kak Lucas. Dan juga akan mengambil cuti beberapa Minggu sampai masalahmu beres," ujar Dea mengundang senyum lebar dan rasa tak suka di hati Baekhyun.
"Hei! Ada apa dengan ekspresi wajah mu itu Kak?" lanjut Dea melihat bagaimana ekspresi wajah Lucas.
"Kau sengaja ingin membuat aku cemburu sayang? Dengan membawa lelaki itu memeriksa ke adaan ku," kesal Lucas.
Dea terkekeh, ia lupa jika Lucas sangat tidak menyukai Bara. Lelaki itu masih menaruh harapan meski samar. Baik Dea maupun Lucas tau dengan sangat jelas akan hal itu.
"Hem, iya juga ya. Aku lupa jika ada pria selain dirimu yang mencintaiku," goda Dea semakin menambah raut wajah kesal Lucas.
"Wah! Nyonya Sandoro, anda begitu percaya diri." Ujar Lucas melepaskan usapan Dea di atas puncak kepalanya.
"Tentu saja, salah sedikit saja. Anda bisa di gantikan oleh Dokter Dirgantara itu, tuan Sandoro!" Goda Dea menoel puncak hidung Lucas.
Bermaksud menggoda agar Lucas tertawa kesal. Tapi reaksi yang di timbulkan oleh Lucas berbeda. Lelaki itu termenggu, seakan apa yang di katakan oleh Dea adalah sindiran halus.
"Kak Lucas!" panggil Dea cemas.
Lucas menggerjab beberapa kali. Menyadarkan dirinya, lalu meraih tangan Dea dengan lembut.
"Apa pun yang terjadi, maukah kau membicarakan nya baik-baik denganku. Jangan mengambil keputusan sepihak, aku tidak ingin kehilanganmu. Jadi aku mohon, jangan pergi kala ada yang salah. Kau bisa memaki atau memukulku, tapi aku mohon jangan tinggalkan aku," ujar Lucas dengan wajah serius.
Dea terdiam. Ia menatap lama wajah sang suami. Cukup lama senyap mengisi ruangan mewah itu. Sebelum tarik kan sudut bibir membingkai wajah yang masih cantik di usia yang tak lagi muda.
"Apa sebegitu takutnya kau kehilangan aku?"
"Sangat!"
"Kalau begitu baik-baik lah padaku. Jangan menyakiti aku."
"Tentu, asalkan kau selalu di sampingku. Selalu ada di saat aku bangun tidur. Selalu ada saat ingin menutup mata."
Dea bungkam. Menatap wajah Lucas dengan tatapan yang tak ada satu pun tau apa artinya. Begitu juga dengan Lucas, lelaki itu menatap manik terang itu. Ke duanya mencoba menyelam rasa. Ada rasa yang tidak bisa di mengerti. Ada kerinduan yang patut untuk di selami.
Sepuluh menit di habiskan dalam keadaan sunyi dengan mata yang tak terputus kan. Dea mengangkat ke dua tangannya. Menangkap ke dua sisi wajah sang suami.
"Tergantung," jeda Dea dengan nada lembut,"Jika Kakak mengkhianati ku, maka tidak ada kesempatan ketiga. Aku bisa mengampuni seluruh kesalahanmu. Namun satu hal yang tidak bisa aku maafkan, yaitu perselingkuhan. Saat itu terjadi, aku, akan menghilangkan dari matamu. Bahkan kita mungkin tidak akan bisa sama-sama bernapas," lanjut Dea.
Bak ultimatum. Perkataan Dea membuat Lucas tercekat. Tidak dapat menjawab, tak sepatah katapun.
Di luar pintu kamar ke duanya, gadis cantik itu terdiam. Ia bermaksud ingin membantu Lucas. Jun mengabarinya kala sang Ayah sakit. Membuat gadis cantik itu terburu-buru pulang. Pelan-pelan ia menutup pintu kamar pasangan suami istri itu.
"Harusnya kau tidak memulai Kak! Hingga pilihan sulit yang akan kau lakukan dan aku juga," ujar gadis berdarah Jepang itu pelan.
Lalu melangkah pergi dari pintu kamar ke duanya.
***
Gerakan menghentak bersama nada-nada di ikuti beberapa perseta didik. Gadis remaja cantik itu terlihat antusias dengan tarian nya. Di depan sana pelatih cantik ikut bersama enam orang anak-anak remaja.
"Oke! Selesai!" Seru wanita imut itu kala alunan musik klimaks. Ia membalikkan tubuhnya menatap satu persatu anak didiknya.
"Terimakasih Guru Bella!" Teriak semuanya.
"Sama-sama, ingat sekarang kalian boleh pulang dan Minggu depan lagu kalian akan di rilis. Bersiaplah menjadi superstar!" Ujarnya dengan tangan di kepalkan ke atas.
Ke enam gadis remaja itu tersenyum. Bintang mengusap pelipisnya lalu melangkah menuju sudut ruangan. Sebotol air putih di sodorkan.
"Terima Guru." Ujar Bintang meraih botol mineral meneguk habis air yang ada.
"Kau pasti lelah," ucap gadis cantik itu mengusap peluh yang mengalir.
"Begitu lah. Tapi, aku suka," jawab Bintang dengan senyum lebar.
"Baguslah kalau begitu,"
Ke duanya berbincang-bincang banyak sebelum waktunya Bintang pamit. Gadis cantik itu di jemput oleh sang Ibu. Mobil sedan hitam itu melaju stabil membelah jalan Jakarta.
"Bagaimana latihan nya?" tanya sang Ibu.
"Menyenangkan, akhirnya aku akan menjadi seorang Idol."
"Sebegitu bahagia kah?"
"Ya, aku bahagia. Karena aku mendapat kan dukungan penuh dari Papa, Mama dan di bantu oleh Bibi Sasa" jawab Bintang dengan senyum mengembang.
Dea ikut merasa bahagia, mobil hitam berhenti di salah satu rumah makan di pinggir Jakarta. Tak ada banyak bantahan dan tanya, Bintang mengikuti Dea. Ke duanya duduk di salah satu ruangan VVIP.
"Apa hanya kita berdua?" tanya Bintang kala Dea memesan banyak makan hanya untuk nya.
"Ya, hari ini Mama ingin memberikan Bintang makan yang enak, karena seminggu ini Mama tidak bisa mengatur pola makan Bintang. Mama merasa bersalah," ujar Dea mengusap puncak kepala Bintang.
"Terimakasih Mama," ujar Bintang
Ke duanya berpelukkan. Namun manik mata Bintang menatap ruangan dengan mata aneh.
"Ada apa sayang?" tanya Dea kala Bintang melepaskan pelukannya.
"Apa Mama ingat saat kita makan disini. Bukan berdua tapi bertiga bersama Paman Mark," ujar Bintang dengan menatap ke arah sang Ibu.
Dea diam. Ah benar juga. Ia saat itu kehilangan ingatan. Mereka bertiga makan di restoran Jepang. Dan bertemu Lucas saat itu.
"Sudah sangat lama ternyata. Aku bersyukur karena Papa bisa mencintai Mama dan aku. Hingga aku memiliki keluarga lengkap, aku berharap itu adalah kesedihan pertama dan terakhir untuk kita," pinta Bintang.
Dea mengangguk pelan. Semoga saja itu adalah terakhir.
Di lain tempat lelaki Bintang itu tengah menatap matahari terbenam.
"Bagaimana indah bukan Kakak?" tanya sang gadis dengan memeluk tubuh Lucas dari belakang.
"Ya."
"Ada yang ingin aku katakan, ini adalah kabar baik untuk kau dan aku, Kak!" Ujarnya melepaskan pelukannya.
Lucas membalik tubuhnya menghadap sang gadis. "Kabar baik?" tanya Lucas dengan wajah aneh.
"Ya. Aku yakin ini adalah kabar bahagia," ujarnya dengan penuh keyakinan.
"Apa itu?"
"Kak Lucas!" Ujarnya membawa tangan kekar itu ke perut ratanya. Membuat lelaki itu tercekat."Aku hamil. Anak kita dan ini empat Minggu," lanjut nya bagaimana kan bom jatuh di kepala Lucas. Seketika ia merasa dunia berputar.
Gadis itu tersenyum dan memeluk Lucas dengan erat."Kau akan menikahi ku kan Kak? Menjadikan aku Ibu dari anak-anakmu. Tak masalah menjadi yang kedua, aku akan diam dan bungkam. Asalkan menjadi istri mu dan kau mencintaiku aku tak masalah menjadi istri kedua," ujarnya dengan membenamkan wajahnya ke dalam dada bidang Lucas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
beby
hmmmm masalah muncul lg
2023-08-13
0
Yuyun Yuliani
baru baca semmbentar sudah merasa diaduk2 nih easa
... heeemmm........ para istri harus waspadA..... waspada... 🤪🤪🤪
2021-07-05
0
riri
walah kerjaan belum beres beres malah tambah masalah pulak, parah bener ni lucas, di salahkan istri yg sibuk dulu istri 24 jam stay jg di selingkuhin... nasibnya dea...
2021-05-26
0