Please, Be My Husband

Please, Be My Husband

1. Gadis Banyak Hutang

"Pergi brengsek!" desis seorang gadis yang masih memakai piyama tidur bergambar princess.

Sebenarnya usianya sudah tidak layak memakai pakaian yang serba princess atau kartun anak-anak lainnya tapi siapa yang tahu bahwa di lemari usang dalam rumahnya terdapat banyak sekali koleksi piyama dan baju tidur lainnya yang bergambar kartun-kartun anak dan semua baju itu memiliki ukuran untuk orang dewasa. Tepatnya seukuran tubuh gadis bernama Embun, gadis yang sepagi ini harus berhadapan dengan tiga orang laki-laki berpakaian serba hitam dan berbadan besar.

Embun teramat sangat kesal karena ternyata yang sudah mengganggu waktu tidurnya adalah tiga laki-laki yang hanya ingin mengincar uangnya. Bahkan sepagi ini mereka sudah datang ke rumah Embun dan kembali menagih uang lagi, sama seperti hari-hari sebelumnya.

"Ini sudah minggu kedua sejak kau berjanji akan membayarnya tepat waktu dan sampai sekarang kau masih belum membayarnya! Sebenarnya janjimu itu sungguh-sungguh atau tidak?!" bentak salah satu dari laki-laki itu.

"Bisakah kau kecilkan suaramu sedikit, Roy? Aku masih punya tetangga yang tentunya tidak ingin terganggu seperti aku yang terganggu oleh kedatanganmu."

"Kalau begitu cepat serahkan uangnya lalu kami akan pergi."

"Ck! Tidak bisakah kalian berhenti menagih uang padaku? Aku sudah muak melihat wajah kalian semua!" tukas Embun sambil menggeram kecil.

Embun mencengkeram piyamanya saat ketiga pria di hadapannya itu malah tertawa dengan nada meledek. J

"Kami berhak menagih uang kami jadi cepat bayar jika kau sudah muak melihat aku mendatangi rumahmu. Bayar sebelum aku menghancurkan rumahmu," tegas Roy.

Embun pun memijit pelipisnya. Ia keburu pusing dan tak bisa membayangkan bagaimana jika seandainya Roy benar-benar menghancurkan isi rumahnya. Roy dan dua anak buahnya itu memiliki badan yang besar. Sudah bisa dipastikan mereka bahkan bisa mematahkan tulang-tulang Embun apalagi hanya benda-benda rapuh yang ada di rumahnya.

Ayolah, Embun bahkan baru membereskan kekacauan yang terjadi kemarin tadi malam hingga mengharuskan Embun begadang demi membuat rumahnya rapi kembali.

"Tidak puas kah kalian sudah mengacak-acak rumahku kemarin sore? Dan sekarang kau akan melakukannya lagi? Kalian kejam sekali."

"Kemarin hanya mengacak-acak, bagaimana jika sekarang aku hancurkan barang-barangmu?" Roy tersenyum sinis.

Embun mendengus. Jelas kemarin pun ada beberapa barang Embun yang rusak karena Roy banting. Sial. Dan beberapa di antaranya adalah barang yang cukup berharga bagi Embun.

"Cepatlah bayar selagi aku bersikap baik." Roy kembali bersuara.

Embun mengacak rambutnya frustasi. Embun benar-benar sudah lelah berurusan dengan Roy dan para anak buahnya itu. Roy tidak akan pernah membuat hidupnya tenang sampai Embun membayar hutangnya.

"Baiklah baiklah, aku janji akan membayarnya besok atau lusa. Puas?" ujar Embun sambil menatap Roy.

Roy tersenyum miring. "Tidak. Kau sudah mengatakan hal itu sejak dua minggu yang lalu. Bahkan itu kalimat yang sama dalam lima bulan terakhir ini. Aku bosan mendengarnya, Embun." Tangan Roy pun tiba-tiba terulur menyentuh pipi mulus Embun.

Sang empunya pipi langsung menepis kasar tangan Roy yang berusaha mengelus pipinya. Tangan kotor Roy tidak berhak menyentuhnya.

"Kali ini aku memohon. Bahkan aku berani—"

"Tidak usah pakai cara murahan lagi. Cepat bayar hutangmu!" potong Roy sambil kembali membentak.

Roy sudah muak dengan omongan manis Embun yang hanya sekedar manis di mulut. Yang Roy mau hanyalah uangnya kembali. Selama lima bulan terakhir ini Embun lah yang menahan semua uang Roy dalam jumlah besar. Jadi tidak salah kan jika Roy menagihnya?

Tapi seolah tak berdosa, Embun malah selalu bersikap galak dan terlihat tidak terima jika sedang ditagih. Bisa dibilang, Embun termasuk orang yang tidak tahu diri dan Roy muak dengan wajah polos Embun yang selalu memohon janji.

"Kali ini aku memohon," lirih Embun.

"Tidak! Aku sudah bosan mendengar permohonanmu, Embun. Itu hanya akting."

Roy tetap pada pendiriannya. Kaki pria itu hendak melangkah masuk ke dalam rumah Embun. Sontak Embun langsung merasa panik dan takut Roy akan benar-benar menghancurkan isi rumahnya. Embun langsung menahan langkah Roy dan berlutut di depannya. Embun mendongak, menatap Roy dengan tatapan memohon.

"Aku bersungguh-sungguh dengan janjiku kali ini. Aku lelah membereskan rumahku lagi, Roy."

Roy tersenyum sinis. "Itu bukan urusanku."

"Aku sungguh berjanji akan membayarnya lusa."

Roy tidak bergeming dan tetap melangkah masuk ke dalam rumah. Tidak mempedulikan Embun yang masih berlutut di sana. Embun kehabisan ide. Tapi dengan segala keputusasaannya Embun pun kembali menghampiri Roy yang sudah sampai ambang pintu. Embun menarik tangan kekar Roy dan menggenggamnya.

Roy berdecak. "Apalagi yang mau kau taruhkan, Embun? Kau benar-benar tidak bisa dipercaya. Seharusnya aku tidak perlu meminjamkan uangku padamu."

Embun menghela napas. "Jika aku ingkar lagi maka kau bisa miliki aku dan perlakuan aku sepuasnya. Bahkan .. hingga aku mati. Bagaimana?"

Roy mengerjap dan menatap takjub sosok gadis yang kembali berlutut di hadapannya itu. Roy sempat tercengang apa yang baru saja Embun katakan. Tidak disangka-sangka jika Embun yang Roy tahu adalah gadis kasar dan tidak tahu diri, bisa berlutut di hadapannya seperti sekarang. Bahkan wajah polos milik Embun pun semakin mendukung aksi permohonannya. Roy lalu beralih menatap kedua anak buahnya secara bergantian.

Meminta saran melalui tatapannya. Jika dipikir-pikir, tawaran Embun sangatlah di luar dugaan. Jujur, Roy sangat tergiur dengan tawaran itu. Roy bisa miliki Embun dan perlakukan gadis itu sepuasnya. Bukankah itu tawaran yang sangat.. menggiurkan? Apalagi sudah sejak lama Roy diam-diam mengagumi sosok Embun yang cantik berkulit putih dan mulus. Setiap pria pasti mengagumi paras Embun yang sempurna. Tentunya itu juga berlaku Roy yang bahkan sudah lama ingin menyentuh setiap inci tubuh Embun yang sangat menarik untuk orang maniak perempuan seperti Roy. Jika Embun berhasil melanggar janjinya, maka Roy bisa menggunakan Embun sesuka hati.

Ah, membayangkannya membuat Roy ingin Embun tidak membayar hutangnya saja.

Embun memang memiliki visual yang diinginkan semua pria. Tapi sayangnya, sifat gadis itu sangat jauh dengan wajahnya yang kelewat polos. bahkan Roy beberapa kali ingin menampar Embun karena tingkahnya yang brengsek. Embun pandai berbicara dan dia sangat lincah. Karena itu Roy bisa tertipu oleh janji-janji manisnya selama lima bulan ini. Tapi sepertinya janji Embun kali ini bukan sekedar pemanis. Karena jika wanita itu ingkar, maka Roy yang akan menang.

Roy tersenyum samar kemudian menunduk, menatap gadis yang masih berlutut di kakinya.

"Bangun!" titah Roy.

"Tidak sampai kau setuju dengan janjiku."

"Aku setuju. Cepat bangun!" ujar Roy tidak sabaran.

Embun pun menurut. Ia langsung berdiri di depan Roy sambil menunduk.

"Bagaimana jika kau sampai melanggar lagi?" tanya Roy yang ingin memastikan.

Embun berdecak. "Bukankah sudah aku bilang apa konsekuensinya jika aku melanggar."

Roy menghela napasnya. Embun terlihat terpercaya sekarang tapi entah bagaimana nantinya. Tapi jika gadis itu ingkar janji pun Roy tetap akan mendapat keuntungan yaitu menjadi pria pertama yang menyentuh Embun. Walau Embun itu kasar dan menyebalkan, tapi Roy tahu jika gadis itu belum pernah tersentuh siapa pun. Embun tetap menjaga kehormatan dirinya.

"Baiklah, aku pegang janjimu. Ingatlah, tubuhmu menjadi jaminannya," sahut Roy.

Embun menelan salivanya. Bahkan Embun langsung merinding saat mendengar jika tubuhnya lah sebagai jaminan. Mungkin ia bodoh karena sudah sembarangan menawarkan tubuhnya sebagai jaminan.

"B-Bagaimana kalau tiga hari? Beri aku waktu tiga hari."

"Aku sudah cukup memberi banyak keringanan untukmu selama ini. Besok atau lusa. Kau mengerti?"

Embun terdiam. Lalu dengan berat hati Embun mengangguk. Roy pun pergi bersama anak buahnya. Embun menatap kepergian Roy dengan tatapan nanar. Bagaimana bisa ia mendapatkan uang banyak hanya dalam hitungan jam? Bahkan jika Embun punya pekerjaan pun gaji nya selama setahun tidak akan cukup untuk melunasi semua hutang-hutangnya pada Roy.

Astaga! Rasanya Embun merasa menyesal karena sudah memberikan tubuhnya sebagai jaminan. Sekarang Embun merasa takut membayangkan tubuhnya disentuh oleh para pria brengsek sejenis Roy. Bahkan anak-anak buah Roy juga akan menikmati tubuhnya jika sampai Embun tidak bisa membayar dalam waktu dua hari ini.

Sekarang Embun harus segera mencari jalan keluarnya. Tapi .. bagaimana? Dimana Embun bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu dua hari?

...* * *...

"Bisakah kau pinjamkan aku uang, Carrel?"

Gadis bernama Carrel yang duduk di balik meja kasir itu pun menghela napas. Carrel meletakkan cangkir tehnya di atas meja lalu menatap Embun dengan kening berkerut.

"Kau mendatangiku pagi-pagi sekali hanya untuk meminjam uang? Embun, ke mana tas bermerek yang aku pinjamkan padamu minggu lalu? Kau tidak menjualnya kan?" tanya Carrel yang menaruh curiga.

Mata Carrel memicing. Embun hanya mampu tersenyum lebar hingga menampilkan gigi-gigi putihnya. Seharusnya Carrel sudah tahu bagaimana tabiat Embun itu.

"Maaf, Carrel. Aku sudah menjualnya sejak pertama kali kau meminjamkannya padaku. Sebenarnya aku meminjamnya untuk aku jual."

Carrel langsung melebarkan matanya. "Apa?! Kau gila, Embun! Aku mendapatkan tas itu susah payah di Eropa karena tas itu hanya ada lima buah di dunia! Kau benar-benar gila!" pekik Carrel yang terlihat marah.

Embun hanya bisa tertawa kikuk. Embun juga tahu kalau Carrel itu adalah seorang maniak barang bermerek. Ke belahan dunia mana pun Carrel akan mengejar barang bermerek yang ia incar. Dan tentunya Embun merasa sangat bersalah karena harus menjual barang milik Carrel yang sangat berharga. Tapi mau bagaimana lagi, Embun juga tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk hidupnya yang sebatang kara.

"Maafkan aku, Carrel. Aku berjanji akan menggantinya dengan tas yang hanya ada satu-satunya di dunia. Tapi nanti saat aku sudah menjadi kaya raya," ujar Embun terdengar pasrah.

Carrel tersenyum sinis. "Memang kapan kau akan kaya raya? Sampai aku mati pun kau tidak akan kaya raya jika hidupmu seperti itu terus , Embun."

"Ayolah, Carrel... kau punya cafe sebesar ini. Hanya kau satu-satunya teman yang dapat membantuku."

Carrel berdecak. Tidak mungkin jika Carrel enggan membantu sahabatnya sendiri tapi masalahnya Embun selalu saja seperti ini. Carrel pun membuka dompetnya sambil berdecak kesal.

"Ck. Kau butuh berapa?"

Embun langsung tersenyum. Ia suka Carrel. Walaupun awalnya memaki dan terlihat tidak menyukai Embun, Carrel tetap satu-satunya orang yang selalu bersedia membantu Embun tak peduli seberapa jahatnya tingkah laku Embun hingga menjual tas limited edition miliknya.

"Aku pinjam seratus lima puluh juta."

"Apa?! Kau gila?!" Carrel berteriak.

Embun meringis. "Ya, aku gila. Bahkan rasanya aku mau mati saja. Roy menagih lagi dan kali ini jaminannya adalah tubuhku. Bagaimana ini..." Embun nyaris menangis.

Melihat mata Embun yang berkaca-kaca membuat Carrel semakin tidak tega. Walau menyebalkan, Embun tetaplah sahabatnya. Tapi Carrel bingung harus membantu dengan cara apa. Carrel tidak punya simpanan uang sebanyak itu tentunya. Ratusan juta, gila saja. Bahkan uang tabungannya saat saja hanya puluhan juta. Itu pun Carrel masih harus merenovasi sebagian bangunan cafe miliknya.

Carrel mengusap bahu Embun. "Lalu apa yang harus aku lakukan? Saat ini aku tidak punya uang sebanyak itu, Embun."

Embun menghela napas. "Mungkin terpaksa aku harus memberikan tubuhku saja pada mereka."

"Tidak. Kau tidak boleh menyerah begitu saja, Embun. Ingatlah prinsip hidupmu. Meskipun kau gadis liar tapi kau tetap hanya akan memberikan tubuhmu pada suamimu nanti bukan?"

Embun termenung. Ya, ia ingat prinsip hidupnya sejak dulu. Bergaul bebas dengan siapa saja bahkan ke club malam Embun jalani asalkan satu, kehormatannya sebagai seorang perempuan tetap dijaga untuk pria yang benar-benar menjadi suaminya kelak. Kenapa Embun harus memberikan jaminan tubuhnya segala jika prinsip hidupnya dari dulu seperti itu?

Seketika Embun langsung merasa bodoh. Dia telah ceroboh.

"Embun, sepertinya aku punya saran untukmu," sahut Carrel.

"Apa? Kau mau aku mengemis?" ujar Embun dengan lesu.

Carrel justru terlihat bersemangat. "Bukan. Kau cari saja pria yang mau menjadi suamimu. Tapi pria itu harus kaya raya agar bisa melunasi semua hutangmu."

"Kau gila, Carrel. Kekasih saja aku tidak punya jadi bagaimana bisa aku mendapatkan seorang suami secepat kilat."

"Kau harus rela jadi gila demi melunasi semua hutangmu, Embun. Tubuhmu sangat berharga untuk orang seperti Roy. Aku yakin banyak pria yang tertarik padamu. Kau itu cantik, Embun."

Carrel berkata jujur. Embun itu cantik dan manis. Kekurangan Embun hanyalah dalam sikap saja. Tapi walau punya paras cantik, Embun tidak yakin akan mendapatkan suami dalam waktu sehari. Carrel benar-benar asal bicara. Embun saja tidak sedang dekat dengan pria mana pun. Selama ini hidup Embun hanya soal kebebasan. Tidak ada pria yang pernah terikat dengan Embun sebelumnya. Jadi kemana Embun harus menemukan suaminya?

"Kau cari saja pria kaya di jalanan." Sahut Carrel yang seolah mengerti raut kebingungan Embun.

"Ck. Kau pikir mencari suami itu seperti mencari seorang kucing jalanan?"

"Berhentilah mengomel dan cepat cari saja sana. Hari akan segera berlalu dengan cepat jadi jangan sampai waktu Roy untuk mengambil tubuhmu itu tiba."

Embun berdecak. Dia benar-benar frustasi. Ditambah perkataan Carrel yang seolah menambah beban pikirannya.

"Menyingkir lah, aku harus melayani pelangganku," tukas Carrel.

Embun langsung menyingkir ketika beberapa orang datang ke kasir untuk memesan. Carrel mulai sibuk melayani para pelanggannya. Embun duduk termenung, memikirkan perkataan Carrel.

Mencari seorang suami? Embun pikir Carrel sudah gila memberi saran seperti itu. Embun tidak punya kekasih atau pria yang sedang dekat dengannya. Embun juga tidak punya pria yang ia sukai. Bahkan Embun juga tidak pernah memikirkan soal pernikahan. Tapi saran dari Carrel cukup masuk akal.

Embun pun bergegas bangkit dari tempat duduknya kemudian berjalan melewati Carrel di meja kasir.

"Carrel aku pergi dulu."

"Kau mau ke mana?"

"Pergi mencari suami."

Terpopuler

Comments

TSUBAKI KUN

TSUBAKI KUN

sepertinya aku harus contoh gadis aneh ini 🤣🤣 tapi sepertinya yang datang pasti satpol PP atau security ngangkut gw 🤭🤭

2020-07-01

6

Yuliana Ana

Yuliana Ana

👍👍👍😀👍♥️

2020-06-16

0

Rani Mulyani

Rani Mulyani

cewek aneh

2020-06-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!