Ezar fokus menyetir sedangkan gadis di sampingnya sibuk sedang berkelana dalam pikirannya sendiri. Embun bingung dan tidak tahu ke mana Ezar akan membawanya pergi. Dan.. kenapa juga ia harus menuruti Ezar untuk ikut? Mendengar tawaran Ezar tadi membuat Embun sedikit tidak percaya karena sepertinya Embun mendapat secercah harapan. Bahkan sepertinya Ezar setuju untuk menikahi Embun dengan tiba-tiba. Embun sendiri masih bingung kenapa Ezar bisa berubah pikiran secepat itu.
Apakah karena Ezar sudah melihat Roy jadi pria itu merasa kasihan padanya?
Sebenarnya Embun tidak suka dikasihani tapi mau bagaimana lagi, Embun tidak ingin prinsip hidup yang ia jaga selama ini harus dilepas pada orang seperti Roy.
Embun melirik Ezar yang sibuk menyetir. Tanpa sadar ia bukan hanya sekedar melirik tapi mulai mengamati setiap inci wajah pria itu. Rahang yang tegas, hidung mancung, mata tajam, dan rambutnya yang agak berantakan karena mungkin belum disisir sejak bangun tidur. Embun akui jika Ezar sangatlah tampan. Bahkan rasanya Embun baru bertemu pria setampan Ezar selama hidupnya. Bisa dibilang ketampanan Ezar juga termasuk ke dalam tipenya.
Lihatlah sekarang, pemandangan di depan Embun adalah anugerah yang Tuhan berikan untuk gadis itu. Memperhatikan bagaimana Ezar menyetir dengan wajahnya yang sangat serius dan tatapan matanya tajam lurus ke depan membuat hatinya berdebar hangat.
"Rupanya kau sudah terpesona olehku," sahut Ezar tiba-tiba.
"A-Apa? Tidak!"
"Sejak tadi aku sadar kau terus memperhatikanku, Nona."
Embun mengerjap. Pipinya langsung terasa panas dan jantungnya berdegup kencang begitu dirinya tertangkap basah. Sial. Embun kan hanya sedang ingin menilai Ezar bukan berarti terpesona.
"Sedari tadi kau sangat fokus memperhatikan wajahku. Sepertinya kagum sekali ya?" Ezar terkekeh.
"Jangan mengada-ada, Tuan! Aku hanya sedang memastikan kalau kau tidak jelek!" Ketus Embun.
"Lalu bagaimana? Aku tidak jelek kan?"
Embun mendengus. Sial. Rasanya sangat disayangkan jika ternyata Ezar memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi.
"Kau percaya diri sekali, Tuan. Aku juga sedang memperhatikan bagaimana caramu menyetir."
Ezar melirik Embun sekilas dengan tatapan bingung. "Alasan yang bagus untuk menyembunyikan rasa malumu." Ezar tersenyum miring.
"Ngomong-ngomong kita akan ke mana, Tuan?" tanya Embun begitu melihat jalan yang Ezar ambil.
"Kita akan ke butik kenalanku. Kau harus dirombak. Dan bisakah berhenti memanggilku 'Tuan'? Kau tidak mungkin memanggilku seperti itu di depan orang tuaku. Lagipula tidak perlu seformal itu padaku."
"A-Apa? Orang tua? Orang tua siapa?"
"Tentu saja orang tuaku."
Embun menelan salivanya. Kenapa pria itu tidak bilang dari tadi?
"Jadi sekarang kita sedang dalam perjalanan untuk bertemu orang tuamu?"
Ezar mengangguk singkat. Embun jadi merasa tidak tenang dan gelisah. Bertemu dengan orang tua dari pria yang baru saja dia kenal membuatnya jadi gugup. Apalagi ini tentang pernikahan. Maklum saja sebelumnya Embun belum pernah menjalin hubungan dengan pria mana pun jadi sekarang ia sangat gugup. Kira-kira seperti apa orang tua Ezar yang kaya raya itu?
Tidak bisa. Embun harus menolaknya sekarang juga. Embun belum mempersiapkan diri.
"Ezar, aku memang ingin kau menikahiku tapi .. bukankah ini terlalu cepat? Kita bahkan baru mengetahui nama satu sama lain tadi pagi setelah semalaman bersama."
CKITTTT
"Akh! Kenapa berhenti mendadak?!" bentak Embun.
Ezar manatap Embun dengan wajah terkejutnya. "Kau bilang kita .. semalaman bersama? Kau .. memperkosaku?" tanya Ezar dengan keraguan di wajahnya.
Embun melongo mendengar apa yang baru saja ia dengar. Ah, mungkin ia baru saja mengatakan kalimat yang ambigu. Ezar telah salah paham. Embun pun mendengus.
"Jangan salah paham, Ezar. Aku tidak berbuat macam-macam padamu dan aku ini perempuan. Tidak mungkin berbuat macam-macam pada seorang pria asing sepertimu!"
"Siapa yang tahu, Embun. Kau kan gadis gila yang sangat ingin menikah. Kemarin kau mempromosikan dirimu sendiri di jalanan lalu mungkin bisa saja tadi malam kau memperkosaku karena begitu inginnya mendapat suami kaya raya dan tampan seperti aku."
Astaga! Rasanya Embun sangat ingin mengutuk Ezar yang terlalu percaya diri. Lalu Embun dan Ezar saling tatap dengan tatapan tajam. Embun tidak terima dituduh sembarangan oleh Ezar dan Ezar tidak percaya dengan Embun. Bagi Ezar, gadis itu bertopeng kepolosan dengan segala niat jahat dan obsesi dalam dirinya. Ezar pun menyalakan mesin mobilnya dan mobil kembali melaju.
"Mungkin kau bisa katakan pada orang tuaku alasan kita menikah adalah karena kau sudah memperkosaku," sahut Ezar.
Embun mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ezar sangat menyebalkan dan bermulut pedas. Bagaimana bisa Embun akan menikah dengan pria seperti Ezar? Bahkan kini rasanya Embun ingin memberikan pukulan mautnya ke wajah tampan dan mulus milik Ezar.
"Dengar Tuan Ezar yang kaya raya dan tampan. Semalam aku bahkan rela tidur di karpet ruang tamu karena merasa bersalah sudah menabrakkan mobilmu ke tembok! Kau tidak tahu sedingin apa udara ketika malam hari dan badanku jadi sakit semua! Seharusnya aku membiarkanmu tidur di karpet daripada di kamarku dan pagi ini dengan tidak tahu dirinya kau memegang barang milikku begitu vulgar! Seharusnya-"
"Tunggu!" Ezar memotong ucapan Embun dengan cepat. "Apa kau bilang? Menabrakkan .. mobilku? Kau menyetir mobilku kemarin?" tanya Ezar dengan histeris.
Embun berdehem. "Emm, ya. Untungnya aku cukup berpengalaman dalam menyetir. Aku tidak sengaja menabrak karena tidak terbiasa menyetir mobil mahal milikmu."
Ezar menelan salivanya. Mobil yang sedang ia setir itu adalah mobil keluaran terbaru yang baru dikirim Minggu lalu dari Inggris dan hanya ada lima di dunia. Ezar sudah memesan mobil itu berbulan-bulan sebelum mobil itu sendiri beredar di pasaran. Berbulan-bulan Ezar menunggu mobil itu dengan sabar. Baru seminggu Ezar pakai mobil kesayangannya itu dengan rasa bahagia dan Embun yang statusnya gadis asing sudah berani membenturkan mobilnya ke tembok dengan alasan tidak terbiasa.
Astaga. Rasanya Ezar hampir gila. Pria itu meremas rambutnya sambil berdecak kesal. Asal kalian tahu Ezar adalah orang yang perfeksionis dan tidak suka barangnya tersentuh orang lain terutama barang kesayangannya. Dan mobil ini adalah mobil kesayangannya karena limited edition.
Apakah gadis di sampingnya itu tidak sadar kalau mobil yang kemarin ia tabrakan ke tembok ini adalah mobil yang hanya ada lima buah di dunia?
"Seharusnya aku tidak perlu mengajak gadis gila sepertimu," gumam Ezar dengan sinis.
"Aku mendengarnya, Tuan."
...* * *...
Embun masuk ke mansion besar milik Ezar. Sejak memasuki gerbang rumahnya saja Embun tidak bisa berhenti mengagumi rumah mewah itu. Kemudian Embun menunduk melihat pakaiannya yang semula memakai dress sederhana kini sudah berganti menjadi dress yang agak terbuka di bagian. dress pilihan Ezar sedikit lebih pendek dari dress milik Embun sebelumnya. Namun Embun akui pria itu memiliki selera yang tinggi. Dress pilihan Ezar memiliki kesan mewah dan elegan. Berbeda dengan dress milik Embun yang sudah sedikit pudar warnanya dan lusuh.
Embun meraba rambut panjangnya yang sedikit di Curly. Tadi Ezar juga sempat membawa Embun ke salon. Wajah embun dipoles make up tipis sehingga terlihat lebih segar dan berwarna. Pria itu benar-benar merombak Embun menjadi seorang gadis yang feminim. Sangat bertolak belakang dengan sosok asli Embun yang sedikit tomboy dan cuek dalam berpenampilan.
"Masuklah," ajak Ezar yang berjalan di samping Embun.
Ezar merangkul Embun dan mengajaknya masuk. Awalnya Embun merasa risih dan bersikap menolak namun Ezar memaksa. Mungkin ini salah satu bagian dari akting. Jadi Embun pun akhirnya hanya menurut lalu membiarkan tangan pria itu berada di bahunya.
"Kita harus terlihat mesra di depan orang tuaku. Bersikaplah seperti kita bukan orang asing yang baru kenal kemarin sore," bisik Ezar.
"L-Lalu maksudmu?"
"Anggap saja kita sudah menjalin hubungan selama bertahun-tahun jadi kita harus bersikap seakrab mungkin."
Embun pun mengangguk dengan ragu. Mereka berdua melangkah masuk ke dalam rumah besar milik Ezar itu. Begitu masuk Embun melihat seorang wanita setengah baya menghampiri mereka dengan senyum merekah.
"Selamat datang, Tuan. Nyonya sudah menunggu kepulangan anda di atas."
Ezar mengangguk sambil menghela napasnya. Matanya pun melirik Embun. "Perkenalkan, ini Bi Lasri. Asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di sini."
Embun langsung tersenyum pada bi Lasri. "Hai, Bi Lasri. Aku Embun."
Bi Lasri pun mengangguk sambil tersenyum ramah. "Silahkan masuk, Nona Embun. Anda juga sudah ditunggu oleh Nyonya Marisa."
Embun langsung menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. Kegugupannya bertambah sejak bi Lasri berkata demikian. Embun tidak tahu apakah orang tua Ezar akan menerimanya atau tidak walau Embun akan ikhlas jika ia tidak diterima oleh keluarga Ezar.
"Ezar."
Embun langsung menegang mendengar suara wanita yang memanggil Ezar. Sontak Embun reflek meremas tangan Ezar dalam genggamannya apalagi ketika mendengar suara langkah kaki mendekati mereka. Embun tiba-tiba merasa sangat takut bertemu dengan orang tua Ezar.
Di pikiran Embun setiap orang kaya itu akan selalu bersikap jahat kepada orang miskin sepertinya. Apalagi bagaimana jadinya jika orang tua Ezar tahu kalau anaknya malah mau menikahi gadis miskin yang punya banyak hutang sepertinya?
Embun tidak masalah jika ditolak tapi ia sangat takut dan tidak siap jika harus dihina juga. Cengkeraman tangannya semakin kencang.
"Kau kenapa?" bisik Ezar.
"Aku takut. Bagaimana jika aku malah ditendang karena mereka tahu kalau aku miskin?"
Ezar pun tersenyum miring melihat kegugupan di wajah Embun. Sepertinya pria itu mengerti apa yang sedang Embun pikirkan.
"Jika kau ingin menikah dengan pria kaya, maka kau harus siap direndahkan oleh calon mertuamu sendiri seperti di film-film pada umumnya."
Embun mendengus. Ezar sama sekali tidak membantunya untuk menangani ketakutan itu. Pria itu memang menyebalkan.
"Ezar, Mama dan Papa sudah menunggumu."
Embun langsung mendongak ketika seorang wanita menghampiri mereka berdua. Begitu melihat wajah wanita yang telah melahirkan Ezar ke dunia ini Embun langsung takjub pada kecantikan alami yang dimiliki oleh seorang wanita itu. Meski udah menjadi orang tua, mama Ezar tetap terlihat cantik dan memiliki pesona tersendiri. Nyonya Marisa terlihat sangat berkelas. Tidak cocok dengan Embun yang biasa-biasa saja.
Bahkan ketika Embun sudah menghabiskan waktu di salon pun gadis itu merasa iri dengan kecantikan mama Ezar yang sangat natural. Ditambah lagi Marisa ada darah campuran dari luar negeri, sangat terlihat jelas dari rupanya
Marisa pun melirik gadis yang sedang bergandengan tangan dengan putranya. Detik itu juga Embun merasa seperti sedang ditatap oleh ratu Inggris. Rasanya sangat gugup dan menegangkan. Embun menelan salivanya. Mata Marisa mulai memindai penampilan Embun dari atas ke bawah.
"S-Selamat siang, Nyonya," sapa Embun dengan malu-malu.
Marisa awalnya terdiam sambil mengamati wajah Embun. Ezar pun mendekati mamanya lalu tampak membisikkan sesuatu. Tak lama ibu dan anak itu bercekcok kecil diakhiri dengan Sang ibu yang memukul bahu anaknya.
"Kau ini, jangan jahil begitu!"
Ezar mendengus sambil melirik Embun. Gagal sudah rencana pria itu ingin mengerjai Embun dengan menyuruh mamanya berpura-pura menjadi ibu yang jahat. Ternyata mamanya tidak bisa diajak kerjasama. Wanita itu malah mendekati Embun lalu merangkulnya dengan hangat.
Marisa tersenyum. "Hai, Sayang. Bagaimana kabarmu? Sudah lama Mama ingin melihat gadis secantik dirimu."
Marisa pun segera merebut Embun dari Ezar. Embun terkejut melihat perlakuan mama Ezar yang sangat akrab kepada orang baru. Seketika ekspektasinya tentang orang kaya yang jahat tadi pun langsung lenyap. Ketakutannya kini juga memudar perlahan seiring Marisa yang menggenggam tangannya dengan lembut.
"Siapa namamu, Nak?"
"Embun, Nyonya."
"Nama yang unik dan bagus. Aku Marisa. Panggil aku Mama, oke?"
Embun mengangguk dengan ragu. "M-Ma .. Ma." Embun mengeja sebutan mama untuk Marisa.
Marisa pun tersenyum senang. "Bagus. Sekarang ayo kita duduk di sana. Papa Ezar sudah menunggu."
"P-Papa Ezar?"
"Iya. Ayo."
Baiklah. Mari kita lihat seperti apa tuan besar keluarga kaya raya ini.
...* * *...
Di sinilah Embun sekarang, duduk di antara keluarga Ezar yang terdiri dari mama, papa, dan Ezar saja. Embun baru tahu jika Ezar adalah anak tunggal raya. Itu artinya Ezar anak kesayangan mama Marisa dan papa Alfred. Sangat disayangkan jika Ezar yang statusnya anak tunggal keluarga kaya raya harus mendapatkan istri seperti Embun.
Apa Embun harus mundur saja?
"Namamu Embun?" tanya Alfred.
Embun langsung mendongak. Matanya bertatapan langsung dengan mata yang sama persis seperti milik Ezar. Mata yang tajam berkuasa dan tegas namun terlihat tenang dan teduh diwaktu yang bersamaan.
"Iya, Tuan."
"Sayang, kau harus memanggil suamiku dengan sebutan Papa juga," bisik Marisa.
"Baik. Akan aku coba," balas Embun.
Alfred tampak menghela napas. "Ezar, kami merasa kecewa padamu. Kau ini putra tunggal kami."
Setelah mendengar kalimat itu Embun langsung kehilangan harapan. Sepertinya benar dugaannya kalau ia tidak mungkin bisa diterima dengan begitu mudahnya di keluarga Ezar. Mungkin ia memang harus mundur. Tuan besar ini tentu tidak ingin anak kesayangannya malah harus bersama dengan gadis sepertinya.
"Apa maksudnya, Pa?" tanya Ezar.
"Kenapa kau menyembunyikan gadis seperti Embun dari kami? Kalau kau tidak menyembunyikannya mungkin kalian sudah kami nikahkan sejak lama," sahut Marisa dengan gemas.
"Itulah yang Papa maksud, Ezar."
Ezar dan Embun pun saling berpandangan. Jadi tuan Alfred sama sekali tidak membenci Embun?
"Ma, Pa, sebenarnya kami itu-"
"Bagaimana kalau kita tetapkan satu bulan dari sekarang?" Alfred langsung memotong ucapan Ezar.
Ezar pun mengerutkan keningnya. Marisa tersenyum melirik suaminya. Disaat seperti ini entah kenapa pasangan suami istri itu terlihat sangat kompak dan sehati.
"Mama setuju dengan Papamu, Ezar."
"Apa maksudnya? Apanya yang satu bulan?" tanya Ezar bingung.
Sementara Embun terlihat seperti sudah menduga apa yang akan terjadi.
"Tentu saja pernikahan kalian, Ezar. Kau dan Embun akan menikah satu bulan dari sekarang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Hanik Suyanti
makin seru
2020-03-06
2