My Only LOVE

My Only LOVE

Bab 1

Di bawah langit pagi yang cerah, Shafana mengangkat tangan menutupi wajahnya dengan kelima jari tangannya yang lentik.

Wajah pucat nya semakin terlihat jelas saat cahaya yang menyilaukan itu berusaha menerobos ruas-ruas jari yang terbuka.

Tatapannya begitu sendu, namun senyumnya begitu hangat, sehangat udara di pagi itu.

Seorang wanita memanggil namanya dengan suara lembut.

"Ana, kamu sedang apa?"

Gadis cantik itu menoleh menatap dengan senyuman yang lembut.

"Sedang melihat langit"

"Ada apa di sana?"

"Apa orang mati tempatnya di langit?"

Gadis itu balik bertanya, membuat sang pendengar merasakan hantaman hebat di dalam hatinya.

Wanita itu berjongkok meraih tangan halus Shafana yang sedang duduk di kursi roda, wajahnya menatap ke luar jendela rumah sakit, tempat gadis itu menghabiskan hari-harinya.

"Ana, jangan bicara gitu, kamu pasti akan sembuh"

"Iya, Ma. Ana tau"

Ana mencoba tegar dan tabah, meski ia tau kata-kata itu hanya penghibur baginya sebagai seorang pasien.

Tiba-tiba Ana merasakan sesak di dadanya, ia kesulitan bernafas.

Dewi yang melihat keadaan Ana buru-buru menekan bel gawat darurat untuk memanggil para suster atau pun Dokter, agar segera menangani Ana.

******

Dua tahun yang lalu....

Seorang Gadis pemilik senyuman manis melangkah dengan pasti melewati kerumunan orang-orang yang memakai seragam yang sama dengannya,

Mata jernihnya mencari seorang Gadis cantik yang rambutnya di kuncir seperti ekor kuda,

Setelah mendapati Gadis yang sudah setia menjadi sahabatnya dalam suka maupun duka, ia menghampiri Gadis itu sambil mengejutkannya.

"Daaarrrr...."

Sontak Gadis itu melompat, karena terkejut.

"Anaaaa!!!"

Teriaknya dengan nada yang tinggi.

"Temani Aku dong ke perpustakaan, ada buku yang mau Aku pinjam"

"Perpustakaan lagi, kenapa sih kamu suka banget ketempat membosankan itu, sekali-kali ajak Aku ke mall kenapa sih"

"Iya, deh, nanti setelah dari perpustakaan kita jalan-jalan ke mall, gimana kamu senang kan?"

Keduanya berjalan sambil bergandeng tangan ke perpustakaan yang memang tak jauh dari sekolah mereka.

Shafana menelusuri rak-rak buku yang berbaris sehingga menyisakan jalan yang hanya bisa dilewati satu orang saja, saat ia meraih buku yang ia cari menyisakan sebuah lubang kecil pada rak itu.

Shafana tak sengaja melihat gumpalan asap dari celah rak buku yang kosong, rasa penasaran memaksanya untuk mengintip dari celah rak buku, ia menyaksikan sebuah tangan besar yang sedang memegang sepuntung rokok, ternyata itulah sumber asap yang Shafana lihat.

Shafana yang kesal pun bergumam.

"Ada ya, manusia yang nggak tau aturan, bisa-bisanya merokok di tempat umum"

Suara Shafana yang tak terlalu kuat juga tak terlalu pelan dapat di dengar orang yang ada dibalik rak buku itu, buru-buru membuang puntungan rokok itu ke lantai dan menginjaknya dengan sepatu sekolahnya.

Sebelum pergi orang itu sempat mengucapkan maaf kemudian meninggalkan tempat itu.

Shafana tak menghiraukan ucapan orang yang berada di balik rak buku itu, karena ia terlanjur kesal pada orang itu.

Setelah mendapatkan buku yang ia inginkan, Ana menghampiri sahabatnya yang bernama Gladis, gadis cantik itu terlihat bersahaja saat duduk di ruang baca sambil mendengar musik dari handphonenya dengan memakai handset di kedua telinganya.

Ana menepuk pundak gadis itu memberi isyarat kalau ia sudah selesai.

Seperti janji Ana, mereka pergi berjalan-jalan ke sebuah mall di pusat kota, kedua gadis itu mencari tempat untuk makan siang di sebuah restoran ayam goreng kesukaan Gladis.

Saat mereka sedang menikmati hidangan yang sudah tersaji di meja mereka, tiba-tiba handphone Gadis berdering, sehingga menghentikan kegiatan makan mereka, terdengar Gladis menjawab panggilan itu

"Iya, Ma, Iya Gladis segera pulang"

Kedua gadis itu saling bertatapan, setelah Gladis menutup panggilan telepon, ia pun mulai bicara pada Shafana.

"Ana, maaf ya, Aku pulang duluan, soalnya Mama mau pergi, nggak ada yang jagain adik Aku di rumah"

"Makanannya gimana?"

"Kamu habisin sendiri aja, kan kamu yang bayar"

Gadis itu nyengir dan buru-buru meninggalkan Shafana.

"Dasar sahabat durhakaaaaa!!!!"

Akhirnya Shafana beneran menghabiskan dua porsi Ayam goreng, sehingga membuatnya merasa kekenyangan.

Setelah selesai Shafana akan mencuci tangan di wastafel, saat berjalan ia tak sengaja menabrak seseorang yang berbadan tinggi kedua tangannya yang kotor tak sengaja menyentuh bagian depan orang itu sehingga mengotori pakaian putih yang ia kenakan.

Shafana masih belum melihat wajah orang yang ada di hadapannya itu, ia hanya berpikir bagaimana jika orang ini akan memarahinya karena sudah mengotori baju seragam putih itu, dengan cepat Shafana menarik tangannya dari dada pemuda itu dan buru-buru mengambil tissue di mejanya mencoba membersihkan kotoran yang menempel di baju putih itu, namun usahanya sama sekali tak berhasil karena noda di baju itu adalah noda saos yang menempel di tangan Shafana.

Dengan kasar orang itu menghempas tangan Shafana yang mencoba membersihkan seragam sekolahnya, sehingga menarik perhatian Shafana untuk melihat wajah orang itu, Shafana sedikit mendongak untuk melihat wajah orang itu, karena orang yang ada di hadapan Shafana memang lebih tinggi dari dirinya, bahkan ukuran tubuhnya hanya sebatas bahu orang itu.

Mata tajam Pemuda itu menembus tatapan Shafana yang merasa bersalah, beberapa detik saling menatap akhirnya Shafana mengeluarkan kalimat ajaibnya yaitu

"Maaf, Aku nggak sengaja"

Pemuda itu mendorong tubuh Shafana agar menyingkir dari jalannya, sambil bergumam.

"Sial"

Shafana hanya bisa mengelus dada saat orang itu sudah pergi meninggalkannya dan bergegas menuju wastafel untuk membersihkan tangannya yang sebenarnya sudah tak terlalu kotor karena tadi dia sudah mengelap tangannya di baju Pemuda sombong itu.

Saat di Sekolah....

Shafana baru saja masuk ke dalam kelas, perhatiannya tiba-tiba tertuju pada kerumunan teman-temannya yang menutupi kursi paling belakang bahkan Gladis juga berada di dalam kerumunan itu, namun hal itu sama sekali tak membuat Shafana penasaran dia mengira mungkin ada salah seorang temannya yang sedang menjual aksesoris seperti waktu itu.

kerumunan itu berlahan membubarkan diri ketika Guru bahasa Indonesia memasuki kelas.

"Anak-anak kembali kemeja masing-masing, sekarang waktunya belajar"

Bu Winda mendapati seorang siswa yang terlihat asing di kelasnya, siswa laki-laki yang duduk di kursi paling belakang.

"Kamu Siswa baru ya, Nak?"

Bu Winda bertanya dengan lembut sambil memanggilnya untuk maju ke depan kelas.

Dengan langkah tegas Pemuda berbadan tinggi dan berkulit putih itu melangkah dengan tatapan yang lurus, membuat orang yang menatapnya merasa kagum terutama kaum hawa yang ada di kelas itu, semua berpendapat bahwa Pemuda itu sangat tampan, kecuali satu orang yang merasa dia pernah melihat Pemuda itu tapi dia lupa bertemunya dimana.

Pemuda itu kini berdiri di depan kelas menghadap teman-teman sekelasnya.

Mata tajamnya tertuju pada seorang Gadis yang sedang sibuk membalik lembaran buku yang ada dihadapannya.

"Perkenalkan diri kamu pada teman-teman mu, Nak"

Ucap Bu Winda padanya.

"Ehmmm...Perkenalkan nama Saya Daffa Arzaka Zayan, usia saya 15 tahun, saya murid pindahan dari Sekolah SMA Juara Gemilang"

Shafana sama sekali tak perduli dengan orang yang sedang memperkenalkan dirinya di depan kelas itu, dia malah sibuk membaca buku yang ada di hadapannya, membuat Daffa semakin tertantang untuk mengetahui siapa sebenarnya Gadis sombong yang tak terpesona dengan ketampanannya, berbeda sekali dengan teman yang duduk di sampingnya, Gadis cantik itu menatapnya sambil berpangku tangan dengan kedua bola mata yang berbinar-binar.

"Ah....Gantengnya cowok itu"

Gumam Galdis sambil masih memperhatikan wajah Pemuda yang masih berdiri di depan kelas itu.

"Daffa, sebelum kembali ke meja mu, seragam kamu tolong di rapikan ya"

Ucap Bu Winda.

"Iya, Bu"

Tapi dia sama sekali tak berniat memasukkan baju ke dalam celananya, karena itu sama sekali tak terlihat keren baginya, Daffa malah mengusap-usap bajunya dengan tangan seolah sedang membersihkan kotoran dari seragam Sekolahnya, tindakannya itu tak sengaja Shafana lihat, sehingga Shafana menyadari dia adalah orang yang semalam Shafana kotori seragamnya.

Daffa akan kembali kemejanya dengan melewati sisi dimana tempat Shafana duduk dan dengan sengaja membuang buku yang menumpuk di meja Shafana, seolah dia tak sengaja menyenggol buku itu, Shafana tau Pemuda itu memang sengaja melakukannya untuk membalas dendam padanya.

Hai...Hai....

Jangan Lupa mampir ya di karya terbaruku

Cerita Cinta Shafana dan Daffa yang mengharu biru.

mohon dukungannya🙂🙂🙂

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!