Penghujung Cinta
Krekk...
Suara pintu di buka dari luar membuat mata Tania langsung saja terbuka karena kaget.
"Siapa sih? Orangnya gak di kamar, tolong tinggalkan pesan setelah bunyi bip. Bip." Tania kembali memejamkan matanya.
"Oh orangnya gak di kamar ya, ya sudah kalau begitu biarin aja yang punya kamar telat sekolah," ucap Mama Tania yang mendekati tempat tidur Tania.
"Astagfirullah, aku lupa." Tania terperanjat lalu bangun seketika dari tempat tidur namun Tania tetap tak menyadari jika ada Mamanya di sampingnya.
"Dorr!" Mama Tania mengejutkan Tania lagi.
"Allahu Akbar, dih mama kok jahat banget sih ngagetin anaknya," celoteh Tania sambil memanyunkan bibirnya.
"Cepetan mandi gih, Mama gak mau kamu telat ke sekolah." Mama Tania mendorong Tania hingga pintu kamar mandi.
"Tania udah gede Ma, Tania udah SMA! Kok Tania masih diperlakukan kaya anak kecil gini sih. Tania tu pengen mandiri walaupun Tania suka bangun kesiangan!" Tania masih saja mengomel di depan pintu kamar mandi.
"Ma ... Mama ..." Tania menoleh dan di dapatinya ia kini hanya sendiri. Ia sedikit ragu ingin melihat jam, namun ia beranikan diri untuk melirik jam dinding bergambar hello kitty yang berada tepat di atas tempat tidurnya.
"Subhanallah... Udah jam 7 dan masuknya kan jam 07.30, aduh harus gercep ini." sejurus kemudia Tania langsung mandi menggunakan jurus SKLM (sistem kebut lima menit).
Tania adalah anak tunggal, Papanya telah meninggal sebulan yang lalu karena sakit kangker otak. Mama yang dulu jarang pulang karena tempat kerjanya yang jauh, mengajak Tania pindah ke rumah baru yang lebih dekat dengan tempat kerjanya. Sedangkan rumah yang lama di biarkan saja namun Mamanya Tania menyuruh dua orang pekerja untuk merawat rumah tersebut. Itulah mengapa Tania harus pindah sekolah. Namun kebiasaan Tania yang suka membuat kesal Mamanya adalah bangun kesiangan dan suka ceroboh terhadap sesuatu.
Pagi ini benar-benar pagi yang sangat menyebalkan bagi Tania. Dimana ia bangun kesiangan, pergi sekolah tanpa sisiran, ia hanya mengikat lalu memasangkan jilbab sorongnya. Belum berhenti sampai disitu. Ia pun harus bersabar menghadapi kemacetan jalanan menuju sekolahnya, hingga akhirnya ia terlambat sampai sekolah.
Tania melihat gerbang sekola barunya sudah di tutup. Tania sedikit gugup. Dia mau meminta tolong sama Pak Korim supir pribadinya pun telah pergi. Tania melihat ada satpam yang mendekatinya. Dan ini kesempatan Tania untuk bisa masuk. Mungkin.
"Pak satpam, tolong buka gerbangnya, saya mau masuk, Pak," ucap Tania memohon dengan muka memelas. Tania melirik ke baju sebelah kiri yang bertulisakan Herman, ia yakin itu nama orang tersebut.
"Eh, Mbak siapa, kok muka mbak asing sih?" Pak satpam itu melihat Tania dari atas sampai bawah, "Mbak anak baru ya? Tapi kok kayanya Mbaknya nyasar?" Bapak itu menaikan alisnya sebelah sambil berkacak pinggang.
"Iya saya anak baru Pak, maaf saya terlambat. Soalnya jalanan macet, Pak." Tania beralasan.
"Eh tapi kata Bapak saya nyasar? Ya enggaklah Pak, saya udah bener kok liat alamatnya. Jalan Merpati Raya kan, Pak?" Tania membaca secarik kertas alamat sekolah barunya.
"Bener sih, tapi kayanya Mbaknya Islam ya? Jarang ada orang Islam sekolah di sekolah sini," ucap Bapak satpam yang kemudian duduk di kursi dekat gerbang.
"Eh kayanya saya ... " Tania melirik ke sebuah tulisan besar yang ada di atas gerbang sekolah, SMA Santa Ursula.
"Loh Pak terus SMA Harapan Jaya di mana?" Tania jadi bingung sendiri dia salah mencatat alamat sekolah barunya atau memang ada jalan yang sama tapi beda lokasi.
"Itu lho Mbak sekolahnya." Pak satpam tersebut menujukkan ke sebuah arah yang ternyata sekolahnya tepat berada di seberang jalan dari sekolah yang kini Tania pijak.
"Astagfirullah." Tania menepuk jidatnya, "Eh iya Pak, terimakasih banyak ya, Pak. Permisi." Tania pun menyebrang jalan menuju ke sekolah barunya.
Rasanya Tania ingin pulang karena merasa harinya sangat kacau, ia berharap semoga setelah ini tidak ada yang mengacaukan mood-nya lagi. Ia berjalan mendekati gerbang sekolah tersebut dan ternyata ada satpam yang sedang asik duduk memainkan ponselnya lalu melirik ke arah Tania.
"Mbak anak baru ya disini? Tapi nyasar ke sekolah yang di depan itu kan?" tanya Bapak itu sambil tertawa yang menjukkan barisan giginya.
"Eh ... Iya, Pak." Tania jadi merasa takut, kok dia bisa tau. Tania berpikir jangan-jangan orang ini adalah paranormal, "Kok Bapak tahu?" Tania menaruh curiga pada satpam tersebut.
"Tenang Mbak, saya bukan paranormal kok, itu Mas Herman chat ke saya barusan kalo Mbaknya salah sekolah."
"Kok bapak itu tahu kalo aku ngira dia paranormal sih?" Tania bertanya dalam hati.
"Mbak! Mbak!" satpam tersebut melambaikan tangannya di depan wajah Tania.
"Eh iya Pak, maaf ya Pak." Tania baru sadar kalau dia tadi habis ngelamun.
"Silahkan masuk Mbak, nanti keburu telat tinggal 5 menit lagi, bentar lagi masuk."
"Terimakasih banyak ya, Pak." Tania pun berlari menuju gedung sekolah.
Tania menyusuri koridor sekolah dan menemukan ruang guru. Tania pun masuk dan bertanya perihal lokasinya kelasnya. Tak sia-sia, akhirnya ia diberi selembar kertas denah sekolah. Sambil berjalan Tania asik membaca denah dan tiba-tiba.
Brukk...
"Maaf ... Maaf ... nggak sengaja." Tania meminta maaf pada sosok wanita bertubuh sedikit gendut dengan rambut lurus sebatas bahu. Tania melihat sekilas ke arah name tag ternyata namanya Syela Puri Wiratmaja.
"Eh kamu gak punya mata ya?" wanita itu mendorong Tania yang hampir terjatuh.
"Justru aku yang tanya sama kamu, kamu punya mata harusnya bisa liat kalo aku punya mata, kok kamu masih nanya? Kamu rabun ya?" jawab Tania spontan dan langsung menutup mulutnya karena sedikit bar-bar.
"Eh, kok kamu nyolot sih!" Syela melambungkan tangannya ingin menampar Tania.
"Syela! Kamu di panggil Bu Ratna!" suara wanita yang tak lain adalah Nabila, teman sekelas Syela. Nabila sebenarnya tak suka dengan Syela. Karena Syela suka semena-mena dengan yang lain, dengan alasan dia itu cewek paling cantik di sekolah. Padahal nggak cantik-cantik banget.
Syela hampir saja menampar Tania, namun gagal karena panggilan dari Nabila. Tania pun tak buang kesempatan, ia mundur pelan-pelan lalu kabur meninggalkan Syela yang sedang menoleh ke arah Nabila.
"Kamu itu bener-bener ganggu banget ya Bil, aku lagi mau ngasih pelajaran sama anak yang sok-sokan melawan aku." Syela menatap Nabila dengan tatapan marah, tak lupa tangannya ia lengkungkan di pinggang.
"Anak siapa? Kamu ngigo kali! Hahaha." Nabila tertawa.
"Anak ini ... Eh ..." Syela kaget karena ternyata di belakang dia sudah tidak ada siapa-siapa.
"Dasar kamu ni Syel, kebanyakan begadang mikirin si Rian, makanya kamu jadi ngelantur nggak jelas. Hahaha." Nabila pun meninggalkan Syela.
"Awas aja ya kalo aku ketemu kamu." Syela mengepalkan tangannya, ingin rasanya ia memukul anak yang baginya sudah tidak sopan padanya.
Tania berlari sekuat tenaga sampai ngos-ngosan, berharap kalau Syela tidak akan mengejarnya lagi. Tania mengatur napasnya.
"Aduh, kertas denahnya pasti jatuh waktu nabrak perempuan yang namanya Syela tadi." Tania menepuk jidatnya.
Pukk...
☆☆☆
Hai para readers, tolong kritik dan sarannya jika Author masih banyak kesalahan dalam menulis😊
#sudah revisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
anotherb
Iseng-iseng klik... dan kayaknya aku suka deh😁😁😁 Terus tulisannya juga rapi (sudah direvisi kata author nya)
2021-03-16
1
🎯Pak Guru📝📶
like n komen
mampir ya....
PENDEKAR TAK PERNAH KALAH
2020-09-28
1
Kim nafisa
ih aku jadi tertarik dehhh
2020-09-16
1