Tania sendiri berlari menuju mushola sekolah dan berniat ingin menjalankan shalat dhuha. Selain ingin mengerjakan ibadah sunah, Tania yakin bahwa mushola tempat aman dari kejaran Fakhri dan Nadia.
Sementara Nadia dan Fakhri berpencar mencari Tania. Entah kenapa Nadia tak pernah ingin jika Tania menjauh darinya. Sebelumnya teman-teman Nadia banyak yang tak menyukai sikap angkuh dan suka semena-semenanya hingga semua temannya enggan duduk dengannya. Namun dengan Tania, Nadia merasakan kenyamanan.
Sedangkan Fakhri sepertinya menyukai Tania sejak pertama bertemu dengannya. Padahal Fakhri sendiri selama ini tak pernah menyukai seseorang. Bukan karena tak ada yang cantik, tapi Fakhri tidak suka dengan sikap mereka yang suka cari perhatian dan lebaynya gak ketulungan. Namun berbeda dengan Tania yang menurutnya mempunyai katakter yang unik. Bahkan terkesan biasa-biasa saja.
***
"Ya Allah kenapa setelah sekian lama aku tidak pernah melihat pertengkaran, dan sekarang aku melihatnya lagi... Hiks..." Tania tak mampu menahan air matanya lagi, ia ingat betul kejadian waktu dia masih berusia 7 tahun. Di saat itu Tania kecil sedang memainkan teddy bear kesukaannya, namun tiba-tiba ia terkejut mendengar suara kursi terbanting. Tania kecil mengintip dari celah pintu kamarnya dan terlihat jelas bagaimana Mama dan Papanya (kandung) sedang beribut, mereka saling adu mulut dan tiba-tiba Papanya menggebrak meja. Seketika Tania menangis dengan kencang dan membuat Mama dan Papanya terkejut. Mama Tania langsung menuju kamar Tania dan memeluk Tania. Namun Papa Tania memilih pergi dan tak pernah kembali kerumah. Hingga akhirnya Mamanya Tania menikah lagi. Dan beruntung karean Papa barunya Tania memperlakukan Tania dengan baik, bahkan mampu membuat Tania lupa dengan Papa kandungnya. Dan entah mengapa pertengkaran kecil antara Nadia dan Fakhri membuat Tania menguak memori pahitnya. Dan dengan cara dia menenangkan diri di mushola, itu membuatnya lebih baik.
Nadia dan Fakhri menelusuri hampir seluruh kelas, namun tak menemukan Tania. Dan tak sengaja mereka berdua berhenti tepat di pintu mushola.
"Sumpah, tu anak kemana kok ngilangnya gesit banget ya!" Nadia mengusap keringat yang meluncur dari dahinya.
"Aku juga gak ketemu, dari awal ketemu dia memang larinya kencang banget. Aku curiga kalo dia tu bukan manusia." Fakhri mengibas-ngibaskan kerah bajunya untuk mengusir gerah.
"Hush... Sembarangan kamu ini. Nggak mungkin lah Tania itu bukan manusia." Nadia meninju lengan Fakhri, "Kebanyakan nonton kartun sih makanya ngehayal mulu," ucap Nadia sambil tertawa.
Brukk...
Nadia dan Fakhri mengalihkan pandangan serentak ke arah dalam mushola. "Tania..." pekik mereka berdua. Terlihat Tania tersandung oleh karpet mushola yang tergulung di tengah.
Nadia langsung menghambur dan menolong Tania. "Tan, maafin aku", Nadia memeluk Tania sambil menangis.
"Kamu kenapa Nad? Kamu nggak ada salah kok."
"Tapi aku udah buat kamu sedih tadi, aku janji gak bakal kaya gitu lagi. Aku nggak mau kamu benci aku. Aku udah merasa nyaman sama kamu. Kamu masih mau kan temenan sama aku? Aku janji bakal ngelindungi kamu dari orang yang berniat nggak baik sama kamu, termasuk Syela." Nadia tetap memeluk Tania dengan berderai air mata.
"Aku nggak papa kok. Apapun yang terjadi, aku tetep jadi teman kamu kok. Kamu jangan nangis donk." Tania mengelus rambut Nadia.
"Makasih banyak Tan." Nadia memeluk makin erat.
"Ehem... Udah donk Nad, giliran aku lagi yang pelukan sama Tania, masa kamu terus. Aku iri tauk." Fakhri tersenyum sambil menahan tawanya.
Sontak saja mereka berdua melepaskan pelukannya. "Ih apaan sih kamu Kri. Dasar modus," ucap Nadia kesal. Namun Tania malah tertawa
"Habis nangis mulu sih. Hahaha." Fakhri memandang Tania, "Tan, maafin aku juga yang udah buat kamu nangis, kami nggak sengaja tadi." Fakhri menjukkan ekspresi sedih namun bercanda.
"Iya iya nggak papa kok. Pokoknya kita damai ya. Sekarang kita Tiga Serangakai Sahabat, ya."
"Setuju banget," ucap Nadia berapi-api saking semangatnya.
"Tan, tapi aku boleh kan meluk kamu. Nadia kan tadi udah. Nggak adil donk kalo aku nggak. Kan kita TSS" ucap Fakhri dengan melebarkan tangan siap memeluk.
Tania mendekat pada Fakhri, "Nah peluk ni sepatu aku!" Tania menyorkan pas di dada Fakhri, lalu berlari meninggalkan Fakhri yang memeluk sepatu Tania, "Bawain ke kelas ya, Kri!" Tania tertawa lalu menghilang di ujung mushola.
"Makanya jangan kebanyakan maunya," Nadia berucap sambil tertawa, lalu meninggalkan Fakhri sendirian.
Fakhri tertawa sendiri, "Kenapa juga aku godain Tania, ntar dia suka sama aku lagi kan bahaya. Hahaha", Fakhri berucap dalam hati dengan penuh percaya diri.
***
Tania melirik jam tangan bergambar hello kitty warna pink yang melingkar di tangan kirinya, "Aduh aku kelamaan nyari toilet nih. Pasti gurunya udah masuk ke kelas ni." Tania merasa sebal dengan dirinya sendirinya yang terlalu santai hingga lupa kalau sudah waktunya masuk kelas.
"Assalamualaikum." Tania mematung depan pintu karena ternyata Bu Andini yang mengajar Biologi sudah ada di kelas.
"Masuk," ucap Bu Andini
Tania melangkah masuk dengan menunduk. Namun saat menghadap ke arah teman-temannya ia menangkap seulas senyuman dari Syela.
"Kamu dari mana?"
"Dari toilet Bu."
"Oke, silahkan duduk. Tapi lain kali jangan di ulangi. Ini peringatan buat kamu, jadi Ibu harap kamu bisa lebih disiplin dan tertib lagi."
"Terimaksih, Bu." Tania merasa senang akhirnya dia bisa tenang.
"Tunggu dulu, dimana sepatu kamu?"
Tania sadar kalau ia hanya memakai kaos kaki, saat Tania mengedarkan pandangan dan mendapatkan Fakhri tersenyum lalu mengucapkan dengan tanpa suara. Tania tahu bahwa Fakhri mengatakan lupa, "Ketinggalan di mushola bu," Tania menjelaskan.
"Ambil sepatunya, Ibu nggak suka kalau ada murid Ibu yang nggak rapi kaya kamu." ucap Bu Andini tegas.
Dengan berat hati Tania pun keluar kelas dan berlari sekuat tenaga menuju mushola. Namun sayang ia tak mendapati sepatunya, ia keliling mushola pun hasilnya tetap sama. Ia tidak menemukan sepatunya dimanapun.
"Aduh please deh Fakhri, kamu ngerjain aku apa gimana sih? Kok nggak ketemu sih." Tania pusing mencari kesana kemari namun tak menemukan juga.
"Kok kamu lama sih, Tan?" suara laki-laki itu membuat Tania terkejut.
"Sepatuku dimana, Kri? Aku kok nggak nemuin, ya?"
"Lho terakhir kali aku letakkan disini kok." Fakhri menunjuk ke arah rak sepatu. Tapi dia jadi bingung karena sepatunya memang tidak ada di sana.
"Ya Allah, bisa-bisa aku nggak bisa masuk jam biologi nih. Siapa sih yang doyan sepatu." Tania terlihat kesal.
***
"Eh bentar-bentar!" perempuan itu menghentikan langkah kedua temannya.
"Kenap Syel?" tanya wanita bertubuh kurus, rambut sebahu dengan jepit rambut bermotif bunga yang tak lain adalah Liona.
"Ini kan sepatu anak yang sok itu." Syela menunjuk pada sepatu hitam di rak sepatu di mushola.
"Tania maksud kamu," ucap Merci sambil memainkan jemariny di dagunya, tanda bahwa ia sedang mengingat sesuatu. "Kayanya memang punya Tania sih".
"Sekarang saatnya aku balas dendam sama anak sok itu." Syela tersenyum puas, "Liona sekarang kamu buang tu sepatu ketempat sampah!"
"Oke Syel," Liona pun menuruti kemauan Syela dengan membuang sepatu Tania ke tempat sampah.
Lalu mereka bertigapun meninggalkan mushola. Terlihat jelas Syela merasa bahagia karena berhasil membuat Tania kehilangan sepatunya. Dan dia yakin kalau dia bakal dibuat alfa di absen, karena Tania tidak memakai sepatu yang artinya Tania tidak boleh masuk kelas.
☆☆☆
#sudah direvisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sugianti Bisri
semangat 💪
2020-07-25
1
Sugianti Bisri
next
2020-07-25
1
Rahasia
seru
2020-07-15
1