"Eh, bukanlah, Pak. Saya nggak punya pacar kok. Masih kecil katanya nggak boleh pacaran, Pak." Tania berbicara sambil membuka isolasi yang menempel pada kotak tersebut. Dan Tania terkejut melihat isinya.
"Bagus ya Mbak ukiran namanya," gumam Pak Korim, Tania sedikit terkejut karena ia pikir Pak Korim sudah pergi, ternyata malah setia menemani Tania.
"Iya, Pak." Tania menyentuh ukiran dari kayu tersebut, jelas sekali disana terukir namanya 'Tania Nuwaira Angelica'. Terlihat seperti frame photo namun bukan foto isinya, melainkan hanya sebuah ukiran nama yang sangat indah graffitinya. Dan yang membuat Tania sangat suka karena bingkainya berbentuk kepala hello kitty. Tunggu dulu, darimana orang itu tahu kalo Tania sangat menyukai hello kitty? Apa dia kenal dengan Tania? Tapi bukankah Tania anak baru, jadi tak semudah itu orang mengetahui hal kecil seperti ini. Apa hanya kebetulan saja. Tania masih terdiam namun otakny sibuk berdebat dalam pikiranya. Bahkan saking asiknya pikirannya berdebat, ia tak menyadari jika ternyata Pak Korim sudah beranjak pergi dari tadi.
"Benar-benar kado misterius ini!" Tania meletakkan di atas meja samping tempat tidurnya lalu membantingkan dirinya ke atas kasur bersprei gambar hello kitty warna pink. Namun di saat enak-enaknya tiduran ia teringat jika ponselnya tadi ada pesan masuk.
Disaat Tania ingin membuka pesan, tiba-tiba sebuah nomor asing memanggil.
Tania yakin ini nomor yang tadi menghubunginya.
"Hallo, assalamualaikum. Maksud kamu apa sih nelpon-nelpon nggak jelas gini. Ditanyain gak jawab, malah ngelantur nggak jelas. Katakan saja nama kamu siapa dan tolong jangan banyak alasan." Tania mengucapkan itu dengan setarikan nafas. Ia benar-benar kesal dengan penelpon misterius itu.
"Tan, kamu kesambet apa sih? Sumpah yak, galak bener dah kamu ini. Iya aku Fakhri, aku juga jujur kok. Tapi kamu kenapa kok sewot gitu? Kamu lagi PMS ya? Apa emang kamu tu sebenarnya galak?" Fakhri bertanya pada Tania bagaikan polisi yang menginterogasi tersangka kejahatan.
"Kri? Kamu nginterogasi aku yak? Haha." Tania tertawa sejenak, "Maaf ya, tadi aku lagi emosi habisnya tadi ada yg nelpon, tapi aneh dia, dia tu ..."
"Udah donk curhatnya. By the way, Kamu suka nggak hadiah dari aku?" Fakhri bertanya memotong penjelasnnya Tania. Sedangkan Tania sebal karena Fakhri malah tak memperdulikan ceritanya, namun ia kembali pada pertanyaan Fakhri yang menanyakan perihal hadiah. Mata Tania tertuju pada ukiran namanya. Seketika rona wajahnya jadi bersemu merah karena ia merasa bahagia atas hadiah dari Fakhri.
"Tan.. Tania Nuwaira Angelica"
Tut.. tut.. tut..
Tania langsung mematikan telponnya. Ia meloncat-loncat di atas kasur kegirangan sambil senyum yang terus mengembang di bibirnya.
"It's the bets day ever." Tania berteriak saking bahagianya. Ponselnya kembali bergetar, ia menduga Fakhri akan bertanya perihal yang membuatnya mematikan telponnya. Dan ternyata benar, namun ada sebuah no asing yang menanyakan perihal hadiah yang ia berikan. Tania jadi bingung hadiah yang mana yang ia maksud.
Ceklek!
Pintu kamar Tania terbuka dan saat Tania menoleh ia dapati Mamanya sedang berkacak pinggang di ambang pintu.
"Tania! kamu ngapain naik ke atas kasur? Trus kenapa rambut kamu jadi gondrong gitu?"
"Em itu, Na ... Anu ... Tania lagi belajar nyanyi." Tania memberikan alasan sambil mendekan ponselnya ke dekat bibirnya agar seperti orang latihan nyanyi. Dan soal rambut Tania baru ingat bahwa tadi pagi ia tidak menyisir rambutnya.
"Mama nggak mau kamu nyanyi gak jelas lagi, dan satu lagi. Ada Nadia di bawah, katanya dia teman kamu."
"Iya, Mamahku sayang." Tania meloncat dari kasurnya, menarik tas sekolahnya--ia berpikir mungkin Nadia akan mengajak belajar kelompok, kemudia berlari menuju Mamanya lalu mencium keningnya.
Tania menemui Nadia di ruang tamu. Dan tanpa aba-aba Tania langsung bercerita soal kado misterius yang dia bingung yang mana yang ia maksud. Nadia yang mendengar hanya manggut-manggut mengiyakan.
"Eh mau di apain tasku ni?" Tania heran melihat Nadia mencari sesuatu di tasnya.
"Aha ... Apa ini?" Mata Tania terbelakak melihat sebuah boneka hello kityy lucu nan imut berwarna pink yang dipegang oleh Nadia di depan Tania.
"Masyaa allah, imut banget, Nad"
Pukkk ... Nadia menjitak kepala Tania, "Kok kamu polos banget sih Tan, bukan masalah imutnya tauk. Tapi ini dari siapa?"
"Dari kamu kan?" Tania mengernyitkan dahinya dan mendekatkan tubuhnya pada Nadia.
"Bukanlah, tapi yang pasti salah satu hadiah itu dari Fakhri dan satunya dari seseorang yang misterius."
"Kok kamu tahu?" tanya Tania penasaran.
"Fakhri bilang mau ngasih kamu sesuatu, katanya tanda persahabatan. Tapi aku nggak tahu apa."
"Pada ngomongin apa sih kok suaranya rame banget?" tiba-tiba Mamanya Tania muncul dari arah dapur membawakan nampan yang berisikan dua gelas sirup jeruk dan sepiring kue.
"Wah kok repot-repot sih, Tante. Pantesan dari tadi nyium bau kue, ternyata memang ada beneran. Tau banget deh Tante kalo Nadia lagi lapar. Hehehe."
"Lho, ini buat tamu Tante yang di depan kok." seulas senyum mengembamg di bibir Mamanya Tania. Nadia melihat memang ada sosok Bapak-Bapak yang duduk di kursi teras depan, dan seketika juga muka Nadia berubah karena malu.
"Aduh Nadia, Tante bercanda kok, maaf ya Nad." Mamanya Tania langsung mengelus pipinya Nadia.
"Makasih, Tante." Nadia memeluk Mamanya Tania. Benar-benar momen langka.
"Eh, jangan lama-lama donk pelukannya, disini ada yang cemburu tauk." Tania melipatkan tangannya di depan sambil memanyunkan bibirnya, namun terlihat jelas jika Tania hanya berpura-pura. Mereka berdua tersenyum, dan mengajak Tania untuk turut berpelukan. Akhirnya mereka bepelukan. Sebuah momen yang sangat mengharukan bagi seorang Nadia. Nadia yang dari kecil sudah kehilangan kasih sayang dari ibunya, kini ia merasakan kembali. Nadia hidup bertiga bersama saudara dan Ayahnya. Namun ia pun tak pernah mendapatkan kasih sayang, hanya uang yang ia dapatkan karena Ayahnya sibuk bekerja dan saudaranya pun mengacuhkan Nadia.
***
Tania memegangi ukiran namanya, memandangnya sambil mengira-ngira siapa yang memberikan. Ia tak bisa tidur karena memikirkan ukiran tersebut. Hal yang amat bodoh baginya memikirkan hal sepele seperti ini. Apa mungkin ada sebuah rasa yang sedang menerpanya? Namun Tania enggan menduga-duga hal yang baginya belum pasti. Di saat itulah ia membalik ukiran nama tersebut dan pandangannya jatuh pada tulisan kecil yang terukir di sana.
"M.R? Muhammad Revan?" Tania langsung ingat singkatan nama dari Fakhri. Dia langsung mengambil ponselnya dan mencari nama Nadia. Panggilan pun tersambung.
"Apa sih Tan? Aku masih ngantuk tau! Huaamm." Terdengar suara Nadia sayu-sayu bersama suara menguapnya.
"Nad, tau nggak? Di ukiran nama itu ada sebuah inisial nama. Coba tebak apa? M.R Nad! Kamu mikirnya siapa? apa mungkin si Fakhri ya? Kamu tahu kan nama depan Fakhri M.R juga?" Tania ngomong satu tarikan nafas dengan semangatnya.
"Nad? Nadia??", sunyi tanpa suara
"Nadia Pura Wiratmaja!" Tania meninggikan suaranya. Tania mendengus kesal, sepertinya Nadia tertidur lagi. Tania rasanya ingin marah namun ia urungkan karena melihat jam tepat pada pukul 23.30. Jelas saja temannya itu tertidur lagi, karena Tania menghubunginya tengah malam. Tania pun memejamkan matanya, jika tidak maka besok akan menjadi hari mengantuk di kelas.
Ponsel Tania bergetar dan sebuah panggilan masuk.
***
☆☆☆
#sudah direvisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sugianti Bisri
lanjut
2020-07-27
1
yulia ari
semangattt
2020-07-22
1
Angela Jasmine
Lanjuuuttt lagi kakak 👍👍
2020-07-15
1