BAD : Michael Dan Sherlyna
[Annastasia Sherlyna Veronica.]
Gue membuka pintu rumah dengan hati-hati, rumah sudah gelap, lampu lampu sudah pada di matikan. Ya maklum lah ini sudah larut malam, tepatnya jam dua dini hari.
Gue kembali menutup pintu dari dalam dan tidak lupa juga kembali menguncinya. Dengan langkah malas gue menjalankan kaki gue mulai menaiki anak tangga satu per satu hingga sampai di lantai atas.
Sesampainya di kamar, gue langsung menghempaskan diri begitu saja ke arah ranjang, tanpa melepas sepatu dan tas yang gue pake. Kepala gue terasa sedikit pusing akibat kebanyakan minum tadi di pesta ulang tahun salah satu temen gue yang acaranya di adakan di club malem.
Saat mata gue mulai terpejam gue merasa seperti ada yang membuka sepatu gue dan mengambil tas gue, tidak lupa setelah itu juga sebuah selimut menyelimuti gue. Gue udah tau siapa dia, karena mata gue terlalu ngantuk akhirnya pun gue memutuskan untuk tidak membuka mata gue.
'Kamu itu sudah dewasa Anna, tapi kelakuan kamu masih kayak anak tk, selalu tidur tanpa melepas sepatu sama tas...
Selamat tidur sayang, semoga mimpi indah.'
Setelah berkata demikian ia pun keluar dari kamar gue dan gue pun juga langsung tertidur lelap.
Author pov.
"Kak bangun!"
"Kak Sherlyna bangun."
"Dasar kebo."
"Bangun woy."
Dua anak laki-laki itu sibuk membangunkan kakak perempuan nya yang sangat susah di bangunin saat hari libur. Padahal ini sudah jam satu siang, tapi perempuan itu tidak bergeming sama sekali walau kedua adik laki-lakinya sudah berteriak dan menarik selimut yang kakak perempuan mereka pakai.
"Ram kayaknya kakak kita mati deh" celetuk adik tertua Sherlyna asal karena kesal.
"Bego lo, nyumpahin kakak sendiri kayak gitu." ucap adik bungsu Sherlyna.
"Gue bukanya nyumpahin Ram, tapi liat deh.... Kita udah bangunin kak Sherlyna dengan cara apapun tapi tetap aja dia nggak bangun." ucap adik tertua Sherlyna dengan wajah kusut, ia menunjuk Sherlyna yang masih memejamkan matanya alias sedang tidur nyenyak.
"Ramma, Ferry... Apa yang kalian lakukan?"
"Eh ayah, ini yah kami lagi bangunin kak Sherlyna yang udah kayak manusia mati nggak bangun bangun." jawab Ferry.
"Oh..."
"Cuma oh." ucap Ramma dan Ferry serempak dengan kesal membuat pria paruh baya itu tertawa kecil.
Ramma dan Ferry menatap pria paruh baya yang tidak lain adalah ayahnya itu dengan takjub. Sudah lama mereka tidak melihat ayahnya tertawa dan hari ini mereka berdua melihat tawa itu lagi.
"Kenapa? Kakakmu memang gitu kan? Dia nggak akan bangun walau ada gempa sekaligus." ucap ayah mereka menatap anak perempuan nya yang memang sangat susah di bangunin jika bukan kemauannya sendiri.
"Tapi yah, kita kan mau menunjukkan sesuatu sama kakak." ucap Ramma.
"Iya, gimana kita mau nunjukin ke kakak kalau dia nggak bangun bangun." timpal Ferry.
"Biarkan kakak kalian tidur, tadi malam dia pulang sangat larut jadi mungkin dia masih ngantuk... Memang kalian mau nunjukin apa?"
Ramma dan Ferry mendesah kecewa lalu berjalan mendekati sanga ayah. "Kami hanya ingin menunjukkan ini, kakak sudah berjanji pada kami jika kami mendapatkan nilai terbaik di sekolah kami maka kami boleh memilih masuk sekolah manapun." ucap Ramma panjang lebar seraya menyerahkan piala.
"Kalian mendapatkan juara satu di sekolah kalian." ucap Ayah mereka saat melihat piala yang kedua anak laki-laki nya itu berikan.
"Iya." ucap keduanya serempak.
Ayah mereka tersenyum, namun mereka jika ada kesedihan di balik senyuman itu.
"Ya sudah kalau begitu kita keluar dulu ayah."
Ramma dan Ferry keluar kamar Sherlyna dan membiarkan piala yang mereka dapat masih di tangan ayahnya.
"Sherlyna bangun sayang."
Ayah Sherlyna duduk di pinggir ranjang, tangannya mengusap kelapa Sherlyna penuh dengan kasih sayang.
"Sherlyna bangun sayang, ini sudah siang."
Sherlyna mulai membuka matanya secara perlahan saat merasakan usapan lembut di puncak kepalanya. "Ayah." bisiknya purau.
Ayahnya tersenyum. "Masih ngantuk?"
Sherlyna mengangguk pelan, dia memang masih ngantuk. "Maaf sudah menganggu tidurmu... Ayah cuma mau ngasih ini, kedua adikmu menitipkannya pada ayah." ucap ayah Sherlyna
Setelah berkata seperti itu, ayah Sherlyna langsung keluar kamar Sherlyna.
Sherlyna melihat benda yang ayahnya berikan, lalu bibirnya tersenyum lebar saat melihat bahwa itu adalah sebuah piala yang kedua adiknya dapatkan.
Senyuman Sherlyna pudar saat ia sadar, bagaimana sekarang, kedua adiknya pasti ingin masuk kesekolah impian mereka dan itu pasti membutuhkan biaya yang sangat besar. Sedangkan Sherlyna tidak punya cukup banyak uang untuk mendaftarkan mereka, tapi Sherlyna sudah berjanji pada kedua adiknya dan dia tidak mau mengecewakan adik adik yang sangat disayanginya.
Seharusnya Sherlyna tidak harus memikirkan hal seberat itu jika saja ayahnya tidak seperti sekarang ini. Tapi Sherlyna tidak akan menyalahkan Ayahnya karena ia sangat menyayangi Ayahnya atau lebih tepatnya Sherlyna sangat menyayangi keluarga kecilnya.
Keesokan harinya Sherlyna sudah berada di tempatnya bekerja, dengan tidak yakin ia berusaha meminjam kembali uang dari perusahaan tempatnya bekerja. Walau Sherlyna tahu jika semua itu tidak mudah mengingat bahwa dia masih memiliki hutang di perusahaan tempatnya bekerja. Tapi Sherlyna harus mendapatkan uang itu demi kedua adiknya.
"Sherlyna lo di panggil ke ruangan bos besar." ucap salah satu karyawan yang kebetulan satu devisi dengan Sherlyna.
Sherlyna mengangguk lalu tersenyum kemudian beranjak pergi keruangan sang bos besar, sudah dua tahun Sherlyna bekerja di perusahaan ini tapi belum pernah sekalipun ia masuk kedalam ruangan bos besar perusahaan tempatnya bekerja.
Sherlyna tersenyum kepada sekertaris yang berada di depan ruangan bos besarnya. "Hmm tadi teman saya bilang saya di panggil bos besar."
"Oh iya kamu sudah di tunggu sama bos besar di dalam, masuk saja langsung."
Sherlyna mengangguk, lalu dengan langkah pelan dia mengetuk pintu ruangan bos besarnya.
"Masuk."
Sherlyna membuka pintu saat mendengar suara dari dalam menyuruhnya masuk, Sherlyna berjalan kearah meja sang bos dengan menunduk takut.
"Duduk."
Sherlyna masih duduk dengan kepala menunduk dan tangan yang saling bertautan. Keringat dingin mulai membasi pelipisnya.
"Jadi kamu yang tidak tau diri nya mau meminjam uang pada perusahaan padahal kamu masih mempunyai hutang?" tanya sang bos membuat Sherlyna mau tidak mau mengangguk takut takut.
"Apa kamu tidak bisa berbicara?."
"Iya saya memang berniat meminjam uang lagi pak, karena saya memang sedang sangat membutuhkan nya." ucap Sherlyna memberanikan berbicara walau masih dengan kepala tertunduk.
"Kalau bicara itu liat orangnya jangan menunduk kayak begitu, tidak sopan."
Sherlyna langsung mendongakkan kepalanya dan matanya sukses langsung terbelalak saat melihat siapa yang menjadi sang bos.
"Loh lo kan cewek songong yang semalem."
Sherlyna tersenyum tipis karena tidak menyangka orang yang semalam mengajaknya berkenalan di club adalah sang bos besarnya. Sherlyna ingin mengurungkan niatnya untuk meminjam uang, tapi jika ia melakukan itu, bagaimana dengan nasib adik-adiknya?
...
an : cerita ini pindahan dari wattpad @Relaxaaa_, semoga kalian suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ayunina Sharlyn
next 😃
2020-07-02
1
Daffodil Koltim
tak Lupe u like,,,
2020-06-20
1
Fitri Fy
l"2
2020-06-14
1