[ Author ]
Sherlyna membuka matanya secara perlahan, kepalanya terasa sangat berat dan pusing, kening nya berkerut saat mendapati dirinya terbangun bukan berada di kamarnya, melainkan di sebuah ruangan serba putih yang sangat asing. Walau asing tapi Sherlyna yakin bahwa sekarang dirinya berada dirumah sakit.
"Beni." serunya pelan karena tenggorokannya terasa sakit untuk berbicara.
Sherlyna ingat sekarang kenapa dia berada dirumah sakit ini. Kalau bukan karena dirinya, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Harusnya tadi Sherlyna tidak memaksa Beni untuk mengatakan hal apa yang menjadi taruhan balapan liar antara Beni dan Mario. Sherlyna menyesal, dia benar merasa menyesal.
"Dimana Beni?" tanya Sherlyna pada dirinya sendiri karena memang tidak ada orang lain diruangan itu selain dirinya.
Sherlyna mencabut jarum infus di tangannya dengan paksa, sedikit meringis karena sakit saat jarum itu terlepas dari punggung tangannya. Setetes darah menetes di lantai dari punggung tangannya karena jarum infus yang di cabutnya paksa.
Tapi Sherlyna tidak peduli itu, Sherlyna harus tau bagaimana keadaan Beni saat ini. Dengan kepala yang masih terasa nyut-nyutan, Sherlyna berjalan tertatih menjauhi ranjang. Belum sempai ia membuka pintu, ternyata pintu itu telah terbuka lebih dulu dari luar.
"Astaga! Apa yang lo lakuin?"
Sherlyna mengernyitkan keningnya saat mendapati siapa yang membuka pintu.
"Dimana Beni?" tanya Sherlyna.
"Siapa Beni?" tanya Michael balik.
Sherlyna meringis kesal. "Orang yang sama gue."
"Lo nyusahin gue banget sih, kembali ketempat tidur dulu... Aduh kenapa infusnya lo lepas, liat tangan lo jadi berdarah kan." ucap Michael sedikit panik melihat darah yang keluar dari punggung tangan Sherlyna.
"Gue nanya dimana Beni?!"
"Lo tiduran dulu deh, jangan buat gue makin repot." ucap Michael membantu Sherlyna berbaring di ranjang, mukanya sudah pucat pasi.
Sherlyna menatap Michael bingung. "Lo kenapa dah? Yang sakit gue kok muka lo yang pucat."
Michael tidak menjawab, dengan tiba tiba saja dia Keluar dari kamar rawat Sherlyna. Tapi sebelum menutup pintu Michael mengucapkan kata. "Diem disitu gue mau panggil dokter dulu."
"Aneh." gumam Sherlyna. Pikiran nya tidak tenang karena terus memikirkan bagaimana keadaan sahabatnya saat ini, Sherlyna sangat menghawatirkan Beni.
Beberapa menit kemudian Michael datang dengan dokter, tanpa berkata apapun dokter itu kembali memasang jarum infus di punggung tangan kiri Sherlyna.
Sherlyna memperhatikan ekspresi Michael yang meringis, seperti orang kesakitan karena melihat dokter yang memasang jarum infus di tangannya.
"Dimana teman Saya dok?" tanya Sherlyna
"Teman Anda sedang berada di ruangan ICU , ia kehabisan banyak darah dan kami sedang berusaha mencari pendonor darah yang cocok untuknya karena kami kekurangan darah." ucap dokter itu.
"Golongan darah Beni apa dok?"
"AB+."
"Golongan darah Saya juga AB+ dok."
"Lo mau ngapain?" pekik Michael spontan saat Sherlyna berkata seperti itu.
Sherlyna tidak menghiraukan Michael dan tetap melihat dokter yang kini sudah selesai dengan pekerjaannya. "Saya bersedia mendonorkan darah Saya untuk Beni dok."
"Nggak!"
"Apaan sih Mik?" ucap Sherlyna kesal karena teriakan Michael.
"Benar kata kekasih Anda, Anda tidak bisa mendonorkan darah untuk temanmu itu karena melihat kondisi Anda yang belum stabil ini bisa membahayakan nyawa Anda sendiri dan kami juga tidak mau mengambil resiko itu... Saya permisi dulu." ucap dokter itu panjang lebar.
"Lo apaan sih? Lo itu masih sakit tapi masih aja mau donorin darah buat orang lain." ucap Michael kesal dengan apa yang ada di pikiran Sherlyna.
"Tapi Beni sahabat gue, gue nggak mau dia kenapa-napa... Gue yang udah buat kita jadi kecelakaan." lirih Sherlyna.
Michael menghela nafas. "Gue tau, tapi gue nggak mau lo kenapa-napa."
"Kenapa?"
"Kenapa? Kenapa?"
"Kenapa lo nggak mau gue kenapa-napa?" tanya Sherlyna menatap Michael serius.
Michael menggaruk kepala bagian belakangnya karena bingung dengan ucapannya sendiri. "Ya karena gue nggak mau lo mati, nanti gue di jodohin lagi sama mama gue." ucap Michael mencoba mencari alasan yang masuk akal.
Dan Sherlyna mengangguk. "Thanks ya lo udah nolongin gue."
[ BAD ]
Dua hari kemudian Sherlyna sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit dan selama dua hari itu Michael selalu bersamanya. Keadaan Beni pun sudah lebih baik, ia sudah di pindahkan di ruang rawat. Sherlyna tidak tau siapa yang mendonorkan darah untuk Beni, tapi dia bersyukur karena itu.
Sherlyna ingin pulang bersama kedua adiknya, tapi Michael memaksanya untuk pulang bersamanya, akhirnya Sherlyna mengalah karena Michael selalu mengancamnya dengan hal yang sangat Sherlyna tidak suka.
Sebelum pulang Sherlyna menyempatkan diri untuk menjenguk Beni di ruangannya.
"Gimana keadaan lo?" tanya Sherlyna langsung.
Beni tersenyum tipis. "Lo tiat sendiri gue baik baik aja."
"Gue minta maaf."
"Lo nggak perlu minta maaf karena lo nggak bersalah, gue yang harusnya minta maaf sama lo." ucap Beni.
Michael mencibir. "Duh drama banget."
Beni baru sadar bahwa ada orang lain selain dirinya dan Sherlyna. "Dia siapa?"
"Gue pacar Sherlyna, Michael."
Beni tertawa keras membuat Michael mengerutkan keningnya heran, sementara Sherlyna sudah mendengus kesal.
"Terus aja ketawa, tau gitu gue doain aja lo mati sekalian." ucap Sherlyna sinis.
"Tunggu! Serius lo pacarnya Sherlyna? Sejak kapan? Kok gue nggak pernah tau?" tanya Beni berturut turut.
"Serius, beberapa hari yang lalu." balas Michael polos, tapi malah kelihatan bodoh di mata Sherlyna.
"Duh ternyata lo laku juga ya Sherlyna, gue kira lo bakal jadi jombowati selamanya." ucap Beni di akhiri kekehan.
Michael pikir Beni akan marah atau akan mengatakan hal lainnya, namun semua perkiraannya salah. Michael pikir Beni menyukai Sherlyna, tapi nyatanya entahlah Michael tidak tau. Michael jadi bingung sendiri.
"Loh nak Sherlyna sama siapa?" tanya seseorang yang baru saja datang membawa plastik berisi makanan mungkin.
"Tante apa kabar?" tanya Sherlyna balik sambil menyalami perempuan yang tidak lain adalah ibunya Beni.
"Itu pacarnya Sherlyna Mah." ucap Beni masih sambil cekikikan.
Sherlyna melotot kearah Beni yang mulutnya ember, Beni tidak tau saja jika Michael itu hanya pacar boongannya.
Padahal Beni tau jika Sherlyna dan Mario punya hubungan.
"Oh, cakep ya." ucap Mamahnya Beni.
"Hallo tante, saya Michael." ucap Michael sambil tersenyum ramah.
"Saya Ibunya Beni."
"Yaudah kami pulang dulu ya tante." ucap Michael lalu bersalaman pada Mamahnya Beni. Sherlyna pun melakukan hal yang sama, lalu keduanya pergi dari ruangan Beni.
"Maafin Beni mah, Beni nggak bisa jaga Anna dengan baik." ucap Beni dengan lesu.
"Semua terjadi karena sebuah kecelakaan Ben, bukan karena kamu."
"Tapi kalau Beni nggak ajak Anna malam itu, semua pasti akan baik baik aja."
"Jangan berlebihan Ben, Anna baik baik saja kan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Tri Indra
lanjut thor
2020-07-01
1