Kedatangan Vira ke pondok pesantren memang cara menenangkan hati yang paling benar. Vira selalu mendapatkan nasihat yang menyejukkan hatinya dari Hamid dan Aisyah. Vira memperhatikan setiap penghuni pondok dengan tatapan nanar nya.
“Aku rindu masa-masa masih di pondok,” batin Vira menerawang.
Vira ingat, dulu Vira ta'aruf dengan Yusuf. Hamid yang menjodohkan Vira dan Yusuf, dulu Yusuf pernah mengunjungi pesantren untuk memberikan donasi dan saat itulah untuk pertama kalinya Yusuf melihat Vira dan langsung jatuh cinta kepada Vira. Awalnya Vira menolak, tapi Hamid meyakinkan kalau Yusuf adalah pria yang sangat baik.
“Selama 7 tahun, kamu memang memperlihatkan kesungguhan mulai walaupun kita diuji dengan keturunan. Tapi kenapa akhir-akhir ini kamu berubah Mas, tidak seperti Mas Yusuf yang dulu. Apa yang sebenarnya sedang Mas sembunyikan?” batin Vira dengan tatapan sedihnya.
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundak Vira membuat Vira terkesiap dan sadar dari lamunannya. “Umi.”
“Sudah sore, sebaiknya kamu pulang. Semarah apa pun kamu pada suami kamu, tidak boleh kamu sampai mengabaikannya. Kewajiban seorang istri harus terus dilaksanakan,” seru Umi Aisyah.
“Iya, Umi.”
Akhirnya Vira pun berpamitan dan memutuskan untuk pulang ke rumah. Vira pulang menggunakan taksi, selama dalam perjalanan Vira membuang pandangannya ke luar. Hingga tanpa disengaja, Vira melihat sosok pria yang sangat dia kenal baru keluar dari toko mainan anak-anak.
“Itu kan, Mas Yusuf. Ngapain Mas Yusuf keluar dari toko mainan?” batin Vira.
Perasaan Vira mulai tidak tenang. “Pak, tolong ikuti mobil hitam itu,” seru Vira kepada sopir taksi.
“Baik, Mbak.”
Sopir taksi mulai mengikuti mobil hitam yang ditujukan oleh Vira. Sedangkan Vira, tidak melepaskan pandangannya dari mobil suaminya itu. Vira ingin tahu mau ke mana suaminya itu dengan membawa mainan yang begitu banyak.
“Mas, apa benar selama ini kamu mengkhianatiku?” batin Vira dengan mata memerah menahan tangisannya.
Jantung Vira berdetak tak karuan, sungguh saat ini hatinya terasa sangat sakit. Meskipun Vira belum tahu untuk siapa mainan itu, tapi hati seorang istri tidak bisa dibohongi. Vira belum siap jika nanti dia harus menemukan sesuatu yang selama ini dia takutkan.
Hingga akhirnya, Vira melihat kalau Yusuf menghentikan mobilnya di sebuah Apartemen. “Stop, di sini saja, Pak.”
Vira segera membayar taksi yang dia tumpangi dan dengan cepat mengikuti Yusuf. Saat ini perasaan Vira bercampur aduk, antara sakit, penasaran, dan juga marah. Vira mencoba menguatkan hatinya untuk menyaksikan kenyataan yang entah apa akan Yusuf tampilkan.
“Ya Allah, kamu mau bertemu dengan siapa Mas?” batin Vira.
Vira melihat Yusuf mengetuk sebuah pintu dan Vira bersembunyi di balik dinding. Pintu itu pun terbuka, Vira menajamkan penglihatannya. Seorang wanita keluar dan langsung mencium punggung tangan Yusuf, begitu pun dengan Yusuf yang menyunggingkan senyumannya.
Vira menutup mulutnya dengan tangannya dan matanya melotot saking syoknya. “Kalila.”
Seketika air mata Vira menetes, kaki Vira lemas tidak kuat menahan berat badannya sehingga Vira terduduk di lantai. “Astagfirullah, Astagfirullah.” berkali-kali Vira mengucap istighfar sembari memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.
Vira menangis sejadi-jadinya dengan menutup mulutnya supaya tidak ada orang yang mendengarnya. Vira tidak menyangka kalau Yusuf dan Kalila akan mengkhianatinya seperti ini. Ternyata firasatnya selama ini memang benar.
“Kalian jahat, kenapa kalian tega melakukan semua ini kepadaku.” Pundak Vira bergetar hebat, merasakan sakit yang luar biasa.
Cukup lama Vira menangis, setelah dia merasa tenang, dia pun memutuskan untuk pulang. Vira tidak berani masuk ke dalam apartemen itu karena dia belum siap kalau harus melihat kebahagiaan mereka. Vira berjalan tertatih-tatih, hatinya sakit dan hancur bahkan sakitnya melebihi tersayat oleh pisau.
“Pantas saja, Mama Rahma begitu dekat dengan Kalila ternyata kalian semua sudah bersekongkol,” batin Vira dengan geramnya.
Vira menghentikan taksi dan segera masuk ke dalam taksi, lalu meninggalkan apartemen itu. Di dalam taksi, Vira kembali menangis ternyata pria yang selama ini dia kira baik dan menerimanya apa adanya, sudah mengkhianatinya. Dan yang lebih sakit lagi, Yusuf mengkhianatinya dengan sahabatnya sendiri.
Sesampainya di rumah, Vira langsung masuk ke dalam kamarnya dan menangis sejadi-jadinya. “Kamu jahat Mas, katanya kamu mau menerima kau apa adanya tapi nyatanya kamu malah selingkuh di belakang aku.” Vira memukul-mukul bantal saking geramnya dia kepada Yusuf.
Vira ingat dengan Adam yang memanggil Papa kepada foto Yusuf. “Ya Allah, serapi itukah kamu merencanakan semua ini. Jangan-jangan Adam adalah anakmu,” gumam Vira.
Saking capeknya menangis, akhirnya Vira pun tertidur. Waktu sudah malam, dan Yusuf baru saja sampai di rumah. Yusuf melihat di meja makan belum ada apa-apa, biasanya Vira sudah memasak untuknya.
“Bi, Vira mana?” tanya Yusuf.
“Bu Vira dari tadi sore gak keluar kamar Pak, bahkan Bu Vira juga belum masak sama sekali,” sahut Bi Ida.
Yusuf pun setengah berlari menuju kamarnya, ternyata Vira masih tertidur. “Ya Allah sayang, ini sudah malam kata Bi Ida kamu dari tadi sore tidak turun, apa kamu sakit?” tanya Yusuf dengan menyentuh kening Vira.
Vira mulai menggerakkan tubuhnya dan menepis tangan Yusuf membuat Yusuf mengerutkan keningnya. Vira bangkit dari tidurnya dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi. Setelah itu, Vira keluar dan memakai mukenanya.
“Sayang, tunggu. Aku mau wudhu dulu, kita shalat berjama'ah,” seru Yusuf.
“Mas shalat sendiri saja,” sahut Vira dingin.
Yusuf yang hendak membuka pintu kamar mandi, tiba-tiba terdiam dan menoleh ke arah Vira. Yusuf ingin bicara tapi Vira sudah mulai shalat, jadi Yusuf mengurungkan niatnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai wudhu, Yusuf duduk di ujung ranjang sembari memperhatikan Vira yang sedang shalat.
“Astagfirullah, kenapa mata Vira bengkak seperti itu?” batin Yusuf kaget.
Beberapa menit kemudian, Vira selesai shalat. “Mas kalau mau makan, minta masakin ke Bi Ida karena aku lagi malas masak,” seru Vira dingin dan tanpa melihat Yusuf.
“Tapi sayang, kamu juga kata Bi Ida belum makan. Aku pesan kan gofood aja ya,” sahut Yusuf.
“Tidak usah, aku tidak lapar kok.” Vira naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Yusuf tidak tahu apa yang sudah terjadi kepada Vira, dia pun melaksanakan shalat sendirian dan untuk pertama kalinya, Vira tidak mau shalat berjama'ah. Vira memperhatikan wajah tampan Yusuf, hatinya kembali sakit jika ingat kejadian sore tadi. Air mata Vira kembali menetes tapi Vira dengan cepat menghapusnya.
“Sampai saat ini aku masih tidak percaya kalau kamu akan mengkhianatiku,” batin Vira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
knp nama bagus bagus beda ama kelakuanya ya kmrin syifa sekarang yusiuf
2025-01-22
1
Yunerty Blessa
sungguh hancur nya hati mu Vira melihat kenyataan bahawa suami mu mendua
2024-08-14
1
Yunerty Blessa
aku akan ketahuan juga kebusukan mu Yusuf
2024-08-14
1