Keesokan harinya, Vira baru saja selesai shalat subuh berjama'ah bersama Yusuf, suaminya. Vira mencium punggung tangan suaminya dan Yusuf mencium kening Vira dengan penuh kasih sayang. Semenjak menikah dengan Vira, Yusuf akui kalau dirinya rajin beribadah karena Vira selalu mengingatkannya jika sudah masuk waktu shalat.
“Terima kasih sayang, karena selama ini sudah menjadi istri yang terbaik untukmu, jangan bosan-bosan untuk selalu mengingatku dalam kebaikan,” seru Yusuf.
“Sama-sama Mas, maafkan aku karena selama ini aku belum bisa membahagiakanmu,” lirih Vira dengan raut sedihnya.
“Maksud kamu apa?”
“Aku belum bisa memberikanmu keturunan Mas,” sahut Vira dengan meneteskan air matanya.
“Hai, aku kan sering bilang sama kamu, aku tidak pernah mempermasalahkan itu yang penting saat ini kita sedang ikhtiar dan mudah-mudahan dalam waktu dekat ini kamu akan segera hamil,” seru Yusuf penuh dengan kasih sayang.
“Tapi aku gak enak sama Mama, pastinya saat ini Mama sangat sedih belum mempunyai cucu.”
Yusuf menghapus air mata Vira dengan lembut. “Sudah jangan menangis, yang penting aku akan selalu ada untukmu dan aku akan mencintaimu sampai kapan pun.”
Vira kembali tersenyum, lalu Vira pun memeluk suaminya itu. Vira memang sangat beruntung mempunyai suami penyayang dan pengertian seperti Yusuf dan Vira berharap, kalau Yusuf akan seperti ini selamanya. Berbeda dengan Yusuf, mata dia menyiratkan sesuatu yang sulit diartikan entah apa yang sedang Yusuf sembunyikan dari Vira.
Vira melepaskan pelukannya. “Mas, aku masak dulu buat sarapan.”
“Oke.”
Seperti biasa, Vira menyiapkan sarapan untuk suami dan mertuanya. Vira tidak banyak bicara di hadapan Rahma, bahkan untuk sekedar menatap mata Rahma pun rasanya Vira tidak berani. Vira takut akan tatapan Rahma yang penuh intimidasi itu.
“Ma, jika nanti Mama butuh apa pun, Mama bilang saja sama Vira,” seru Yusuf.
“Iya, kamu tidak usah khawatir,” sahut Mama Rahma.
Yusuf pun pamit pergi ke kantor, Vira rasanya ingin sekali pergi dari rumah itu tapi Vira takut mertuanya tersinggung. Vira merasa tidak nyaman kalau mertuanya ada di rumah, bukan karena Vira gak mau serumah tapi karena mertuanya selalu menuntut soal cucu maka dari itu Vira sangat tidak nyaman. Ujung-ujungnya, berakhir dengan kesakitan Vira karena Rahma selalu berbicara yang membuat hati Vira sakit.
“Vira, ke sini sebentar!”
Perlahan Vira menghampiri Rahma. “Ada apa, Ma?” tanya Vira dengan senyumannya.
Rahma memperlihatkan ponselnya kepada Vira, terlihat di sana ada sebuah foto wanita cantik tanpa hijab dan terlihat sekali kalau wanita itu bukan dari kalangan biasa-biasa. Vira mulai merasa tidak enak, dia tahu apa yang mau Rahma bicarakan. Vira ingin pergi tapi untuk menjaga sopan santun, Vira memilih diam.
“Menurut kamu, apa wanita ini cantik?” tanya Mama Rahma meminta pendapat Vira.
“Cantik, Ma.”
“Namanya Widia, dia putri tunggal dari rekan bisnis almarhum Papanya Yusuf. Dulu dia menyukai Yusuf, tapi Yusuf menolaknya karena sudah berhubungan denganmu. Seandainya dulu Yusuf menikah dengan Widia, mungkin saat ini Mama sudah mempunyai cucu,” sinis Mama Rahma.
Hati Vira kembali ngilu, lagi-lagi mertuanya berbicara hal yang menyakitkan. Air mata Vira berdesakan ingin segera keluar tapi Vira berusaha menahannya. Vira tidak habis pikir, kenapa mertuanya begitu jahat membicarakan wanita lain di hadapannya.
“Kemarin, Mama bertemu dengan Widia di sebuah Mall setelah berbincang-bincang, ternyata Widia belum menikah dan Mama mempunyai ide untuk menjadikan Widia menjadi istri ke dua Yusuf,” seru Mama Rahma dengan santainya.
Bagaikan disambar petir di siang bolong, hati Vira hancur. Air matanya sudah tidak bisa ditahan lagi dan mengalir deras di kedua pipinya. Vira mengepalkan kedua tangannya menahan amarah atas ucapan mertuanya yang begitu sangat kejam.
“Astagfirullah Ma, Vira tidak mau dimadu. Lagi pula, Mas Yusuf selalu bilang kalau dia tidak pernah mempermasalahkan anak,” sahut Vira dengan bibir yang bergetar.
“Yusuf bilang seperti itu karena dia tidak mau menyakiti hatimu tapi pada kenyataannya, Mama yakin kalau di hatinya dia sangat menginginkan anak!” hardik Mama Rahma.
Tanpa bicara sepatah kata pun lagi, Vira berlari menuju kamarnya. Vira menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menenggelamkan wajahnya ke bantal. Dia menangis sejadi-jadinya, Mama mertuanya begitu sangat tega berbicara seperti itu kepadanya.
“Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Aku belum siap kalau harus berbagi suami dengan wanita lain, tapi aku juga tidak mau egois karena mungkin saja yang dikatakan Mama benar, kalau selama ini diam-diam Mas Yusuf memang menginginkan seorang anak,” batin Vira sembari menangis sesenggukan.
Vira terduduk di ujung tempat tidur, otaknya berpikir sangat keras entah apa yang harus dia lakukan sekarang. Hingga tidak terasa, suara adzan pun mengumandang. Vira dengan cepat mengambil air wudhu dan hendak melaksanakan shalat dzuhur.
Vira mulai menunaikan shalat. Dari awal shalat, air mata Vira kembali menetes. Selesai shalat, Vira lanjut membaca Al-Qur'an setelah itu Vira mengangkat kedua tangannya dan menengadahkan kepalanya.
“Ya Allah, Ya Tuhanku, Engkau Maha tahu apa yang saat ini hamba rasakan. Kuatkanlah hamba, berilah hamba kesabaran, hamba percaya jika Engkau akan mengabulkan do'a-do'a hamba.”
Pundak Vira bergetar hebat, sungguh hatinya merasa sangat sakit. Saat ini Vira merasakan takut yang luar biasa, takut jika suaminya akan berpaling kepada wanita lain. Bagaimana pun Yusuf adalah seorang pria normal, yang akan tergoda juga jika ada wanita cantik datang ke hadapannya.
***
Malam pun tiba. Seharian Vira tidak keluar kamar, dia tidak mau bertemu dengan mertuanya dan mendengar kata-kata yang menyakitkan yang keluar dari mulut mertuanya itu. Bahkan Vira menyuruh Ida untuk memasak karena hari ini mood Vira benar-benar sangat berantakan.
“Sayang, kok masakannya rasanya beda?” tanya Yusuf di sela-sela makan malamnya.
“Maaf, Mas itu masakan Bi Ida hari ini aku gak masak,” sahut Vira lemas.
“Tumben? Apa kamu sedang sakit?” tanya Yusuf.
Baru saja Vira ingin menjawab pertanyaan suaminya, ternyata mertuanya sudah menjawab duluan. “Sakit apanya, Vira baik-baik saja kok. Vira bukanya sakit, mungkin Vira tidak mau melihat Mama ada di sini,” sinis Mama Rahma.
“Astagfirullah Ma, Vira tidak seperti itu, Vira merasa tidak enak badan makanya Vira tidak keluar dari kamar,” sahut Vira membela diri.
“Alah, sudah deh lebih baik kamu mengaku saja. Buktinya, dari tadi pagi sampai barusan kamu tidak keluar kamar itu artinya kamu itu tidak mau bertemu dengan Mama,” sinis Mama Rahma.
“Ma, kita sedang makan jangan merusak suasana makan malam kita,” tegur Yusuf.
“Kamu lebih membela istri kamu dibandingkan Mama? Ya sudah, besok Mama akan pulang. Mama juga sudah tidak betah tinggal di sini,” ketus Mama Rahma.
Vira yang merasa terus dipojokan, memilih untuk pergi dan meninggalkan meja makan. Begitu pun dengan Yusuf yang menghentikan makannya dan menyusul Vira membuat Rahma semakin kesal. Dari dulu Rahma memang tidak merestui hubungan Yusuf dan Vira karena Vira berasal dari keluarga yang sederhana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
seorang ibu yang tak punya perasaan.. sekurang nya hargailah menantu mu 😏
2024-08-14
0
Yunerty Blessa
seperti nya Yusuf punya perempuan lain di belakang Vira...kalau Vira tahu betapa hancurnya hati nya...
2024-08-14
0
Bang Ipul
Astafirulloh dasar mertua kurang ahlak
2024-07-10
1