Yusuf membuka pintu kamarnya, terlihat Vira sedang menangis di atas tempat tidur. Perlahan Yusuf menghampiri Vira dan duduk di samping Vira. Diusapnya kepala Vira yang tertutup hijab itu dengan sangat lembut.
“Sayang, maafkan ucapan Mama, ya,” seru Yusuf.
“Mas, bolehkah aku bertanya sesuatu kepada Mas?” Vira menatap dalam mata suaminya itu.
“Kamu mau tanya apa, sayang?”
“Apa Mas masih mencintai aku?”
“Kenapa kamu bicara seperti itu, ya jelaslah aku sangat mencintai kamu dan sampai kapan pun rasa cinta itu tidak akan pernah berubah,” sahut Yusuf menyakinkan.
“Bagaimana kalau Allah mentakdirkan aku tidak akan mempunyai keturunan? Apa Mas masih akan setia kepadaku?”
Yusuf terdiam, untuk beberapa detik Yusuf melamun hingga Yusuf pun terkesiap saat Vira menyentuh tangannya. “Kenapa Mas diam?”
Yusuf tersenyum lalu menarik tubuh istrinya ke dalam dekapannya. “Apa kamu meragukan cintaku, sayang? Kalau aku tidak setia, tidak mungkin aku masih berada di sampingmu sampai 7 tahun lamanya,” sahut Yusuf.
Vira tersenyum. “Aku berharap Mas akan tetap setia, meskipun poligami memang diperbolehkan tapi aku tidak sanggup kalau harus berbagi suami dengan wanita lain,” seru Vira.
Yusuf kembali terdiam, jantungnya berdetak tak karuan mendengar ucapan istrinya itu. Lalu Yusuf tersenyum dan menarik tubuh Vira ke dalam pelukannya. Yusuf berusaha memberikan kenyaman untuk Vira.
***
Keesokan harinya..
“Sayang, pagi ini aku harus melakukan perjalanan bisnis ke luar kota,” seru Yusuf.
Vira yang baru selesai shalat subuh dan melipat mukena, langsung menoleh dan mengerutkan keningnya. “Ke luar kota? Mendadak sekali Mas?” tanya Vira heran.
“I—iya sayang, orang kantor baru memberitahukannya tadi malam, aku mau kasih tahu kamu tapi kamunya sudah tidur aku gak tega bangunin kamu,” sahut Yusuf gugup.
“Berapa hari Mas? Biar aku siapkan baju Mas dan baju aku juga,” seru Vira dengan senyumannya.
“Sayang, sepertinya kali ini aku akan berangkat sendiri tidak apa-apa kan, kalau kamu tidak ikut? Soalnya aku akan banyak diluar ngurusin pekerjaan, jadi kalau kamu ikut takutnya kamu bosan di hotel sendirian,” sahut Yusuf dengan senyum yang dipaksakan.
Vira terdiam, baru kali ini Yusuf tidak mengajak dirinya dalam perjalanan bisnis. Biasanya, ke mana pun Yusuf pergi, dia akan mengajak serta Vira. Yusuf tahu istrinya merasa bingung, akhirnya Yusuf pun menghampiri Vira dan kembali memeluknya.
“Aku pergi cuma 3 hari, jangan berpikiran yang tidak-tidak aku hanya tidak mau kamu merasa bosan diam di hotel karena aku akan mengurus proyek di luar,” seru Yusuf lembut.
“Baiklah, ya sudah, aku bereskan baju-baju Mas dulu.”
Vira pun dengan sigap membereskan baju-baju yang akan dibawa Yusuf, sedangkan Yusuf memperhatikan Vira dengan tatapan yang sulit diartikan. “Maafkan aku, Vira,” batin Yusuf.
Tepat pukul 08.00 pagi, Yusuf berpamitan kepada istrinya untuk pergi ke luar kota beberapa hari. Yusuf memeluk Vira dengan sangat erat dan lama, tidak lupa Yusuf menciumi seluruh wajah istrinya itu. Entah kenapa kali ini Yusuf merasa sangat bersalah.
“Katanya berangkat pukul delapan, sudah lepaskan dong nanti telat lagi,” goda Vira.
Yusuf terpaksa melepaskan pelukannya, dan menatap dalam istrinya. “Kamu adalah wanita yang sangat aku cintai Vira, hari ini dan selamanya. Aku tidak mau sampai kehilangan kamu jadi aku mohon kamu mau berjanji kepadaku, apa pun yang terjadi kamu jangan pernah meninggalkan aku,” seru Yusuf.
Sebenarnya Vira bingung dengan ucapan suaminya itu, karena yang seharusnya mengucapkan itu dirinya bukan Yusuf.
Vira mengangguk dan tersenyum. “Iya, ya sudah sekarang Mas berangkat sana nanti telat loh.”
“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Selama aku tidak ada, kamu harus jaga diri kamu baik-baik jangan lupa makan.”
“Siap, Mas.”
Yusuf pun akhirnya masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan Vira dengan perasaan yang tidak menentu. Begitu pun dengan Vira, entah kenapa hatinya tiba-tiba saja gelisah tidak seperti biasanya. Tapi Vira berusaha menepis pikiran-pikiran negatif, dia menganggap kalau kegelisahannya karena kali ini dia tidak diajak pergi padahal dulu Yusuf tidak mau pergi kalau Vira tidak ikut.
Vira pun masuk ke dalam rumah. “Loh, bibi mau ke mana?” Vira melihat Ida sudah rapi dengan hijabnya.
“Biasa Bu, ada pengajian rutin di mesjid komplek.”
“Aku ikut dong bi, tunggu ya, aku ganti baju dulu.”
Vira dengan cepat masuk ke dalam kamarnya dan berganti baju. “Ayo bi!”
Vira dan Ida berjalan kaki menuju mesjid komplek. Vira sudah lama tidak menghadiri pengajian rutin itu karena waktunya selalu bertepatan dengan jadwal cek-up kesehatannya. Sesampainya di Mesjid, ternyata sudah banyak orang. Hampir semua tetangganya menyapa Vira karena Vira memang terkenal sebagai wanita yang ramah dan baik hati.
“Bu, kita duduk di sini saja,” seru Bi Ida.
“Iya, bi.”
Vira mulai fokus mendengarkan ceramah dari salah satu ustadz, kebetulan tema ceramah kali ini sangat cocok dengan kondisi yang sedang Vira alami. Vira mendengarkan dengan seksama. Hatinya bergetar hebat bahkan matanya pun sudah terlihat berkaca-kaca.
“Para Hadirin semuanya, kekuatan do'a itu sangat besar. Jika saat ini diantara hadirin yang ada di sini sedang gelisah karena do'a-do'anya belum terkabul, jangan sedih karena bukan Allah tak mendengar do'amu, bukan Allah tak menyaksikan permintaanmu, bukan Allah tak tahu akan permohonanmu, semuanya Allah tahu, tapi Allah tahu mana yang terbaik untuk hambanya. Maka tugas hadirin semuanya, teruslah berdo'a karena Allah akan mengabulkan do'a kalian di waktu yang tepat.”
Vira mencerna kata-kata yang ucapkan ustadz barusan, memang seharusnya Vira percaya kepada Allah karena Allah pasti mempunyai rencana lain untuk Vira. Satu jam pun berlalu, Vira dan Ida kembali ke rumah. Vira masuk ke dalam kamarnya dan duduk di ujung ranjang.
“Benar apa yang dikatakan Pak Ustadz tadi, aku tidak perlu memikirkan omongan orang lain karena cukup berdo'a kepada Allah maka Allah akan selalu bersama kita,” batin Vira.
Waktu berjalan dengan sangat cepat, sudah malam tapi Yusuf sama sekali belum menghubungi Vira. Vira sudah mencoba puluhan kali menghubungi suaminya itu tapi ponsel Yusuf sama sekali tidak aktif. Perasaan Vira tidak enak, takut terjadi kenapa-napa kepada Yusuf.
“Ya Allah, kamu ke mana sih Mas? Tidak biasanya kamu mematikan ponsel.”
Vira merasa sangat gelisah, ini bukan kebiasaan suaminya. Jangankan ke luar kota, pergi ke kantor saja Yusuf selalu menghubungi Vira. Lain halnya dengan sekarang, dari pagi sampai malam Yusuf sama sekali tidak menghubungi Vira bahkan ponselnya sama sekali tidak aktif.
“Tumben ponsel Mas Yusuf tidak aktif? Ya Allah, semoga saja Mas Yusuf baik-baik saja,” batin Vira.
Vira menggenggam erat ponselnya dan mondar-mandir di kamar, perasaannya mulai tidak tenang. “Semoga kamu tidak melakukan hal yang saat ini sangat aku takuti,” batin Vira kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
siapa tahu Yusuf sibuk dengan isteri nya....
2024-08-14
0
Yunerty Blessa
itu erti nya Yusuf memang punya isteri lain...apa jangan² Yusuf juga sudah punya anak sama isteri lain nya maka nya Yusuf tidak menceraikan Vira
2024-08-14
0
Yunerty Blessa
yakin kah Yusuf, jangan bilang cinta mu sudah bercabang...takut untuk jujur 😏
2024-08-14
0