Rumah Eyang sari yang sudah terlihat ramai dengan kerabat yang sudah mulai berdatangan baik dari yang ada di sekitar Yogyakarta dan juga ada dari luar kota. Keluarga dari calon istri Aksa juga sudah hadir untuk melaksanakan proses adat.
Sore ini mereka memang akan melakukan ziarah ke makam leluhur mereka sesuai dengan tradisi keluarga mereka, jika akan ada yang menikah maka harus mengikuti beberapa tradisi sebelum acara pernikahan.
Sementara untuk proses khitbah memang besok akan dilaksanakan di kediaman Eyang sari. Seharusnya proses khitbah biasanya dilakukan di kediaman wanita. Tetapi ini menurut tradisi keluarga mereka. Jadi dilakukan di kediaman mempelai laki-laki dan berada di rumah yang dituakan di keluarga mereka yaitu Eyang Sari.
Mereka semua sudah siap-siap untuk pergi ke pemakaman. Mereka semua keluar dari rumah yang saling mengobrol satu sama lain dengan kelompok-kelompok.
Aliyah memang anaknya super aktif dan sejak tadi tertawa-tawa bersama beberapa sepupunya. Sementara Saffana hanya diam saja yang memang sedikit introvert dan tidak mau juga berbaur karena takut salah.
"Pakaian kamu seperti itu!" suasana yang tadi heboh tiba-tiba menjadi hening saat mendengar suara Rachel yang ketus.
"Kenapa dengan pakaian saya?" tanya Saffana.Ya dirinya langsung kenak julid oleh Rachel.
"Saffana kamu itu masih punya mata yang diberikan untuk melihat. Kamu coba lihat di sekitar kamu semua wanita yang ada di sini, memakai pakaian yang tertutup dan menutup kepalanya dengan jilbab. Hanya kamu saja yang mempertontonkan tubuh kamu dengan memperlihatkan aurat kamu dan rambut kamu itu," ketus Rachel dengan mulutnya yang begitu julid dan lagi-lagi memojokkan Saffana.
Yang lain hanya terdiam. Memang diantara semua wanita Saffana yang tidak memakai jilbab. Saffana yang menggunakan dress di bawah lututnya dengan di padukan dengan blazer rajut. Sebenarnya sopan dan sah-sah saja. Hanya saja jika Rachel tidak menegur Saffana di depan orang ramai maka namanya bukan Rachel yang sengaja ingin mempermalukan Saffana.
"Rachel sudahlah, kita mau ziarah kamu jangan memulai," tegur Shofia yang pasti membela putrinya.
"Aku tidak memulai, tetapi justru anak mbak ini yang sudah membuat mataku sakit dan mata semua orang di sini juga pasti sakit melihatnya. Apa dia tidak punya rasa malu dengan memperlihatkan dirinya yang seperti ini. Kita ini mau ziarah ke makam kubur dan bukan untuk ke Mall. Jadi harusnya dia tahu sopan santun!" tegas Rachel.
Tidak ada yang berani berbicara ataupun yang membela Saffana.
"Saffana aku membawakan pakaian yang lebih. Apa kamu ingin meminjamnya, agar pakaian kamu pantas saat berziarah ke makam leluhur," sahut Kalisah yang ikut-ikutan memojokkan dirinya. Alih-alih membantu padahal ada maksud.
"Aku tidak memerlukannya. Jika pakaianku bermasalah untuk kalian semua. Maka aku tidak ikut," sahut Saffana.
"Saffana kamu harus tetap ikut," sahut Shofia.
"Tidak Bunda, Saffana di sini saja. Saffana tidak ingin mengacaukan acara sakral di keluarga ini," ucap Saffana dengan tegas yang dari sorot matanya berusaha untuk tegar.
"Bagus kamu tidak ikut dan memang kamu tidak pantas untuk ikut," sahut Rachel memang itu keinginannya sejak awal.
"Hmmm, maaf Tante," sahut Arif tiba-tiba yang mengambil suara.
"Bukannya saya mau ikut campur. Tetapi penampilan tidak mencerminkan hati seseorang. Tante Tuhan yang bisa menilai seseorang dan kita tidak punya hak untuk menilai dan men-judge buruk. Jika Saffana nyaman berziarah dengan pakaian seperti ini. Apa yang salah yang penting hatinya tulus untuk pergi ke sana dan memberikan doa kepada leluhur dengan ikhlas," ucap Arif dengan bijak.
"Dari pada Saffana mengganti pakaiannya namun tidak nyaman. Pasti Saffana yang tidak akan mengingat lagi untuk berdoa dan hanya sia-sia saja," lanjut Arif bijak yang memberikan arahan yang membuat yang lain-lainnya mengangguk-angguk setuju dengan apa yang dikatakan Arif.
Rachel juga sampai terdiam yang tidak bisa menyangkal apa yang dikatakan teman putranya itu.
"Kamu dengar itu Rachel. Jangan kamu menjudge seseorang dengan mulut kamu. Sebaiknya gunakan mulut kamu untuk mengirim doa kepada leluhur kita daripada julid dengan penampilan orang lain," sahut Shofia.
"Kakak sudah berkali-kali mengingatkan kamu dan sepertinya kamu memang sengaja melakukan semua ini. Apa kamu tidak puas jika tidak mengganggu Saffana sekali saja," sahut David yang kesabarannya juga diuji oleh adiknya.
"Apa-apaan sih. Kenapa jadi aku yang terpojok sekarang," batin Rachel dengan kesal.
"Wau kak Arif bicaranya sangat bijak sekali. Sudah tampan dan berani mengeluarkan pendapat dengan kata-kata mama yang pedas, sangat keren," batin Aliyah tampak kagum dengan Arif. Sementara Aksa hanya melihat ke arah temannya yang tumben-tumbennya berbicara dan bahkan sampai membela Saffana.
"Apa dia menyukainya," batin Aksa yang tiba-tiba punya pikiran jika sahabatnya menyukai Saffana.
"Sudah sekarang ayo kita pergi, kalian semua datang ke rumah ini untuk ziarah. Jadi jangan ada lagi keributan dan semua harus ikut. Ini sudah hampir sore dan nanti kita bisa pulang ke malaman!" tegas Eyang. Yang lain mengangguk dan kembali melanjutkan perjalanan.
Saffana juga akhirnya ikut, walau hatinya sudah terlanjur sakit. Tetapi Untung saja ada Arif yang membantunya.
**********
Mereka yang sudah berada di pemakaman langsung berziarah dengan mengirim doa dengan khusyuk. Cukup lama mereka ziarah dan Saffana tiba-tiba berbisik pada Bundanya dan Bunda Shofia terlihat mengangguk-anggukkan kepala. Saffana tersenyum dengan mencium punggung tangan Shofia, kemudian langsung pergi meninggalkan pemakaman tersebut yang tidak tahu dia ingin ke mana.
Aksa sempat menoleh dan melihat Saffana berlari keluar dari area pemakaman.
"Mau kemana dia?" batin Aksa.
Aksa heran dan penasaran. Acara belum selesai dan Saffana sudah pergi begitu saja dan untung saja Rachel tidak melihatnya dan jika melihatnya pasti akan dibesar-besarkan oleh Rachel dan dirinya akan kembali dipermalukan.
*********
Saffana yang sekarang berada di panti asuhan kasih Bunda. Saffana tadi minta izin kepada Bundanya untuk berkunjung ke panti asuhan tempatnya dulu dirawat. Saffana takut tidak sempat untuk pergi ke sana makanya menyempatkan diri dan meninggalkan acara nyekar.
Sebelumnya dia dan Bundanya udah sama-sama berjanji akan mengunjungi tempat tersebut. Tetapi karena banyaknya proses yang harus dilaksanakan jadi takut tidak sempat. Jadi Saffana terlebih dahulu.
Saffana terlihat happy yang bermain-main dengan anak-anak panti asuhan yang juga dulu dirinya seperti itu. Hanya saja dia sangat beruntung diangkat oleh pasangan suami istri yang berhati mulia. Walau keluarga dari sang ayah yang terus saja menegurnya dan memberikan kata-kata pedas kepadanya.
Tetapi karena ketulusan kedua orang tuanya Saffana memaklumi semuanya dan yang penting kedua orang tuanya sayang kepadanya dan tidak pernah memojokkan dirinya dan selalu memberikan semangat kepadanya.
Tidak terasa sudah malam hari dan Saffana yang memang merindukan tempat tinggalnya tidak ingat untuk pulang dan malah asyik bermain di panti asuhan. Sementara di kediaman Eyang Semuanya sibuk untuk menyiapkan acara besok pagi yaitu acara lamaran untuk Aksa dan Sakilah.
"Shofia, di mana anak gadis kamu yang cantik itu Saffana? Kenapa aku sejak tadi sore tidak melihatnya?" tanya salah satu wanita yaitu sepupu dari suami Shofia yang bernama Rani.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments