Saffana yang menuruni anak tangga yang menghampiri Bunda dan ayahnya yang berada di ruang tamu.
"Saffana duduk di sini," ajak David menepuk tempat di sampingnya dan Saffana langsung menurut.
"Ada apa Ayah?" tanya Saffana.
"Saffana kamu tahu tidak laki-laki yang kemarin datang bersama keluarga Tante Rachel?" tanya David. Kemarin memang ada orang asing di antara keluarga mereka dan Saffana tidak sempat berkenalan dengan pria tersebut.
"Saffana sempat melihatnya Ayah," jawab Saffana.
"Saffana laki-laki itu adalah teman dari Aksa. Dia seorang pengusaha. Namanya Aruf. Dia juga dari keluarga baik-baik dan ahli agama sama seperti Aksa," ucap David.
"Lalu?" tanya Saffana.
"Semalam dia bertanya tentang kamu pada Ayah dan Bunda. Biasanya jika ada seorang laki-laki yang bertanya mengenai seorang wanita langsung kepada orang tuanya berarti itu ada maksud tertentu. Mungkin saja Arif ingin menyampaikan niat baiknya untuk meminang kamu," jelas David. Saffana tampak kaget mendengarnya.
"Tapi Ayah Saffana belum ada kepikiran untuk menikah," takut Saffana yang langsung menolak lamaran tersebut.
"Ayah tahu itu. Ayah hanya mengatakan saja. Jika apa yang dikatakan tante Rachel tidak pernah benar. Seorang pria tidak akan menilai seorang wanita dari penampilan saja. Kamu lihat laki-laki itu bisa bertanya mengenai kamu dan artinya dia tertarik kepada kamu dan walau melihat penampilan kamu berbeda dari yang lainnya," ucap David.
"Karena memang laki-laki yang baik tidak akan menghakimi seorang wanita. Jika dia menginginkan wanita itu berubah maka harus membimbing nya," sahut Shofia dengan bijak.
"Lalu apa Bunda sama Ayah malu memiliki anak sepertiku?" tanya Saffana.
"Pertanyaan seperti apa itu. Justru kami sangat bangga memiliki anak yang punya pendirian seperti kamu. Kamu tidak perlu melakukan sesuatu tindakan yang hanya berdasarkan perintah orang lain yang membuat kamu tidak mengenal jati diri kamu sendiri. Saffana pertama kali kami melihat kamu di panti asuhan kami sudah sangat jatuh cinta dengan kepribadian kamu. Kamu anak yang unik memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Hanya orang-orang tertentu yang bisa merasakan semua itu," sahut Shofia yang memang seorang ibu yang sangat tulus kepadanya.
"Makasih Bunda. Jika Bunda mengatakan seperti ini dan hanya Bunda yang bisa melihat kelebihan dari Saffana. Maka Saffana tidak memerlukan penilaian orang lain terhadap diri Saffana," ucap Saffana yang tampak bahagia memiliki orang tua angkat seperti kedua orang tuanya.
"Saffana janji pada bunda dan ayah. Saffana akan membanggakan kalian berdua," sahut Saffana.
"Kamu tidak perlu berjanji karena selama ini kamu sudah membanggakan kami sebagai orang tua kami. Kamu tetaplah menjadi anak seperti ini," sahut David. Saffana langsung memeluk ayahnya itu.
*********
"Bunda Saffana tidak usah ikut ya ke Jogja!" bujuk Saffana.
"Kenapa. Eyang sedang membuat acara syukuran untuk menuju pernikahan Aksa dengan Sakilah di sana. Jadi kita harus di sana karena keluarga besar berada di sana. Kita juga akan ziarah ke makan keluarga," ucap Bunda.
"Tapi Bunda, Saffana pasti menjadi bahan omongan dari Tante Rachel nanti di sana," ucap Saffana sudah tahu bagaimana nasibnya selanjutnya.
"Ada Bunda sama Ayah di sana yang akan terus bersama kamu dan terus di sisi kamu. Kami tidak akan membiarkan ada yang mengatakan hal-hal yang tidak pantas untuk kamu," sahut Shofia. Namun wajah Saffana tampak kelihatan ragu.
"Sudah kamu jangan banyak berpikir sayang. Kita harus pergi, ini hanya 3 hari saja. Setelah acaranya selesai kita akan kembali. Lagi pula apa kamu tidak kangen dengan tempat kamu dulu?" tanya Shofia.
"Saffana jelas sangat merindukan rumah Saffana dulu, Saffana tidak akan melupakan tempat itu," jawab Saffana.
"Kalau begitu kamu tidak punya alasan untuk tidak ikut," sahut Shofia
Saffana menghela nafas yang tampak berat untuk ikut namun tidak enak dengan Bunda dan ayahnya. Dia juga akan menjadi bahan pertanyaan jika sampai tidak ikut dan Rachel pasti merasa sangat senang jika Saffana tidak berada di tengah-tengah keluarga mereka.
**********
Yogyakarta.
Akhirnya Saffana dan keluarga dari ayahnya ikut pergi ke Yogyakarta untuk melakukan proses khitbah/lamaran dari Aksa putra dari adik ayahnya. Saffana sudah berusaha untuk menghindari acara tersebut. Tetapi nyatanya Saffana tidak bisa melakukannya.
Rumah Eyang Arsarah yang begitu luas dengan bangunan yang masih terpadu dengan bangunan tradisional sudah siap untuk menerima tamu yang banyak datang dari ibu kota. Beberapa mobil yang sudah terparkir di halaman rumah Eyang. Eyang menyambut anak-anak, menantunya, dan juga cucunya yang sudah beranjak dewasa.
"Alhamdulillah akhirnya. kalian sampai juga ke rumah Eyang," ucap Eyang.
"Iya dong Eyang. Aliyah sudah tidak sabar ingin memasak makanan khas Yogyakarta yang dibuat sendiri dari tangan Eyang yang tidak akan bisa dibuat oleh orang lain," ucap Aliyah sudah membayangkan bagaimana nikmatnya makanan itu.
"Baiklah Aliyah Eyang sudah menyiapkannya dan kalian bisa makan dengan lahap," sahut Eyang.
"Yes!"
"Apa keluarga dari Kalisah belum sampai?" tanya Eyang.
"Mereka masih di jalan dan memang kami berangkatnya tidak bersama dan sebentar lagi juga pasti akan datang," jawab Rachel.
"Ya sudah kalau begitu, sebaiknya kalian semua masuk dan kita langsung istirahat. Karena sebentar lagi keluarga satu persatu juga akan mulai berdatangan ke rumah ini. Karena akan melakukan nyekar," ucap Eyang
"Iya mah!" sahut Rachel
"Ayo Saffana kita masuk, kamu akan bertemu dengan sepupu-sepupu kamu yang lain," ucap Shofia. Saffana menganggukkan kepalanya.
Shofia dan suaminya masak terlebih dahulu. Saffana yang berjalan di belakang dan Saffana menoleh ke arah belakang yang ternyata ada Aksa dan Arif. Aksa sempat melihat ke arah Saffana. Lalu dengan cepat Saffana mengalihkan pandangan yang kembali berjalan ke depan. Namun Aksa terlihat biasa saja.
Mereka semua memasuki rumah dan duduk di ruang tamu ada juga yang langsung menuju kamar yang di antar oleh pembantu rumah tangga.
"Bunda Saffana mau ke kamar mandi!" ucap Saffana.
"Apa bunda temani?" tanya Shofia.
"Tidak usah bunda," jawab Saffana.
"Ya sudah sayang kalau begitu," sahut Shofia.
Saffana yang langsung pergi menuju kamar mandi. Karena sejak tadi Saffana memang kebelat pipis.
Sampai akhirnya Saffana yang buru-buru ke kamar mandi dan sudah tiba di depan kamar mandi. Saffana yang ingin membuka pintu kamar mandi dan ternyata sudah di buka dari dalam. Orang yang membuka pintu kamar mandi tersebut adalah Aksa yang membuat Saffana kaget.
Tangan Saffana yang tadi ingin memegang kenopi pintu perlahan diturunkannya dengan keduanya saling melihat. Namun terlihat sama-sama canggung yang tidak saling menyapa.
"Masuklah!" titah Askara dengan suara beratnya.
Semenjak Saffana bertemu dengan Aksa baru kali ini Saffana mendengar suara Aksa.
"Iya!" sahut Saffana yang sedikit gugup.
"Hmmm, tapi bagaimana aku bisa masuk. Jika kamu masih tetap berada di depan pintu?" tanya Saffana.
Aksa yang menyadari hal itu langsung keluar dari kamar mandi. Aksa menghela nafas yang tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung pergi. Saffana menoleh kebelakang yang melihat begitu saja kepergian Aksa.
"Aku tadi buru-buru ke kamar mandi karena ingin buang air kecil. Tetapi sekarang sudah tidak ingin pipis lagi," gumam Saffana juga tidak paham dengan dirinya sendiri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aras Diana
lnjut thor
2024-05-05
1