"Lepaskan aku!" Saffana terus memberontak.
"Kau yang memulai semua Saffana. Maka kau juga yang akan mengakhiri semua yang sudah kamu mulai. Saffana kita sudah terlanjur berada di dalam situasi ini. Kita sudah sah menjadi suami istri. Jadi tidak ada yang salah dalam hal ini," tegas Aksa yang bersifat kurang ajar pada Saffana.
"Aku tidak salah jika mengatakan kau munafik!" umpat Saffana saat Aksa ingin mencium menyentuh leher Saffana dan Aksa langsung berhenti yang kemudian melihat wajah Saffana.
"Kau berusaha mendesak ku untuk mengakui sesuatu. Tapi nyatanya kau menginginkanku. Kau munafik dan hanya menggunakan permasalahan tentang agama. Kau merasa paling paham tentang Agama hanya untuk menutupi wajahmu yang munafik itu!" tegas Saffana dengan menekan suaranya.
"Kau sama saja dengan ibumu. Jika ibumu menyakiti hatiku tanpa henti maka kau menyakiti fisikku. Kalian benar-benar kejam yang meremehkanku dan hanya karena aku anak dari panti asuhan! Kalian memperlakukanku sangat tidak wajar," tegas Saffana yang berbicara tepat di depan Aksa yang membuat Aksa terdiam dan sejak tadi hanya melihat wajah Saffana yang penuh amarah dengan air mata yang keluar dari kelopak mata Saffana.
Perlahan tangan Aksa terlepas dari cengkraman tangan Saffana yang di pastikan pergelangan tangan itu sudah memerah. Aksa bangkit dari tubuh Saffana dan mengambil satu bantal. Lalu tanpa mengatakan apa-apa Aksa yang langsung pergi dan berbaring di atas lantai yang di lapisi karpet dengan Aksa yang memejamkan matanya yang mencoba untuk menenangkan diri.
Hahhhhh.
Saffana menghela nafas yang sedikit lega dengan tindakan kasar Aksa yang akhirnya berhenti. Saffana mengangkat kepalanya untuk mengintip Aksa yang sudah memejamkan mata.
Saffana memegang dadanya dengan jantung yang tadi hampir copot. Lalu Saffana menaiki ranjang dan menarik selimut yang berbaring miring dengan nafas yang masih naik turun yang sama sekali belum stabil.
Dia tidak percaya. Jika Aksa bisa melakukan hal seperti itu kepadanya. Sepengetahuan Saffana laki-laki itu cuek dan tidak pernah ikut-ikutan seperti sang mama. Aksa yang dingin dan penyayang pada adiknya. Namun malam ini kasar yang benar-benar seperti ingin melecehkannya dan padahal Aksa memang benar sangat paham Agama dan bahkan tidak pernah menyentuh wanita.
Mungkin karena Saffana sudah sah menjadi istrinya. Jadi Aksa yang tidak bisa mengendalikan emosinya yang pada akhirnya nekat melakukan hal tersebut.
Aksa belum tidur dan hanya memejamkan mata yang menenangkan diri dengan emosi yang masih tertahan.
Flashback
"Ayo Aksa sini, kamu kenalkan ini Saffana!" Rachel membawa Saffana menemui Aksa yang belajar di taman.
"Hallo kak. Saffana!" Safa Saffana dengan tersenyum lebar yang sangat lucu.
"Hallo Saffana, Aksa!" sahut Aksa mengulurkan tangan yang juga tersenyum sangat panas.
"Aksa kamu temani Saffana main ya, kamu ajak dia supaya dia tahu rumah Eyang kamu ada apa aja dan jangan jahil pada Saffana," ucap Rachel. Aksa mengangguk-angguk.
"Mama tinggal dulu!" sahut Rachel. Aksa menganggukkan kepala dan Rachel yang langsung pergi.
"Kakak sedang apa?" tanya Saffana.
"Menggambar!" jawab Aksa yang memperlihatkan hasil gambarannya.
" Wau keren sekali. Kakak pintar menggambar ternyata," ucap Saffana kagum.
"Tidak juga Saffana," sahut Aksa.
"Apa kakak bisa menggambar ikan koki?" tanya Saffana.
"Kamu suka ikan koki?" tanya Aksa. Saffana menganggukkan kepala.
"Baiklah kita coba gambar ya!" ucap Aksa. Saffana menganggukkan kepala yang tidak sabar menunggu hasil gambaran Aksa.
Keduanya yang duduk berdekatan dan Saffana yang melihat Aksa menggambar dengan mereka berdua terlihat sama-sama bahagia dan sepertinya langsung nyambung.
Flashback of
Aksa mengingat semua tentang pertama kali dia bertemu dengan Saffana yang menjadi anak angkat Shofia dan David dan Aksa juga sangat bahagia mengenal Saffana waktu itu.
Flashback
"Ahhhhhhhhh!" Saffana yang merengek kesakitan jatuh dari sepeda.
"Ya ampun Saffana!" Aksa langsung turun dari sepedanya yang menghampiri Saffana yang sudah terluka.
"Kamu jatuh?" tanya Aksa.
"Sakit kak!" keluh Saffana.
"Ayo kakak bantu berdiri," ucap Aksa membantu Saffana.
"Kita pulang ya, kamu naik di sepeda kakak saja. Biar kakak yang bonceng kamu, nanti sampai rumah kita obati luka kamu, kamu jangan nangis ya!" ucap Aksa dengan lembut.
Saffana hanya menurut saja apa yang dikatakan kepadanya. Aksa pun membonceng Saffana yang membawa Saffana pulang dan sampai rumah Aksa juga menempati janjinya untuk mengobati luka Saffana dengan lembut dan Saffana saat itu tidak merengek kesakitan lagi.
Flashback of
Kejadian manis saat masa kecil mereka berdua yang sekarang Saffana yang telah terbayang m.Saffana yang ternyata juga belum tidur yang mengingat semuanya kembali. Mereka berdua sama-sama larut dalam ingatan masa kecil. Namun entah apa yang membuat mereka saling canggung ketika sudah dewasa dan seperti tidak saling mengenal satu sama lain.
Bahkan ada benci yang mengakibatkan percekcokan. Namun dari mata mereka berdua sebenarnya dapat di lihat ada sesuatu yang menjadi misteri.
Padahal dulu saat kecil mereka berdua sama-sama saling membutuhkan dan saling menyayangi satu sama lain. Bahkan seperti magnet yang tidak bisa terpisahkan seperti ada ikatan magnet diantara keduanya.
***********
Malam berlalu dengan semua masalah yang terjadi tadi malam. Saat Saffana terbangun di pagi hari yang begitu cerah dengan mengkerutkan dahinya dengan tangan yang mengucek mata. Saffana yang langsung duduk dan melihat ke lantai yang sudah tidak ada Aksa.
Wajah khas bangun tidur itu terlihat bertanya-tanya. Namun tidak ada yang di katakannya. Saffana menghela nafas yang menyibak rambutnya kebelakang. Lalu Saffana turun dari ranjang yang langsung memasuki kamar mandi untuk bersih-bersih.
Aksa mungkin saja sudah bangun dan Aksa juga tidak mungkin membangunkan Saffana. Karena mereka berdua tidak sedekat itu.
********
Agenda di Yogyakarta telah selesai yang tadinya acara lamaran. Tetapi malah menjadi acara pernikahan Saffana dan Aksa. Urusan di Yogyakarta selesai dan mereka kembali ke Jakarta.
Setelah sampai Jakarta, Saffana hanya sebentar kerumah Shofia dan David untuk menyusun pakaian dan kedua orang tuanya mengantarkan Saffana kerumah baru, yaitu rumah adik dari sang ayah atau rumah pria yang sudah sah menjadi suaminya.
Karena memang Saffana yang menikah dengan Aksa. Jadi mau tidak mau harus tinggal bersama Aksa dan keluarga Aksa.
Tidak ada harapan Saffana, bagaimana dia di perlakukan di rumah tersebut. Dia sadar siapa mertuanya yang bisa di katakan orang yang sangat membenci dia. Jadi Saffana sudah pasrah dengan semua yang akan terjadi dan pasti dia tidak berharap hal baik.
"Saffana selamat datang di rumah kamu yang baru," ucap Adam menyambut dengan ramah. Saffana hanya mengangguk yang berdiri di samping Aksa dengan wajah dingin Aksa yang sejak malam itu tidak ada berkomunikasi sama sekali dengan Saffana. Bahkan mereka berdua tidak mendengar suara masing-masing. Karena hanya diam atau puasa berbicara.
"Bi, koper Saffana antar ke kamar Aksa ya!" titah Adam.
"Baik tuan!" sahut Bibi yang langsung pergi dengan membawa koper.
"Saffana, jika kamu kangen sama Bunda. Kamu bisa pulang kerumah Bunda,"ucap Shofia.
"Iya Bunda," sahut Saffana.
"Kamu akan menyesal Saffana karena sudah nekat masuk kedalam rumah ini," batin Rachel yang sejak tadi wajahnya begitu kesal.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments