"Saffana, kamu pasti bertanya-tanya kenapa malam ini rumah kita ramai, Eyang dan yang lainnya juga berkunjung," ucap Shofia.
"Iya Bunda," jawab Saffana.
"Sayang Bunda lupa mengatakan kepada kamu kita memang akan ada makanan bersama keluarga besar. Selain Aksa yang baru pulang dan kembali berkumpul bersama kita. Aksa juga sebentar lagi akan melangsungkan pernikahannya dalam waktu dekat ini bersama Sakilah calon istrinya," jelas Shofia dengan singkat.
Mata Saffana melihat sebentar ke arah Aksa dan lanjut melihat ke arah Sakilah dan Sakilah wajahnya tampak datar tidak tersenyum sedikitpun kepada Saffana. Wajah Sakilah memang terlihat judes.
"Saffana pasti mengingat Sakilah siapa? Sakilah, kamu dan Aksa waktu kecil sering bermain bersama. Kamu yang paling kecil di antara mereka berdua dan mereka sering jahil pada kamu. Selama ini Sakilah pindah ke Arab dan sekarang kembali ke Indonesia sudah ada satu tahun lebih. Hanya saja tidak pernah berkunjung ke rumah kita dan sekarang baru berkunjung ke rumah kita karena ingin menjadi bagian dari keluarga kita," jelas Shofia.
"Tidak seperti itu Tante, Sakilah belakangan sibuk mengurus yayasan milik papa. Jadi tidak ada waktu untuk berkunjung," sahut Sakilah.
"Iya tidak apa-apa Sakilah," jawab Shofia.
"Lagi pula untuk apa datang kalau hanya bertemu Saffana yang adanya' Sakilah akan terkena hal buruk. Karena Saffana hanya bisa membawa pengaruh negatif," cicit Rachel.
"Rachel!" tegur Adam suaminya.
"Aku mengatakan hal yang benar. Orang bisa berkembang dengan baik. Kamu lihat Putra saya tumbuh dengan baik dengan ilmu agama dan kepribadian yang baik yang yang tidak melenceng dan mengikuti budaya-budaya Barat. Kamu lihat juga calon istrinya yang tahu menjaga dirinya dan menjaga kehormatannya dan sementara kamu yang tidak tumbuh dan berkembang dengan baik. Kamu menjadi wanita liar yang suka keluyuran dan tidak mencerminkan adab yang baik dan juga merusak keluarga besar Arsarah!" tegas Rachel yang tidak memojokkan Saffana maka dirinya tidak akan puas mempermalukan dan membandingkan Saffana.
"Rachel!" tegur David.
"Aku hanya berbicara berdasarkan fakta," tegas Rachel.
Saffana hanya diam saja yang mungkin memang tidak sama seperti yang lainnya yang jauh dari kata wanita muslimah.
"Saya sangat bersyukur sekali mbak Adek dengan penampilan Sakilah seperti ini. Dia sangat cantik dengan pakaian yang menutup tubuhnya. Saya beruntung memiliki menantu seperti Sakilah. Untung saja anak saya tidak dipertemukan dengan wanita yang tidak pantas. Wanita yang tidak bisa menutup auratnya, menjaga kehormatannya, dan suka mempertontonkan tubuhnya!" sindir Rachel.
Saffana pasti tahu jika sindiran itu untuknya yang membuatnya mengepal tangannya dan rasa sakit hatinya yang sangat besar kepada adik ayahnya yang terus saja menghinanya baik secara pribadi maupun di depan orang banyak.
"Jangan terlalu memuji Sakilah seperti itu tante, Sakilah masih banyak belajar dan sangat berharap jika Aksa akan membimbing Sakilah dan semoga saja Saffana bisa mendapatkan hidayahnya," sahut Sakilah merendah diri, tetapi ujung-ujungnya ikut memojokkan Saffana.
"Memang tugas seorang suami untuk membimbing kamu. Itu juga karena anak saya tumbuh dengan pendidikan agama yang baik sehingga mendapatkan istri seperti kamu. Karena jodoh adalah cerminan diri," sahut Rachel.
"Jadi jika wanita yang tidak menentu dan berpenampilan yang suka mempertontonkan tubuhnya tidak akan mungkin bisa mendapatkan laki-laki yang baik untuknya, orang seperti itu pantas dengan laki-laki berandalan di luar sana!"sindir Rachel lagi.
"Saya sih amit-amit, jika mempunyai menantu yang seperti itu," lanjut Rachel dengan matanya yang matanya melihat Saffana dengan tatapan yang merendahkan.
"Saffana. Jika kamu ingin mendapatkan laki-laki seperti Aksa. Kamu harus memperbaiki diri kamu, bertutur kata yang baik, berpakaian yang sopan dan tidak mengikut budaya barat," ucap Rachel menasihati.
"Saya tidak perlu melakukan sesuatu yang dikatakan orang lain. Saya punya hak atas diri saya sendiri dan terserah saya bagaimana. Jika saya mengubah penampilan saya itu juga berdasarkan keinginan saya dan bukan berdasarkan keinginan orang lain atau melakukannya karena orang lain," jawab Saffana dengan tegas yang saling menatap dengan Rachel.
"Jawaban Saffana benar-benar tepat dan itu juga yang sering aku katakan kepada nama jika mama memaksaku untuk memakai jilbab," sahut Aliyah yang tampak suka dengan jawaban dari Saffana.
"Kamu kalau dikasih tahu keras kepala. Bagaimana kamu bisa mendapatkan suami seperti Aksa jika kelakuan kamu saja seperti ini, melawan dan membantah," Rachel yang pasti tidak suka dengan pemberontakan Saffana hampir membuatnya malu di depan besannya.
"Saya juga tidak perlu suami seperti anak tante," jawab Saffana dengan berani. Membuat kepala Aksa terangkat yang sejak tadi fokus makan dan melihat ke arah Saffana.
"Apa maksud kamu. Jadi maksud kamu laki-laki seperti anak saya bukanlah tipe kamu. Hey kamu sadar diri anak saya juga belum tentu mau sama kamu," sahut Rachel merasa tersinggung.
"Saya tidak mengatakan jika anak Tante mau sama saya apa tidak. Tetapi jika diberikan pilihan maka saya tidak akan mau dengan anak Tante," tegas Saffana lagi yang benar-benar membuat Aksa terus melihatnya.
"Kamu...."
"Sudah cukup!" bentak Eyang.
"Kapan makanya selesai, jika sejak tadi hanya ribut-ribut saja. Kamu juga Rachel sudah berkali-kali mama katakan jangan membuat obrolan yang membuat situasi ribut seperti ini. Kamu orang tua tapi tidak paham dan selalu membuat masalah," tegas Eyang.
"Aku hanya mengingatkan anak ini. Tapi mama dengar sendiri apa yang di katakannya," sahut Rachel mencari pembelaan.
"Kamu mengingatkannya sama saja menyinggung kakak dan kakak ipar kamu. Kamu pikir mereka tidak mendidik Saffana hah! kamu tidak perlu ikut campur bagaimana kehidupan mereka. Kamu itu selalu mencari masalah. Kamu harusnya menghargai orang di rumah ini," tegas Eyang. Rachel langsung terdiam yang menatap tajam Saffana.
"Benar apa kata mama, kamu jangan terus memancing keributan," sahut Adam suami dari Rachel.
"Kurang ajar anak ini, berani sekali dia mengatakan seperti itu kepadaku dan dia pikir Aksa juga bakalan mau dengannya walau tidak ada wanita lain di dunia ini," batin Rachel.
"Sudah jelas salah dan masih membela diri. Herannya keluarga besar Aksa terus saja membelanya. Padahal dia hanya anak angkat," batin Sakilah yang terlihat tidak suka dengan Saffana.
*********
Saffana memasuki kamarnya dan langsung menghempaskan tubuhnya terbaring di atas ranjang dengan kedua kakinya yang masih menyentuh lantai. Saffana menatap langit-langit kamarnya dengan menghela nafas
"Tante Rachel selalu saja menganggapku wanita yang sangat buruk, apa sebuah penampilan mencerminkan kepribadian seseorang. Apa dengan penampilanku, mencerminkan jika aku wanita yang nakal dan jahat. Lalu Apa kabar dengan berpenampilan seperti itu, tetapi kata-katanya menyakiti hati orang lain," gumam Saffana.
"Dia selalu saja membanggakan anaknya seolah-olah anaknya satu-satunya pria di dunia ini dan harus memilih wanita yang ingin dinikahinya,"
"Aku juga sama sekali tidak tertarik untuk menikah dengannya. Lagi pula aku yakin. Jika wanita di luaran sana yang ingin menikah dengannya dan tertarik padanya juga akan berubah pikiran ketika melihat ibunya seperti itu. Mana ada menantu yang mau memiliki mertua yang mulutnya sangat culas dan pedas seperti itu," gerutu Saffana.
"Ya lagi pula anak gadisnya saja Aliyah tidak setuju dengan semua perkataannya dan Aku juga yakin pasti Aliyah juga sering membantahnya,"
"Sangat menyebalkan!" umpat Saffana dengan kesal yang sejak tadi berbicara sendiri di kamarnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
ayudya
semangat author.
2024-05-17
0