Ibunya berjalan ke arahku dan menampar pipiku, rasanya tidak seberapa.
"Berani beraninya kamu memukul anak saya." ucapnya setelah menamparku.
"Saya menampar anak ibu karena dia salah." ucapku.
"Berani kamu ya?"
"Tentu." ia pun kembali ingin menamparku namun wali kelasku menahannya.
Wali kelas ku memberikan kode agar aku meminta maaf.
Aku hanya menggelengkan kepalaku, sebagai tanda bahwa aku menolak untuk meminta maaf.
“Bagaimana kalau kita lihat cctv saja, kalau terbukti anak ibu salah maka ibu harus meminta maaf kepada saya, begitupun sebaliknya.”
“Oke kalau kamu salah, saya akan membawa ini ke jalur hukum.” Aku hanya mengangguk.
Wali kelasku serta beberapa guru dan ibunya Putri masuk ke ruang kepala sekolah untuk melihat rekaman cctv, aku hanya menunggu dan duduk di depan putri.
“Ibumu tadi menamparku, maka bersiaplah untuk mendapatkannya kembali.” Ia hanya menunduk tidak berani melihatku.
Tak lama para guru keluar dari ruangan kepala sekolah, aku melihat ibunya Putri menundukkan kepalanya sembari menggeleng.
“Maaf, anak saya memang salah tapi seharusnya kamu tidak menamparnya.”
"Saya menghargai orang yang bisa menghargai orang lain, sedangkan anak anda tidak."
"Tetap saja kamu tidak seharusnya melakukan itu, anak saya bisa luka karena kamu." tunjukkan di depan wajahku.
“Melihat anda, saya tau anda tidak bisa memberikan pelajaran kepadanya, jadi saya pikir harus melakukannya.” Aku menyuruh Putri untuk berdiri, ibunya langsung menghampiri anaknya.
“Tadi anda menampar saya bukan?”aku bersiap untuk menampar Putri tapi dengan cepat wali kelasku menahan ku.
“Kembali ke kelasmu.” Ucapnya, aku pun langsung pergi, tak lupa aku meminta maaf kepada wali kelasku dan guru-guru di kantor karena membuat keributan.
Terdengar suara ibunya Putri marah karena sikapku kepadanya, tapi aku tidak peduli.
“Apa yang terjadi?” tanya Aini yang sedang berdiri di depan pintu kelasku.
“Biasa lah, ibunya ngamuk walaupun tau anaknya salah.”
“Dasar ibu-ibu.”
“Loh anak-anak mana?” tanyaku saat melihat di dalam kelas sepi.
“Udah balik, kelas tiga di perbolehkan pulang lebih awal.” Jawab Aini, “Balik juga yok.” Ajaknya aku pun mengangguk.
“Ni, duluan aja aku mau ke ruang guru dulu.” Ucapku saat kami melangkah keluar kelas.
“Minta maaf ya?” aku pun mengangguk mendengar apa yang diucapkan oleh Aini.
“Kamu selalu melakukan setelah membuat keributan, ya sudah, aku duluan ya. Jangan lama-lama Haikal nungguin kamu keknya.” Ucap Aini saat melihat Haikal di depan gerbang sekolah.
Aku pun berjalan ke ruang guru, saat aku ingin masuk, wali kelasku juga keluar dari ruang guru.
Aku meminta maaf atas perlakuanku tadi, ternyata Putri dan ibunya juga minta maaf kepada wali kelasku. Aku pun pamit pulang saat teringat akan Haikal yang sedang menunggu di depan.
“Cepetan woy.” Teriak Haikal saat aku berjalan ke gerbang, aku pun berlari ke arahnya.
“Lama banget sih.”
“Tumben nungguin, biasanya juga langsung pulang.”
“Siapa yang menang tadi?” tanyanya padaku, aku langsung melihat ke arahnya.
“Menang?”
“Kamu berantem lagi kan? Berakhir dimana dia?”
"Aku gak berantem tuh, hanya memberikan pijatan di pipi."
"Huh dasar, kalau bunda tau bisa diomelin lagi kamu." ucapnya.
"Makanya kamu diam aja." ucapku sambil merangkul pundak Haikal.
Tinggi ku tidak jauh berbeda dengan Haikal, walaupun ia tetap lebih tinggi dariku aku tetap bisa merangkulnya dengan berjinjit.
"Lepasin." ucapnya lalu menepis tanganku.
Sepanjang jalan kami mengobrol, aku juga menanyakan hal yang bahkan tidak memiliki jawaban, karena kesal Haikal memukul kepalaku lalu meninggalkan ku.
Sesampainya di kamar, aku baru teringat akan kelakuan anak-anak semalam.
"Jam segini mereka belum balik, sore aja lah." ucapku lalu memutuskan untuk tidur.
Aku terbangun sekitar jam 2 siang, karena belum sadar sepenuhnya tapi aku langsung berdiri, seketika aku oleng dan terduduk di lantai.
Setelah cukup sadar, aku keluar kamar untuk ke kamar mandi. Ternyata anak-anak lain sudah pulang dari sekolah, ia menyapaku saat berjalan ke kamar mandi.
Namun aku di buat kaget sama mereka semua, karena berdiri di depan kamar masing-masing, sambil menundukkan kepalanya.
"Kalian sudah makan?" beberapa di antara mereka menjawab bahwa mereka belum sempat makan.
"Ayok makan dulu." ajak ku karena aku pun sedang lapar.
Selesai makan aku pun kembali ke asrama, karena tidak melihat mereka di lantai dua. Aku pun mengetuk salah satu pintu kamar yang paling depan, namun tidak ada yang menjawab.
Aku pun turun ke bawah untuk mencari keberadaan mereka, aku menyusuri kamar yang ada di lantai satu, namun mereka tetap tidak terlihat.
"Lihat anak lantai atas gak?" tanyaku pada salah satu anak yang lewat di depanku.
"Kayaknya di ruangan bunda kak, tadi aku lihat mereka jalan ke sana."
"Oke terima kasih." aku pun langsung ke ruangan bunda untuk memastikan apakah benar mereka ada disana.
Saat membuka pintu ruangan bunda, benar saja mereka ada disana duduk menghadap bunda.
Karena suasananya agak berbeda, aku memutuskan untuk langsung duduk di kursi di dekat pintu.
Bunda sedang mengomeli mereka, karena melanggar aturan.
Di asrama ada aturan untuk anak SMP ke bawah dilarang menggunakan ponsel di atas pukul 8 malam, aturan ini khusus jika besok hari sekolah.
Awalnya aturan ini tidak ada, tapi karena mereka setiap malam begadang dan keesokan paginya tidak bisa bangun, maka dari itu aturan ini di buat.
Ini bukan pertama kalinya aku memergoki mereka, aku telah memberikan peringatan dan sedikit latihan tapi ternyata mereka masih mengulanginya.
"Kenapa kalian ke bunda? Diomelin kan." ucapku kepada mereka semua, saat bunda ke luar ruangan untuk menjawab panggilan telepon.
"Lebih baik kami diomelin bunda dari pada kak Rekha, bisa-bisa kami latihan militer lagi." ucap salah satu di antara mereka.
Saat itu beberapa di antara mereka izin tidak latihan beladiri karena merasa tidak enak badan, pelatihnya pun memutuskan untuk meliburkan mereka. Namun pada tengah malam, aku memergoki mereka sedang menonton bersama.
Mereka mengaku berbohong agar bisa istirahat dan bisa bangun tengah malam untuk menonton drama Korea bersama.
Karena itu, keesokan harinya setelah makan malam mereka latihan hingga larut malam. Bunda dan ayah mengetahui hal itu, mereka juga menegurku karena terlalu keras kepada mereka semua.
"Masih mending aku suruh latihan daripada ponselmu aku sita, bukannya berhenti kalian masih mengulangi lagi."
"Kami pikir kak Rekha sudah tidur, taunya gak ada di kamar." ucapnya.
"Oh jadi kalian sering melanggar aturan ya?" aku langsung berdiri dari dudukku dan mendekat ke arah mereka.
"Rekha sudah, biar bunda." ucap bunda, aku pun memutuskan untuk menunggu mereka di depan ruangan bunda.
"Bagaimana hasilnya?" tanyaku pada mereka setelah keluar dari ruangan bunda.
"Disita bunda kak."
"Hp siapa yang di sita?"
"Semuanya." ucap mereka hampir bersamaan.
"Kalian juga sih, kalau sudah ada aturan kalian harus taat sama aturan itu. Sudah di kasih kelonggaran eh kalian malah melanggar lagi."
"Gurunya kan kak Rekha."
"Ambil baiknya, buang jeleknya, bukan malah ambil semuanya. Dah sana istirahat ntar malam kalian latihan" ucapku kepada mereka.
"Baik kak." ucapnya serempak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments