Berada dalam mobil yang sama, dan disinilah kini Andin memulai peran barunya, sebagai istri salah satu anggota keluarga Nugraha.
"Kita akan kemana?" Tanya Andin tak tahan dengan kesunyian yang membuatnya hampir gila.
"Bukankah keluargamu harus tau?" Jawab Aftan membuat Andin sangat terkejut.
"Tidak akan menyenangkan berhadapan dengan mereka" Andin berkata sambil menatap keluar jendela.
"Aku tidak butuh kesenangan dari mereka"
"Lalu kenapa kita ke sana?" Andin terlihat tak suka dengan rencana Aftan.
"Setidaknya ini adalah awal" Aftan kini memperhatikan email yang di buka lewat Handphone nya.
"Awal?" Tanya Andin tak mengerti.
"Hem, awal dari mereka harus bersiap-siap menerima segala akibat perbuatannya padamu" lanjut Aftan.
Andin tersenyum, ada rasa senang di hatinya, seorang laki-laki yang begitu sibuk dengan dunia kekuasaan bisnisnya, masih memikirkan apa yang diinginkannya.
"Tidak perlu repot-repot, biar aku yang mengurus hal itu" Andin merasa tak enak hati, takut akan salah dalam mengambil sikap.
"Aku juga ingin tau, apa benar semua hal yang sudah sampai di telingaku tentang keluarga yang sudah membuang mu."
Deg
Andin lagi-lagi terkejut, ada dua hal yang bisa diambil dari kata-kata suaminya, yang pertama karena dia tidak bisa di percaya, atau karena ingin membantu dan melindunginya.
"Anda tidak percaya dengan perkataan ku tentang mereka?" Akhirnya Andin ingin memastikan semua kemungkinan yang ada dalam kepalanya.
"Apa pertemuan kita yang baru beberapa hari saja bisa menjamin semua perkataan mu, bahkan aku saja belum tau seperti apa dirimu, selain kau hanya ingin memanfaatkan kekuasaan ku untuk membalas dendam" Aftan berkata tanpa melihat lawannya.
Semua yang di katakan Aftan memang benar, Andin terdiam tak bisa melawan ataupun membenarkan diri, dan memutuskan mengikuti kemauan Aftan tanpa bertanya lagi.
Hampir setengah jam, mobil mewah itu sampai di sebuah rumah mewah di jajaran perumahan best yang lainnya.
"Kalau kamu masih ingin diam saja disini, biar aku yang menyelesaikan" ucap Aftan.
Andin menatap sejenak, entah berapa hinaan dan cacian lagi yang sebentar lagian akan di dapati, helaan nafasnya terdengar berat sebelum akhirnya mengikuti Aftan untuk masuk kedalam.
Kedatangan disambut oleh asisten rumah tangga yang sudah lama kerja disana, sosok setengah baya itu tersenyum senang melihat kedatangan Andin dengan pakaian yang masih nampak elegan menyelimuti badannya.
"Nona Andin" ucapnya.
"Iya Bi, apa mama dan papa ada di rumah?" Andin bertanya dengan senyuman.
"Iya, silahkan masuk Nona, ini adalah_"
"Jangan sembrono kalau bicara, apa kau ingin aku pecat!" Sebuah ucapan menyahut dan membuat asisten rumah tangga itu sangat takut, lalu pamit undur diri.
"Maaf mengganggu Pa" ucap Andin masih berusaha menghormati.
"Apa maumu?" Ucap seorang laki-laki yang masih berdiri, dengan wajah yang tak ramah sama sekali.
Andin terdiam, masih diambang pintu dan kakinya akan melangkah masuk namun sebuah tangan mencekalnya.
"Mundur" ucapnya.
Andin terkejut, Tangan Aftan sudah menariknya hingga membuat posisi kini berbalik, dengan tubuh yang sudah dalam perlindungan.
Saat Aftan kini tampak dengan nyata di depan laki-laki yang di panggil papa oleh istrinya, sontak membuat terkejut.
"Siapa kamu?" Ucap Hari, mengamati dari ujung kaki sampai ujung kepala, dan sangat terlihat nyata bahwa apa yang di pakainya barang mewah dengan harga yang fantastis.
Aftan tersenyum miring, menatap Andin yang terdiam dengan wajah sedihnya, lalu tatapannya beralih dengan tajam.
"Aku kesini untuk memberi tahu, jika Andin sudah menjadi istri SAH ku, jadi harap anda ingat!"
"Apa?!, aa aku tidak salah dengar!" Lalu hari tertawa.
"Wow kabar yang sangat mengejutkan, apa kau sudah hamil duluan Andin?!" Suara seseorang dari balik hari mengejutkan.
"Jaga ucapanmu Kak!" Andin tak terima.
Aftan masih terdiam, mengamati semua keadaan, hingga dia akhirnya tau, dalam kebencian yang di tebarkan dari kata-kata pedas mereka untuk istrinya, ada kekhawatiran yang besar akan sesuatu.
"Kita pulang!" Ucap Aftan, tak menoleh lagi pada orang-orang toksik yang sangat tidak penting.
Andin menurut, pautan jari jemari Aftan menyambangi, dan Andin terkejut, namun perlahan menyambutnya dan pergi dari sana.
Teriakan dan cacian tak didengarkan lagi, Andin tersenyum melihat Aftan berjalan tenang membawanya dalam genggaman tangan yang begitu hangat dirasakan.
Lalu terlihat salah satu anak buahnya menghampiri, dengan kode dimana hanya Aftan dan orang itu yang tau, segera bergegas masuk ke dalam rumah itu.
"Kenapa dia masuk?" Tanya Andin terkejut dan penasaran.
"Menyelesaikan urusan" ucap Aftan.
"Maksudnya?" Tanya Andin.
Aftan membawa Andin masuk ke dalam mobilnya, kali ini di kemudikan oleh dirinya sendiri, dengan sebelumnya memberitahu mobil pengawal yang ada di belakang untuk menunggu salah satu anak buahnya yang masih menyelesaikan tugasnya.
Andin menemani dengan tenang, tersenyum saat dirinya kali ini merasa nyaman karena sebuah perlindungan, Aftan yang melihat hal itu merasa senang hingga sudut bibirnya tertarik tanpa sengaja.
"Kenapa kau tersenyum?" Tanya Andin.
"Aku senang" ucap Aftan.
"Senang karena apa?"
"Nanti akan aku ceritakan, saat tiba waktunya" jawaban singkat.
"Apa kau selalu irit bicara?" Tanya Andin lagi.
"Aku hanya bicara yang penting saja" sahut Aftan masih mengamati jalanan.
"Hem, aku lupa kalau Anda adalah Tuan Aftan Brian Nugraha" gumam Andin yang masih didengar oleh Aftan.
Mobil tiba-tiba minggir dengan cepat, Andin sangat terkejut, lalu segera menoleh ke sang suami yang sedang mengemudi.
"Ada apa?" Tanya Andin dengan wajah penasarannya, dan itu terlihat begitu lucu dan cantik di mata Aftan yang juga memandangi saat ini.
Sebuah surat dalam amplop kecil di keluarkan, lalu Aftan memberikan ke Andin yang masih terdiam tak mengerti maksud nya.
"Apa ini?" Tanya Andin saat menerima.
"Jangan terlalu banyak bicara, buka saja" ucap Aftan.
Andin perlahan membukanya, dan sebuah surat panggilan kerja di dapatkan, seketika Andin berteriak tak percaya.
"Alhamdulillah!" Ucapnya dengan mata penuh binar harapan dan suka cita, bahkan Aftan sampai tersenyum melihat tingkah istri barunya.
"Mulailah bekerja besok" ucap Aftan.
"Jadi aku boleh bekerja?" Tanya Andin memastikan.
"Hem, lakukan apapun yang kau suka mulai saat ini, tapi tetap ingat pesanku" ucapnya.
"Iya tentu saja, terimakasih!" Ucapnya tanpa sengaja segera memeluk Aftan dengan erat, bahkan sampai terasa sesak, bukan hanya nafasnya, tapis sentuhan kulit di pipinya membuat sesuatu yang di bawah sana unjuk rasa.
"Shiit!" Batin Aftan menahannya.
"Ini di jalanan, banyak yang memandangi kita" lanjut Aftan mengingatkan.
"Oh, Sorry, aku hanya merasa sangat bahagia saja, tidak menyangka perusahaan besar ini menerima lamaran kerjaku" Andin masih tersenyum dan mengoceh tak percaya.
Sementara perasaan Aftan begitu tak karuan entah kenapa, bahkan detak jantungnya berusaha dia kendalikan agar tidak ketara di dalam pandangan, perlahan Aftan kembali mengemudi berharap segera sampai di Mansion nya.
*
*
Sementara itu di tempat lain.
"Tidak!, ini tidak mungkin Tidak!" Teriak histeris seorang laki-laki yang tak percaya dengan semua informasi yang diberikan.
Brug
Hari yang membaca semua berkas yang diberikan oleh salah satu pengawal itu seketika terduduk penuh sesal di ruangan kerjanya.
"Ini tidak mungkin, aku tidak terima!" Teriaknya merasa Frustasi.
Bagaimana tidak, semua kerjasama yang nilainya milyaran rupiah dengan perusahaan besar dan ternama terancam menguap begitu saja.
Bersambung.
Yang makin penasaran, yuk jangan lupa KOMENnya ditunggu ya, juga VOTE, LIKE dan hadiahnya UNTUK memenangkan uang Tunai di Akhir Episode 40 dan 80 pada 3 KOMENTAR POPULER dan 3 TOP FANS teratas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ayu Septiani
memang pantas tuh Pamannya Andin yang tidak tau diri itu harus menerima karmanya.
keluarga Nugraha di lawan 😄😄😄😄
2024-05-04
0
Anonymous
ha ha kerja sm nya ama aftan
2024-06-02
0
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-05-12
0