Andin berlari pergi, tak tahan lagi dengan hinaan keluarga itu, lalu tanpa sengaja menabrak seseorang hingga dirinya jatuh terjerembab.
Sebuah uluran tangan dilihatnya dengan mata yang basah, tanpa berpikir lagi, Andin menerima dan dibuat pegangan untuk dirinya berdiri.
"Maaf Tuan, saya_"
Deg
Andin terkejut, mata itu, tatapan itu dan semuanya membuat mematung seketika.
"Kita bertemu lagi rupanya, apa kau baik-baik saja?"
"I-iya Tuan, sekali lagi maafkan saya" Andin segera pergi setelah mendapatkan anggukan.
Salahnya juga menolak tawaran Ella ketika akan ditunggu sampai dirinya pulang, dan saat ini Andin tak tahan lagi berada di tempat itu, hingga secepatnya dirinya berjalan menjauh saat Taksi tak juga di dapati.
langkahnya terus menembus di kegelapan malam, lalu dirinya merasa lelah dan memutuskan untuk duduk diam di pinggiran taman tanpa memperhatikan angka di jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Kenapa semuanya jadi begini, apa yang sebenarnya Sang Pencipta persiapkan untukku, kenapa cobaan ini datang bertubi-tubi, sangat berat" lirih Andin berucap, melampiaskan sesak yang ada di dadanya, hingga tak menyadari seseorang kini sudah mendekati.
Tiba-tiba saja bayangan hitam menyerang nya, beruntung reflek tumbuhnya masih begitu baik hingga mampu menghindari dan hampir saja terjatuh sendiri.
"Siapa kalian!" Andin seketika mengatur nafasnya dan membuat jeda.
Tak ada jawaban apapun, justru satu orang lagi muncul dan menyerangnya bersama-sama, Andin bersiap dan menghadang setiap serangan, dirinya mampu membaca kalau seseorang yang sekarang dihadapi adalah orang-orang yang punya tehnik bela diri.
Adrenalin telah terpacu, gerakan melompat yang di ikuti oleh tendangan kuat kini mampu merobohkan dua orang itu, pertarungan pun semakin sengit, dua lawan satu dimana Andin harus terus waspada walaupun beberapa kali mampu memberikan tendangan yang membuat kedua musuhnya jatuh tersungkur dan bangkit kembali.
"Sudah cukup bermain-main, kali ini aku tidak akan menahan diri lagi" Andin melompat dengan ringan tapi penuh dengan kekuatan, tangannya sudah mengepal dan hampir sampai di titik sasaran, namun _
Brak
Ada sosok lain menghadang, serangan Andin di patahkan, hingga membuat Andin terdorong mundur namun masih bisa menyeimbangkan.
"Biar aku yang menanganinya" ucap laki-laki dengan cadar hitam itu kini maju.
Bangkit perlahan, Andin merasakan perih di lengannya yang tergores pasir, rupanya kini Andin menyadari ada satu lagi orang yang harus dihadapi, dan kekuatannya tak bisa dianggap remeh kali ini.
"Ada masalah apa kalian menyerang ku?" Ucap Andin masih tak menyerah untuk sedikit saja mencari alasan penyerangan.
"Tidak perlu kau tau" laki-laki itu melesat maju dengan cepat, lalu memberikan hantaman bertubi-tubi hingga Andin makin kewalahan.
Namun tak juga menyerah, Andin tetap bertahan dan berhasil membaca pergerakan, sekuat tenaga menghantam musuhnya hingga terpental jauh ke belakang.
Ada keterkejutan di mata ketiga musuhnya, rupanya wanita yang tadi sempat diremehkan, tidak mudah begitu saja tumbang walaupun diserang bersama-sama.
"Mundur!" Teriak dua orang yang tadi hanya melihat saja karena sudah kalah bertarung di awal, satu orang lagi yang tak sadarkan diri di seret untuk segera lari dan pergi.
"Oh my God, untung saja, siapa mereka sebenarnya?" Gumam Andin perlahan mengambil tas sambil meringis menahan perih yang mulai terasa di lengannya, lalu segera menghampiri taksi yang kebetulan melintas.
Tanpa disadari ada sosok laki-laki yang masih terdiam di tempatnya, tepatnya di dalam mobil mewah, rupanya semua yang terjadi dengan Andin terekam olehnya.
"Wanita yang cukup tangguh" gumamnya, lalu kemudian memerintahkan sesuatu.
"Cari tau wanita itu, sepertinya dia kandidat yang tepat" ucapnya lalu tersenyum senang akan ide yang ada di kepalanya.
"Siap Tuan, bagaimana dengan orang-orang yang menyerangnya?"
"Aku hanya butuh wanita itu, bukan yang lainnya"
"Baik Tuan, maaf saya lancang"
Lalu mobil mewah itu akhirnya bergerak, meninggalkan tempatnya untuk tugas yang lebih penting.
*
*
Badan terasa sangat remuk, balutan luka di tangannya masih menempel dengan baik di sana, namun sesaat kemudian jeritan suara seseorang mengejutkan Andin yang baru saja bangun dari tidurnya.
"My God, apa yang terjadi dengan mu An?!" Teriakan sang sahabat membuat Andin hanya memutar kepala dan mengembalikan posisi awal di atas tempat tidur.
"Jangan berisik, badanku sakit semua El"
"No, kita ke Rumah Sakit sekarang!" Perintah Ella yang berusaha menarik Andin dengan hati-hati.
"Ck, ini hanya luka kecil, aku sudah membalutnya, lagi pula aku hanya butuh tidur saja" ucap Andin bersikeras untuk tetap di tempatnya.
"What?!, tidak bisa, kamu bukan dokter, mana bisa mendiagnosa kalau luka mu ini tidak berbahaya, ayo cepat bangun!" Ella semakin menarik Andin yang masih bermalas-malasan.
Akhirnya paksaan berhasil juga, dan kini Andin duduk mengantri di ruang tunggu menanti panggilan pemeriksaan.
"Ceritakan apa yang terjadi?" Ella kembali ke mode ceriwisnya.
"Ada orang yang menyerang ku semalam, mungkin mau merampok atau entahlah"
"My God, kamu tidak mengenali mereka?, atau bagaimana ciri-ciri nya, mungkin kita bisa melaporkan ke pihak yang berwajib" Ella dengan wajah serius menatap Andin.
"Aku tidak tau, mereka memakai cadar dengan pakaian serba hitam, tiga orang, aku rasa mereka hanya perampok saja, dan tidak usah berhubungan dengan pihak kepolisian, aku sudah jenuh dengan itu semua" Andin merasa luka akibat perbuatan orang-orang yang di kira menyayanginya terasa basah kembali.
"Heh, aku tidak tau lagi, kenapa jadi seperti ini An, kamu orang baik, tidak pernah menyakiti siapapun, kenapa mereka dengan tega_"
"Sudahlah, jangan membuatku semakin sesak memikirkan hal itu, aku belajar ikhlas menjalaninya" sahut Andin lalu menyandarkan kepala yang terasa pusing di kursi tunggu.
Tak lama panggilan atas nama dirinya terdengar, lalu Andin memasuki ruangan dan mendapatkan perawatan yang seharusnya, beberapa obat juga di resep kan untuk segera di tebus dan diminum sesuai aturan.
Saat melewati lorong jalan keluar Rumah Sakit, Andin merasa kepalanya berdenyut lebih sakit, hingga menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" Tanya Ella mulai panik.
"Aku pusing sekali"
Sontak Ella langsung memapah Andin untuk duduk di kursi yang tak jauh dari sana.
"Duduklah disini, jangan kemana-mana, aku akan menebus obat ini dan segera kembali, okey?" Ella memastikan Andin patuh akan perintahnya.
"Iya, pergilah, terimakasih" ucap Andin menyandarkan kepalanya mencari rasa yang lebih nyaman.
Beberapa menit berlalu, Andin mulai bertanya-tanya kemana Ella belum datang juga, sedangkan dirinya sudah jenuh berada di sana, saat tangganya merogoh tas untuk mengambil ponsel, dia dikejutkan dengan suara seseorang yang akhir-akhir ini di kenalnya.
"Itu_" Andin segera menoleh dan terkejut melihat sosok itu kembali, dan kini berjalan semakin mendekat ke arahnya.
"Jangan sampai kalian kecolongan lagi menjaga Grandpa, atau kalian tau akibatnya, kirim nomer ruangan sekarang juga!" Perintahnya dengan sedikit emosional.
Andin merasa tak enak hati, segera duduk kembali dan menunduk untuk menghindari, disaat di butuhkan panggilannya juga tidak diangkat oleh Ella, entah kenapa ada perasaan yang berbeda, antara takut, senang, atau entahlah Andin tak bisa mengartikan.
Langkah itu semakin terdengar nyata di telinga , Andin berdoa semoga dirinya tak terlihat dan di lewati begitu saja, tapi nyatanya_
Kaki jenjang itu justru menghentikan langkah dan terdiam tepat di depannya, membuat jantung Andin berdegup dengan kencang, dan
"Akh!" Andin berteriak.
Bersambung.
Jangan lupa waktunya memberi VOTE, ditunggu ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Isabela Devi
mungkin jodoh Andin
2024-10-25
0
Ninik Rahayu
Mungkin jodoh Andin adalah Aftan...!!
2024-10-22
1
Sulaiman Efendy
PSTI SURUHAN SHEILA, KLO GK SURUHAN HARI..
2024-07-12
2