7. Yang tidak di mengerti.

"Kalau begitu, Pak Seno harus pelan-pelan mengajari istri untuk belajar berjalan. Memang akan terasa begitu sakit tapi tidak ada perjuangan yang sia-sia. Bukankah umur istri Pak Seno masih sangat muda? Tentu lebih mudah dalam penyembuhan." Kata dokter.

"Apa benar masih ada harapan?" Tanya Bang Seno karena jujur ada rasa di dalam hati kecilnya masih berharap ingin kembali menjalin hubungan dengan Nanda.

"Masih, Pak Seno." Jawab dokter.

"Alhamdulillah." Ucap syukur Bang Seno.

Kinan pun tersenyum tipis, memang dalam hatinya juga ingin berusaha untuk sembuh tapi dirinya pun ingin segera terlepas dari 'cengkeraman' Bang Seno sebab ia tau pria itu tidak pernah mencintainya. Semua hanya bentuk tanggung jawabnya sebagai laki-laki karena telah membuat dirinya lumpuh.

:

"Nanti kamu istirahat saja, Abang ada keperluan." Pamit Bang Seno karena dirinya memiliki janji dengan Nanda.

"Pergilah..!!" Kinan memiringkan tubuhnya menghadap dinding namun tiba-tiba rasa mual kembali menyerangnya. Kinan menahan dan menutupnya dengan telapak tangan.

"Kenapa? Mual lagi??" Tanya Bang Seno.

"Pergilah, jangan pedulikan Kinan." Katanya kemudian memejamkan mata.

Bang Seno pun segera pergi tapi entah kenapa ada rasa tidak tega meninggalkan Kinan sendiri di kamar mess apalagi disana sudah pasti banyak pria.

~

Rasa gelisah Bang Seno berlanjut bahkan sampai beberapa saat dirinya mengendarai mobil.

Akhirnya Bang Seno berputar arah dan tidak jadi menemui Nanda. Ponselnya pun berdering nyaring.

"Kamu dimana Bang?"

"Maaf, Abang tidak jadi berangkat. Komandan memberi Abang tugas dadakan." Jawab Bang Seno.

"Komandan lagi.. komandan lagi. Aku lelah dengarnya. Apa kamu tidak punya hari libur dan meluangkan waktumu sedikit saja untuk ku. Aku juga butuh kamu. Aku ingin cerita, ingin manja dan berduaan sama kamu." Oceh Nanda selayaknya wanita yang sedang merindukan kekasihnya.

"Iya, maaf ya..!! Lain kali Abang akan mengajakmu jalan-jalan..!!" Janji Bang Seno sambil memarkir mobil.

:

Kinan terpaku melihat Bang Seno datang kembali dan mengajaknya belajar berjalan di belakang kebun mess.

Mendapat ajakan demikian, tentu Kinan tidak bisa menolaknya. Meskipun harus menahan rasa mual, Kinan tetap berusaha belajar berjalan.

~

"Ayo dek.. melangkah lagi..!!!" Bujuk Bang Seno.

Sebenarnya Kinan mampu melangkahkan kakinya tapi perutnya benar-benar tidak bersahabat. Rasa nyeri sungguh menyerangnya.

"Sakit sekali, Bang. Kinan nggak kuat melangkah..!!" Kata Kinan.

Bang Seno pun akhirnya meletakan kedua lengan Kinan agar melingkar di belakang tengkuknya lalu ia menuntun langkah Kinan untuk berjalan.

Kinan sampai menangis di buatnya namun dirinya juga tidak patah semangat. Sesekali Kinan berhenti dan terpaksa harus bersandar di dada bidang Bang Seno sebagai penyangga dan tumpuannya.

Sesekali Bang Seno menghapus air mata Kinan. Ada rasa tidak tega karena harus memaksa tapi dirinya juga ingin Kinan bisa kembali berjalan seperti sediakala.

"Masih kuat?" Tanya Bang Seno.

Kinan mengangguk dan kembali melangkah tapi baru tiga langkah berjalan, Kinan malah ambruk dan mengagetkan Bang Seno.

"Allahu Akbar.. dek..!!!" Bang Seno segera mengangkat Kinan karena istrinya itu sudah sangat lemas.

:

Tak berapa lama Kinan tersadar dan Bang Seno baru bisa bernafas lega.

"Kenapa bisa sampai pingsan? Kamu memaksanya berjalan?" Tegur Bang Sakti yang tadi tanpa sengaja melihat kejadian tersebut.

"Aku nggak bermaksud membuatnya pingsan."

"Iyaa.. tapi setidaknya kau ukur lah kemampuan istrimu. Tenaga perempuan tidak sekuat tenaga laki-laki. Apa kau tidak punya rasa kasihan?? Bagaimana kalau Kinan hamil?" Kata Bang Sakti.

"Sebenarnya akibat kecelakaan itu Kinan dan aku tidak akan mungkin bisa punya anak." Jawab Bang Seno.

"Kamu sudah melakukannya, kan? Saat kecelakaan itu. Apa rahimnya terbentur??" Tanya Bang Sakti.

"Kamu tanya atau mengejek, masa aku harus menjelaskan isi kamarku??" Wajah kesal Bang Seno pun semakin terlihat jelas. "Aku tidak tau Kinan terbentur atau tidak, yang jelas dukun nya bilang begitu."

"Kamu bukan hidup di jaman batu. Percayalah pada medis, periksakan ulang..!! Kalau perlu datanglah pada mertuaku. Jangan-jangan istrimu hamil." Saran Bang Sakti.

"Sombong sekali kau, baru jadi mantu saja sudah sok bisa menyerap ilmu mertua." Ejek Bang Seno.

"Ora percoyo yo wes. Kalau sampai ada apa-apa, nyesele ora karuan..!!" Lagi-lagi Bang Sakti mengingatkan sahabatnya.

...

Hingga sore ini Bang Seno masih berpikir keras. Perasaan terbolak balik mengingat setiap perkataan sahabatnya, apalagi melihat gelagat Kinan, terkadang membuatnya juga bertanya-tanya.

'Aku laki-laki, jelas aku tidak boleh plin plan. Aku memang mencintai Nanda, tapi aku juga sudah beristri.'

Bang Seno mengusap wajahnya, hatinya gusar. Semua terasa buntu dipikirkan.

"Apa benar Kinan hamil?" Gumamnya.

Tak lama Kinan kembali mual kemudian bersandar. Bang Seno pun semakin penasaran. Ia pun menghampiri Kinan.

"Belakangan ini makanmu sedikit sekali. Apa mau makan sesuatu?" Tanya Bang Seno.

"Kinan pengen buah kecapi, Bang..!!"

deg..

'Lailaha illallah, Allahu Akbar. Ya Allah , sungguhkah aku akan memiliki buah hati dari wanita yang sama sekali tidak aku cintai.'

Bang Seno membatin dengan perasaan campur aduk. Senyumnya terasa pahit namun sekaligus ada perasaan yang berbeda dalam hatinya.

"Bisa tolong carikan?" Tanya Kinan.

"Abang carikan sampai dapat..!!!" Janji Bang Seno.

-_-_-_-_-

Hingga malam tiba, Bang Seno baru kembali ke mess. Beberapa anggotanya pun juga baru kembali dan semuanya nihil.

"Tidak ada yang dapat?" Nada suara Bang Seno terdengar kecewa. Ia melirik Kinan, istrinya itu seperti mayat hidup yang masih di berkahi nafas.

"Ijin Dan, tidak dapat..!!" Jawab anggotanya.

Baru kali ini Bang Seno merasakan kegelisahan yang teramat sangat. Perasaannya sampai ikut nyeri melihat keadaan Kinan juga takut jika benar di dalam perut Kinan tersimpan calon bayi kecilnya.

Saat masih terbalut kegelisahan, Annel berjalan santai melewati 'kawanan' para pria tanpa gentar sambil membawa sekantong plastik buah kecapi.

"Tunggu.. itu buah kecapi?" Tanya Bang Seno karena Annel membawanya dalam kantong plastik transparan.

"Iya."

"Boleh saya minta?" Tanya Bang Seno lagi.

"Minta??? Annel memanjatnya di hutan belakang markas. Enak sekali Abang bilang minta." Tolak Annel.

"Saya beli. Saya butuh buahnya." Kata Bang Seno.

Annel memperhatikan penampilan Bang Seno dari ujung rambut hingga ujung kaki sambil menggigit sepotong buah kecapi. "Om berani bayar berapa?"

"Allahu Akbar, Gusti Allah.. kamu dari mana saja dek??" Bang Sakti panik karena baru bisa berjumpa lagi dengan Annel di saat matahari mulai terbenam.

"Ini anak dokter Kurowo??" Tunjuk Bang Seno tidak percaya dengan pilihan sahabatnya.

"Aahh.. nanti saja penjelasannya." Bang Sakti menarik tangan Annel tapi Annel menepisnya.

"Tunggu, Annel sedang ada transaksi dengan Om ini."

"Haah?????"

"Ayo.. Om berani bayar berapa?" Tanya Annel.

Mendengar pertanyaan Annel, ubun-ubun Bang Sakti terasa panas meradang. Tangannya langsung menarik kerah pakaian Bang Seno.

"Beraninya kau menawar istriku. Kau mau mati muda??? Kupatahkan juga batang lehermu.. b******n..!!!!!!!" Bang Sakti sudah hampir melayangkan bogem mentah ke arah wajah Bang Seno.

Para anggota pun secepatnya melerai dan mencekal lengan Danton bersumbu pendek tersebut.

"Sabar Danton.. sabaar..!!!"

"Abaaang, nanti kecapi Annel nggak laku. Annel jual kecapi. Abang niiih..!!!" Annel menghentakkan kakinya dengan kesal lalu pergi meninggalkan Bang Sakti.

"Hhah.. oohh..!!" Bang Sakti menepis tangan anggotanya lalu secepatnya menyusul Annel yang sudah ngambek. "Sayang, Abang cuma bercanda. Ya sudah ayo di jual. Mana Abang tau kalau ayank pergi seharian cari kecapi."

"Pekok..!!" Umpat Bang Seno akhirnya ikut kesal. "Makan tuh bini ngambek."

"Sayaaang.. Abang yang jual deh kecapinya. Ayo donk.. jangan ngambek lagi ayaaank..!!"

"Jangan percaya. Pacarnya Sakti banyak tuh..!!" Teriak Bang Seno balas dendam.

Annel pun melirik Bang Sakti. "Abang tidur diluar..!!!"

braaaakk..

Annel menutup pintu kamarnya rapat.

Kini tatapan mata Bang Sakti beralih pada Bang Seno. Letnan satu itu menarik nafas panjang, sejenak memejamkan mata lalu berkacak pinggang.

"Puas sudah buat Annel ngambek? Kau kira mudah bujuk Annel? Kalau sudah begitu, aku harus membujuknya antara hidup dan mati?" Kata Bang Sakti mengeluh.

"Deritamu Kangmas..!! Makanya jadi orang jangan emosian..!!" Jawab Bang Seno tertawa terbahak.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Murni Zain

Murni Zain

Rata-rata pada sumbu pendek gini sih ,🤔

2024-04-27

0

Mika Saja

Mika Saja

padahal mah ya sama2 sumbu pendek,,,,,,ya......gak jd deh jual kecapi dan yg mo beli gagal deh

2024-04-26

0

Yayuk Bunda Idza

Yayuk Bunda Idza

next kak Nara... semangat

2024-04-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!