6. Sabar menahan diri.

Mata Annel sudah melirik marah dan semua itu seakan ujung peluru yang siap menembus paru-paru ku.

Aku pun memilih langsung menghubungi JJ, aku sudah lelah berdebat dengan calon ras terkuat di bumi ini.

"Ono opo sih Jon??"

"Kangeeenn..!!!" Jawab di seberang sana dan suara itu seketika membuat bola mata Annel membulat besar. Mungkin karena dirinya baru menyadari ternyata suara tersebut adalah suara seorang pria.

"Ojo macem-macem Jon. Bojoku nesu ikiii..!!" Tegurku pada Jono sahabatku. Sebenarnya sejak dulu aku sudah biasa bergurau tapi kali ini aku mulai merasakan bahwa gurauanku itu mulai tidak biasa dan bisa saja menimbulkan hal yang tidak di inginkan dalam hubungan ku dan Annel.

"Cukup, Bang. Kita cerai saja..!!" Annel berdiri dari tempat tidur dan mengemasi barangnya.

"Astaghfirullah hal adzim.. bicara apa kamu ini?? Bukannya kamu dengar sendiri, suara yang menghubungi Abang barusan adalah suara laki-laki. JJ itu laki-laki." Jawabku kelabakan sekaligus terbakar emosi mendengar perkataan Annel barusan.

"Annel sudah dengar dan Annel sudah paham, Abang ternyata h**o, pantas selama ini kita hanya pegangan tangan, Abang kecup kening Annel juga langsung menyingkir, nggak niat seperti Abang alergi, apa Abang anggap kepala Annel ini batok kelapa??" Protes Annel. "Kecurigaan Annel nyaris semua benar, nggak usah bahas kening deh..!! Abang dekat sama Annel pun seperti terpaksa."

"Pikiran dungu, Abang berusaha menjagamu mati-matian tapi kamu malah minta di rusak. Apa kamu pengen Abang bongkar paksa sekarang juga?? Gemas sekali Abang merasakan tingkahmu itu." Sambarku yang memang sudah sedemikian gemasnya dengan banyaknya pemikiran gadis kecilku yang ajaib.

"Sayaaang..!!" Terdengar lagi suara dari balik ponselku dan hatiku semakin meradang di buatnya.

"B*****t, diam kau..!!" Aku mengumpat kesal karena lupa mematikan ponselku dan Jono malah memanfaatkan situasi dan semakin membuatku ribut dengan Annel. Aku segera mematikan panggilan telepon tersebut.

Annel yang kesal seketika berontak dan kembali bersiap pergi dari mess ku.

"Duduk, Abang jelaskan semuanya..!!" Kataku.

"Nggak mau, Annel mau selingkuh sama Darren." Jawab Annel yang kesal.

Rasanya kesabaranku sudah setipis tissue yang di cincang.

"Selingkuh kau bilang??? Abang menjagamu setengah mati, pagi siang sore malam rasanya stress berdekatan dengan gadis yang tingkahnya seperti ulat bulu, nahan diri sampai empedu nyaris pecah, kepala vertigo, nafas gelagapan, jantung bengkak, pakaian mendadak sesak, sekarang enteng sekali kau bilang mau selingkuh. Abang tandai juga kamu sekarang." Aku yang sudah kehilangan kesabaran segera membuka pakaian dan melonggarkan ikat pinggangku, ku turunkan resleting celanaku dan aku langsung menindih Annel istri kecilku tanpa ampun.

"Iiihh Abaaang, Abang berat..!! Annel nggak mau begini. Annel bilang Bang Giri nih..!!" Terdengar Annel mulai mengancam ku tapi apa yang bisa di lakukannya. Selain Giri adalah juniorku, Annel pun sudah menjadi istriku.

Niatku hanya ingin memberi Annel pelajaran nyatanya membuat senjata makan tuan pada diriku sendiri. Segala yang ada pada Annel sudah menggoda imanku sebagai seorang pria. Entah sadar atau tidak, aku mulai nakal memberi nafas pada tahanan yang mulai berontak karena lama terkurung dalam sangkar. Aku mengangkat sebelah kaki Annel.

Pengalaman melepaskan tawanan seketika membuatku bagai kehilangan setengah kendali diri, terasa begitu nyaman. Aku mengatur ritme tubuhku dan Annel menggeliat menghindar.

"Diam, Annel..!!" Kataku karena sungguh aku tidak ingin berbuat lebih sebelum berkas pengajuan nikahku selesai. Sementara ini aku hanya ingin bermain tipis sekedar ingin menuntaskan rasa penasaranku yang selama ini tertahan. Bagiku saat sudah cukup bermain di ambang pintu tanpa harus menerobos pagar keamanan yang ada.

Kenikmati alurnya secara perlahan, aku begitu berhati-hati sampai harus menggigit bibirku untuk bisa sekuatnya menahan diri bahkan menyadarkan diri.

Beberapa detik berlalu, sampai keringat dingin mengucur deras dari tubuhku. Merasa segala rasa nyaris usai, kusudahi saja semua ini dan menata parkiran di luar gedung.

"Nggak mau. Annel lapor Bang Giri betul nih..!!" Annel berusaha bangkit dan saat itu aku kesulitan mengendalikan diri.

"Annel.. jangan dek..!!" Antara sadar dan tidak, aku merasakan tubuhku seperti sejenak terbenam dan terhimpit. "Aduuhh.. kamu iniii.. Aaarrghhh.." Sebegitu eratnya aku memeluk Annel. Aku sungguh tidak kuat lagi, akhirnya aku hanya bisa mengepalkan tangan dengan pasrah, tidak tau pertahanan diriku berakhir dimana, tapi kuyakini, aku mampu mengendalikan situasi.

Sungguh rasa sayang ini semakin menjadi apalagi saat mendengar rintihan manja istri kecilku.

"Abang galak sekali. Annel nggak suka." Protes Annel dengan sikapku saat ini, gadis kecilku menangis dan semakin marah.

"Abang sudah ingatkan, jangan terus marah. Nanti kualat..!!" Kataku lembut.. Susah payah aku bergeser dari tubuh Annel sambil membenahi celanaku untuk menutupi tubuhku. "Yang seperti ini tidak perlu mengadu sama Abangmu. Cukup kita saja yang tau."

"Abang sudah sadar kalau seperti ini tidak sopan?" Kata Annel kemudian menutup tubuhnya dengan selimut.

"Kalau sama suami sendiri ya nggak apa-apa. Sampai pria lain yang lihat...." Aku menajamkan mataku ke arah Annel penuh dengan ancaman. "Abang beset betul kulitmu..!!!!"

"Kenapa sih Abang jahat sekali???"

"Sebab Abang tidak akan pernah melirik wanita manapun. Mata boleh keliaran tapi hati dan perasaan tidak jelalatan. Rindu wanita, pulang..!! Batin teruji situasi, puasa..!! Apalagi?? Memang begitu ujian laki-laki."

"Jadi selama ini Abang teruji?" Annel masih dengan bodohnya mempertanyakan keadaan ku.

"Tidak juga." Aku memejamkan mataku, tidak ingin b****i ku kembali bergejolak karena melihat geliat tubuh Annel.

Siapa sangka dengan nakalnya Annel naik ke atas pahaku. "Tidak perlu bilang Bang Giri, kan?? Berarti Annel bebas membalas??"

"Allahu Akbar..!!!" Aku membuka mataku saking kagetnya. Aku memercing menutup mata dengan sebelah lenganku. "Turun dek..!! Please..!!"

"Takut yaa.. takut yaaaa..!!"

Godanya tertawa-tawa di atas penderitaanku.

"Jadi Abang takut sama perempuan tanpa pakaian ya??" Ledeknya bagai meruntuhkan harga diriku. Bahkan Annel bergoyang nakal membuatku semakin khilaf.

Aku memilih terus memejamkan mata demi menjaga Annel ku tersayang.

POV Bang Sakti off..

"Bang Seno memeriksakan keadaan Kinan pada dokter spesialis tulang di rumah sakit tentara. Saat segala proses pengecekan sedang berjalan, dokter tersebut menarik alatnya jauh dari Kinan dan menatap ke arah Bang Seno.

"Tidak bisa kita lanjutkan Pak..!! Ada baiknya Pak Seno periksakan istri ke dokter kandungan..!!"

"Ada apa dok? Apa ada masalah lain dalam bagian kandungannya?" Tanya Bang Seno sedikit cemas meskipun dirinya sudah bisa menebak pasti Kinan memang tidak bisa memiliki keturunan dan dirinya sudah mendengarnya di desa suku.

"Saya tidak begitu yakin, maka dari itu lebih baik bapak periksakan sekarang juga..!!" Pinta dokter menganjurkan.

:

"Tidak terlihat apapun, tapi ada indikasi penebalan dinding rahim. Lebih baik konsultasi kembali dengan dokter ortopedi."

Bang Seno menjadi pusing tujuh keliling. Ia ingin Kinan segera sehat, jelas banyak hal yang membuatnya begitu cemas.

"Baiklah, saya akan konsultasikan kembali." Jawab Bang Seno.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Mika Saja

Mika Saja

tipis2 ko dabel,,waduh pusing deh HBS dr ortopedi srh ke kandungan SDH di kandungan sruh balik LG ke ortopedi ,,liyer pokoe ngalor ngidul trs,,,,

2024-04-26

0

Murni Zain

Murni Zain

main tipis-tipis tp menggoda

2024-04-26

0

Nabil abshor

Nabil abshor

heleeeh,,,,,, guyur basah aaah

2024-04-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!