Draft

"Kamu beneran mau ngejar kak Jo?" Hani melirik pada Naura yang sedang asyik mengutak atik layar ponselnya.

"Hhmm, waktu itu kamu pernah nyaranin kan?"

"Ih labil banget sih jadi orang, kemaren katanya mau ngelupain eh sekarang malah mau berjuang. Besok besok kalau patah semangat, paling langsung menyerah lagi."

"Nggak gitu, aku cuman mikir aja. Bayangin deh, kalau aku nyerah tanpa melakukan apa apa, kan nyesek banget. Dan nanti, kalau hasilnya tidak seperti harapanku, setidaknya aku sudah pernah berusaha dan melakukan semampuku. Cuman kak Jo-nya aja yang bodoh, tidak bisa melihat pesonaku."

"Aku setuju sih, ntar kita liat. Pesona kamu kuat apa nggak?" Hani tertawa renyah, sedangkan Naura langsung memajukan bibirnya.

"Pesonaku kuat tau, buktinya banyak yang tertarik."

"Banyak yang tertarik tapi kenapa malah suka sama seseorang yang nggak tertarik sama kamu?"

Hani hanya bercanda karena dia yakin, perasaan kakaknya pada Naura itu lebih dari perasaan seorang kakak pada adiknya.

"Ya namanya hati kan nggak ada yang tau Han. Tapi nih ya, kalaupun bisa memilih, aku tetap akan menjatuhkan pilihanku pada kak Jo." Naura cekikikan sedangkan Hani hanya menggeleng kepalanya.

Kembali ke rumah keluarga Mahesa.

Jonathan membukakan pintu mobil untuk Lyodra. Setelahnya dia berlari memutari depan mobil dan ikut masuk.

"Beib, anterin aku ke lokasi pemotretan ya." Sambil memasang sabuk pengaman.

"Sorry beib, hari ini kayaknya nggak bisa deh. Aku ada meeting penting pagi ini dan nggak boleh diwakili. Dianter sopir nggak pa pa kan?"

Lyodra mendengus. "Kamu berubah tau nggak, kamu nggak perhatian lagi. Masa nganter aku ke lokasi pemotretan aja nggak bisa."

Jonathan menarik nafasnya. "Tolong ngertiin dong beib, aku harus meeting. Aku Janji deh, setelah meeting aku langsung nyamperin kamu." Pria itu berusaha membujuk dan bernegosiasi.

"Atau kau ingin tas baru lagi?"

Mata Lyodra menyala. Dia tidak mungkin menolak hal tersebut. Tapi, sebisa mungkin wanita itu bersikap biasa saja.

"Aku terlihat seperti wanita yang matre."

"Hei." Jonathan memegang pundak Lyodra dan mengarahkan wanita itu agar menghadap padanya.

"Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku tau kau suka belanja makanya aku ingin memfasilitasinya dan aku sama sekali tidak keberatan, selama kau senang."

Lyodra tersenyum dan memeluk Jonathan. "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."

Jonathan diam tanpa menjawab ucapan tersebut dan hanya membalas pelukan Lyodra. Padahal dulu, setiap Lyodra mengatakan kata cinta, Jonathan pasti akan langsung membalasnya, tapi sekarang, kata itu seakan enggan keluar dari bibirnya.

"Nggak tau kenapa kok Bunda nggak suka ya sama kekasihnya Jo," ucap bunda memperhatikan mobil Jonathan yang sejak tadi belum berpindah dari tempatnya.

Seperti biasa, ayah sibuk dengan korannya.

"Ayah, kalau Bunda ngomong itu ditanggepin dong."

"Iya ayah denger Bun, cuman kalau anakmu tetap memilih wanita itu kamu bisa apa?"

"Bunda tuh sebenarnya nggak nuntut banyak loh, cuman nggak tau kenapa, nggak srek aja sama dia."

"Udah, nggak usah dipikirin."

Bunda menoleh dengan wajah kesalnya. "Nggak usah dipikirin gimana, orang dia anak Bunda. Kalo anak tetangga, baru noh Bunda lepas tangan." Bunda berlalu meninggalkan ayah.

Ayah pun menoleh, melihat mobil Jonathan. Paruh baya itu hanya bisa menarik nafas dalam.

******

"Siang nanti kakak mau ngomong sama kamu."

Isi chat yang dikirimkan pada Naura. Bukannya membalas, Naura malah menutup ponselnya dan kembali fokus pada kuliahnya.

2 jam pun berlalu. Mata kuliah pertama telah berakhir.

"Kak Naura" Seorang mahasiswi menghampiri Naura, dengan membawa satu paper bag warna putih ditangannya.

"Kak, ini titipan dari kak Kevin."

Naura tidak menolak paper bag itu. Disana ada note kecil yang bertuliskan "Selamat makan dan semoga kau menyukainya." Tulisan itu diakhiri dengan dua emotikon senyum.

"Kau memutuskan untuk mengejar kak Jo, lalu Kevin?" Hani bertanya, karena sejujurnya dia merasa kasian pada teman baiknya itu. Apalagi, setelah melihat effort Kevin untuk Naura yang menurutnya tidak main main.

Naura menarik nafas berat. "Aku tau dia pria baik, tapi aku benar benar nggak bisa membalas perasaannya Han. Cintaku untuk kak Jo terlalu besar dan rasanya udah nggak ada tempat untuk orang lain."

Naura tau kalau Kevin adalah pria baik. Pria itu juga serius dan benar benar menyukainya. Tapi, perasaan tidak bisa dipaksa. Perasaan Naura sudah 100% milik Jonathan.

Hani mengangguk. "Aku kasian padanya, ini pertama kalinya aku melihatnya tertarik pada seseorang."

"Kuharap dia bisa segera melupakanku dan mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik."

Hani menoleh pada Naura. "Harusnya kamu nggak berkata seperti itu, karena kau sendiri tau bagaimana susahnya melupakan seseorang yang benar benar disukai."

Naura mengangguk. "Ya, tapi aku tetap berharap dia segera melupakanku. Aku tidak ingin semakin menyakitinya Han."

"Lagi ngomongin apa sih, serius amat." Keduanya kaget karena kedatangan Amel yang tiba tiba.

"Mel, bikin kaget aja sih." Hani protes dengan wajah kesalnya.

"Ya sorry, abisnya serius banget sih. Ke kantin yuk laper nih. Eh ini apa?" Amel menunjuk paper bag lalu mengintip isinya.

"Wih roti, punya siapa?"

Hani mengarakan dagunya pada Naura.

"Punya kamu Nau, bagi satu ya."

Sambil bercanda, ketiganya melangkah menuju kantin.

"Nah tuh mereka," tunjuk Amel pada dua pria yang sudah duduk manis di kantin.

"Kevinnya mana?" tanya Hani.

"Katanya ada kerjaan. Tau sendiri kan si Kevin kuliah sambil ngurusin perusahaan keluarganya."

"Ponsel kamu bunyi Nau." Resky memberitahu, walaupun sebenarnya Naura dan teman teman lain juga mendengar dering ponsel tersebut.

"Lagi di kantin kak, kenapa?"

"Yaudah kamu makan dulu, kakak tunggu depan kampus."

"Nggak bisa kak, Nau lagi males jalan. kakinya lagi capek kemana mana."

"Kamu yang kesini atau kakak yang kesana?"

"Yaudah aku kesana deh."

" Kak Jo?" tanya Hani yang mendapat anggukan dari Naura.

*****

Naura mengetuk kaca mobil Jonathan.

"Mau ngomong apa kak? Nau nggak punya banyak waktu nih, mata kuliah kedua bentar lagi mulai."

"Boong aja, kakak tau loh jadwal kuliah kamu."

Naura tidak menggubris. "Yaudah mo ngomong apa? Kalau tentang wanita itu aku no comment ya."

"Lyodra, namanya Lyodra."

"Udah deh, sebenarnya kakak mo ngomong apa?"

"Tadi pagi, kenapa ngomong gitu ke bunda?"

"Yang mana?"

"Jangan pura pura nggak tau, kamu ngerti maksud kakak apa."

Naura menoleh. "Kakak datang cuman buang ngomongin ini?"

"Kakak harap lain kali kamu bisa lebih menjaga omonganmu, kalau bunda curiga gimana?"

"Lah emang kenapa kalo bunda atau ayah tau? Toh Kita memang bukan benar benar kakak adek jadi wajar wajar saja kalau kita menjalin hubungan. Lagian bunda dan ayah sangat menyukaiku, mereka pasti tidak akan keberatan."

"Mereka tidak keberatan tapi kakak yang keberatan. Ingat Nau, kakak sudah punya seseorang yang kakak sukai dan kamu, kita akan selamanya seperti ini. Hanya sebatas kakak adik tidak akan lebih. Jadi, apapun yang sedang kau rencanakan sekarang, kakak harap kamu berhenti karena hal itu akan percuma saja."

Naura diam, menatap Jonathan penuh arti. Sebisa mungkin dia bersikap biasa saja dan berusaha untuk tidak menangis di depan pria itu.

"Perasaanku adalah urusanku dan kakak tidak berhak mengatur tentang apa yang boleh dan tidak boleh aku lakukan." Laura bersikap untuk turun dari mobil, tapi sebelum itu dia kembali menoleh sambil tersenyum.

"Udah siang, jangan lupa makan siang kak, biar pikirannya tenang." Lalu Naura keluar dari mobil.

Jonathan hanya bisa membuang nafas berat. Sungguh, Naura adalah gadis yang keras kepala, pikirnya.

"Nau ... Naura ...." Suara itu menghentikan langkah langkah Naura dan sekaligus menghentikan Jonathan yang tadinya sudah ingin meninggalkan tempat tersebut.

Naura menoleh. Disana, dengan senyum lebarnya, Kevin berjalan menghampirinya.

"Darimana?" tanya Kevin saat posisinya sudah dekat dengan Naura.

Naura tersenyum tanpa menjawab. Lalu keduanya berjalan beriringan.

Jonathan terus memperhatikan sampai keduanya hilang dari pandangannya. Pria itu baru teralih saat mendengar dering ponselnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!