Part 10

‘’Ingat apa yang kakak sampaikan pada kalian tadi,’’ pesan kak Jo setelah mengantar Naura dan Hani ke kampus. Mulai hari ini Jonathan yang mengambil alih tugas mengantar dan menjemput dua gadis kesayangannya itu. Pria itu bahkan tidak peduli saat Hani terus memasang wajah kesalnya.

*****

‘’Woi kenapa wajahnya ditekuk gitu? Putus cinta?’’ Amel datang menghampiri dengan hebohnya. Hani tidak menanggapi, wanita itu hanya menarik dan membuang nafasnya kasar.

‘’Ada apa dengannya?’’ Amel bertanya pada Naura dengan setengah berbisik.

‘’Biasalah, bertengkar dengan kak Jo.’’

‘’Bertengkar? Mereka bisa bertengkar juga?’’

Naura hanya mengangkat dua pundaknya. Dia juga tidak tau kenapa keduanya sering terlibat perdebatan kecil akhir-akhir ini.

‘’Oh ya Nau, hari ini kita sekelas kan?’’

‘’Hhmm, kenapa?’’

‘’Ya nggak, nanya aja.’’

*****

Di perusahaannya, Jonathan sedang menelpon mata-mata yang sejak tadi pagi di tugaskannya untuk memantau kegiatan Naura dan Hani selama di kampus. Entahlah kenapa pria itu sampai bertindak sejauh ini, sedikit lebay bukan?

Jonathan menyuruh para mata-mata itu untuk mengabarinya setiap satu jam. Ditengah kesibukannya, Jonathan tidak mau sampai kecolongan dalam menjaga dua gadis kecil kesayangannya itu.

Jonathan yakin banyak pria yang tertarik pada pesona gadis gadis kecilnya. Makanya, dia ingin menjaga keduanya dengan lebih ekstra, takut kalau keduanya malah menyukai atau jatuh cinta pada pria tidak benar. Pria itu hanya ingin Naura dan Hani mendapatkan yang terbaik, dan Jonathan juga merasa, keduanya masih terlalu kecil untuk menjalin sebuah hubungan.

‘’Nit mulai hari ini dan seterusnya, kosongkan jadwalku mulai dari jam tiga sampai setengah lima sore.’’Jonathan berucap dengan mata dan tangannya yang fokus pada beberapa lembar kertas berwarna putih yang beberapa menit lalu diberikan Nita padanya, untuk ditandatangani.

*****

Hari makin sore, sudah hampir lima menit Jonathan menunggu di depan kampus, Naura dan Hani belum juga menampakan batang hidungnya. Padahal setahunya keduanya sudah selesai dengan mata kuliah terakhirnya hampir setengah jam yang lalu. Jonathan sengaja menghafal jadwal kuliah dua gadis itu.

‘’Dimana mereka?’’ Jonathan menelpon mata-mata yang ditugaskan untuk memantau dua gadis itu. Pria itu masih betah menunggu di dalam mobil.

Setelahnya Jonathan turun dari mobil, setelah mendapat kabar tentang keberadaan dua gadis kecil tersayangnya itu.

Sementara, di perpustakaan Naura dan Hani sedang mencari buku yang akan mereka pinjam. Bukan buku pelajaran, keduanya malah ingin meminjam novel.

‘’Cari buku apa Nau, biar aku bantuin.’’ Kevin muncul tiba-tiba di samping Naura. Wanita itu hampir berteriak dibuatnya. Bukannya kenapa, Naura kaget dengan kedatangan tiba-tiba Kevin yang hampir menyerupai hantu, yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.

‘’Kau mengagetkanku.’’ Naura berucap sambil memukul kecil lengan Kevin. Pria itu tersenyum sekilas saat melihat Naura yang kembali fokus mencari buku yang akan di pinjam.

‘’Cari buku apa? Biar aku bantu.’’

‘’Aku mencari novel Kev.’’

‘’Judulnya?’’

‘’Nggak tau, aku hanya melihat covernya. Kalau covernya bagus maka aku akan meminjamnya.’’

‘’Cover? Ada-ada saja Nau. Cover yang bagus belum tentu isinya juga bagus.’’

‘’Siapa bilang? Malah menurutku, cover adalah cerminan isi dari novel itu sendiri. Covernya saja sudah menarik apalagi isinya. Iya nggak?’’

‘’Ya, mungkin ada sebagian yang seperti itu.’’

Dengan bantuan Kevin, Naura mendapat lima novel dengan cover yang menarik perhatiannya, sedangkan Hani hanya meminjam satu novel saja. Keduanya keluar setelah melakukan registrasi peminjaman novel. Tentunya dengan Kevin yang ikut keluar bersama mereka.

‘’Naura, Hani.’’ Keduanya cukup dikagetkan dengan suara bass yang sangat tak asing di indera pendengaran mereka. Keduanya celingak celinguk mencari keberadaan Jonathan. Sedangkan Jonathan kini sudah berdiri dibelakang mereka. Pria itu memegang kepala Naura dan Hani, mengarahkan dua kepala itu untuk menatapnya.

‘’Kakak sejak kapan disini?’’ Naura bertanya dengan nada senangnya, berbeda dengan Hani yang langsung memasang wajah kesalnya.

‘’Hai kak, sapa Kevin yang tidak dipedulikan. Pria itu malah langsung menarik tangan Naura dan Hani untuk menjauh dari tempat itu, dengan Kevin yang masih berdiri diam dalam posisinya. Kevin masih memperhatikan punggung Naura yang kian menjauh dari pandangannya.

‘’Kak, kenapa nggak sopan sekali sih?’’ Naura memprotes tindakan Jonathan yang menurutnya tidak berlaku baik pada Kevin tadi.

‘’Apanya?’’

‘’Ah sudahlah lupakan.’’ Naura membawa langkahnya berjalan lebih cepat. Hani juga melakukan hal yang sama.

‘’Mau mampir ke suatu tempat dulu nggak?’’ tawar Jonathan yang langsung ditolak Hani.

‘’Ck, kalau suka itu bilang, jangan bikin susah orang lain,’’ cibir Hani lalu membuang pandangannya ke arah luar mobil. Wajahnya di tekuk. 

Yang disindir Jonathan tapi yang merasa malah Naura.

*****

Hampir jam tujuh malam, Jonathan sudah pulang ke rumah. Pria itu membawa beberapa jenis kue kesukaan Hani. Sengaja, Jonathan ingin membujuk sang adik yang nampak sangat kesal padanya. Jonathan tidak bisa tenang kalau Hani terus menatap kesal padanya.

''Biar Jo saja Bun.'' Jonathan menghentikan langkah bunda yang akan memanggil Hani makan malam. Pasalnya tinggal Hani seorang yang tidak berada di meja makan.

Jonathan melangkah ke kamar Hani dengan kue yang tadi dibawanya.

Tok tok tok tok

‘’Han, boleh kakak masuk?’’

Tidak ada jawaban, Jonathan memutuskan untuk masuk saja. Di ranjang, dia melihat Hani sudah bergelut dengan selimut tebalnya. Sepertinya sanga adik sengaja.

Jonathan melangkah mendekat pada ranjang. ‘’Kakak tau kamu belum tidur.’’ Lalu Jonathan sedikit menarik selimut Hani. Tidak berhasil, karena gadis ity menahannya dengan kuat.

‘’Kamu masih kesal sama kakak, nggak mau ngobrol sama kakak?’’

Hani diam saja dan tidak mau menjawab.

‘’Padahal kakak udah bawain kue kesukaanmu loh ini, yakin nggak mau ngobrol sama kakak?’’

‘’Kue kesukaan? Oh ya Tuhan aku sangat ingin memakan kue itu.’’ Hani berucap dalam hati. Padahal, Hani berencana untuk mogok bicara dengan sang kakak, dan sekarang pria itu malah membujuknya dengan kue kesukaannya. Kakaknya sungguh tau kelemahannya. Kalau begini caranya, pertahanan Hani bisa luntur. Hani sama sekali tidak bisa menolak kue kesukaannya itu, apalagi kue itu tergolong susah untuk didapatkan.

Memang, banyak toko kue yang menjual kue sejenis. Tapi rasanya tidak seenak buatan satu toko kue yang menjadi favorit Hani. Toko kue itu buka setiap harinya mulai jam sepuluh pagi sampai jam lima sore. Antriannya juga sangat panjang, dan semua yang mengantri belum tentu bisa mendapatkannya. Hani sangat menyukai kue pavlova dan madeleines buatan toko itu.

Tadi saja, Jonathan sampai menyewa seseorang mengantri untuknya, dan mungkin keadaan sedang berpihak padanya. Jonathan berhasil mendapatkan kue yang lumayan susah untuk didapatkan itu.

‘’Jadi kamu beneran nggak mau ni? Yasudah kakak tidak akan memaksamu.’’ Jonathan sedikit menggoda, karena tau Hani pasti akan mengambilnya. Pria itu yakin, Hani pasti sedang menahan diri untuk tidak cepat luluh akan godaan yang diberikan.

‘’Berarti nggak pa-pa ya kalau kuenya kakak kasih tetangga,’’ ucap Jonathan lagi. Pria itu pura-pura berdiri dan ingin keluar dari kamar Hani. Dan seperti dugaannya, Hani langsung bangun dan merebut kue itu darinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!