Part 14

‘’Naura.’’ Jonathan menahan tangan Naura yang hendak turun dari mobilnya.

‘’Kenapa kak? Nau buru-buru nih, dosennya udah mau masuk soalnya.’’ Naura sengaja berbohong.

Bukannya apa, Naura hanya tidak mau lagi membahas masalah semalam yang menurutnya malah akan semakin menyakitinya. Toh dia tau apa yang membuat Jonathan mengingkari janjinya.

‘’Yasudah, kalau begitu kakak pergi dulu ya.’’Jonathan mencium kening Hani. Saat ingin mencium kening Naura, tiba-tiba saja Naura mundur dan langsung turun dari mobil.

‘’Maaf kak, aku buru-buru.’’

‘’Nau kamu lagi ngambek sama kak Jo?’’ Hani bertanya sambil menyusul langkah Naura yang berjalan di depannya.

‘’Katanya aku harus belajar untuk melupakan kak Jo.’’

‘’Hhmm tumben, biasanya juga nggak mau. Apa jangan-jangan …..’’ Hani melangkah duluan di depan Naura lalu membalik tubuhnya dan berjalan mundur.

‘’Gara-gara semalam kan? Emang semalam kenapa sih Nau, cerita dong.’’ Hani tampak sangat kepo dengan kejadian semalam. Apa dia harus bertanya pada kakaknya atau haruskan dia bertanya pada Kevin?

‘’Nanti Han, pulang kuliah aku kasih tau, jangan sekarang nanti aku nggak konsen belajarnya.’’

‘’Hhmm baiklah, tapi janji ya, awas aja kalo nggak.’’

‘’Hhmm.’’

*****

‘’Ayo buruan cerita,’’ desak Hani dengan rasa penasarannya. Sekarang keduanya sudah ada di kamar Naura.

Naura pun mulai menceritakan semuanya sambil menahan air mata yang ingin menerobos keluar.

Hani pun hanya bisa memeluknya dan mengusap pelan punggung sang sahabat. Pasti semalam sahabatnya itu tidak bisa tidur tenang dan pantas saja sejak tadi pagi Naura memutuskan untuk menggunakan kacamata.

‘’Maaf ya karena aku nggak tau masalah ini. Kalau tau, aku pasti sudah mengomeli kakakku sejak tadi pagi. Berani sekali dia membiarkanmu menunggu sendirian di bioskop. Untung saja ada Kevin kalau nggak kamu pasti akan setia menunggu disana kan?’’

‘’Kalau tau sesakit ini, aku nggak akan pernah jatuh cinta sama kak Jo, Han.’’ Naura langsung menyeka tetesan air mata yang baru saja jatuh mengotori pipi mulusnya.

Hani diam, dia memperhatikan Naura sembari mengumpati kakaknya dalam hati. Hani tidak habis pikir, Jonathan melupakan janjinya dengan Naura dan asyik sendiri dengan si Lyodra, Lyodra itu. Katanya kakaknya itu menyayangi Naura, tapi apa ini, kenapa dia tega sekali?

‘’Malam ini, aku akan menemanimu untuk menyumpahi kakak bodohku itu.’’ 

Hani mulai mengeluarkan makian makiannya, sambil mengomeli Jonathan. Sengaja dia melakukan itu, untuk menghibur Naura. Gadis itu pun mulai tersenyum dan ikut mengata ngatai sang pujaan hati.

‘’Dasar kak Jo bodoh, dasar kak Jo menyebalkan. Aku sumpahin kamu jadi cinta sama aku kak.’’ Naura menggebu gebu.

‘’Dan saat itu, kau harus menolaknya.’’ Hani menimpali, ‘’biar dia tahu rasa. Salah sendiri jadi orang bodoh.’’

Naura mengangguk lalu keduanya tertawa. 

Entah berapa lama mereka mengata ngatai Jonathan, sampai akhirnya keduanya tertidur dalam posisi tidak beraturan. Hani dengan posisi tengkurap, kakinya di atas bantal kepala. Naura tidur dalam posisi miring, kepalanya ada diatas pinggang Hani.

Tok tok tok tok

‘’Hani, Naura, yuk turun makan malam.’’ Bunda mengajak dari balik pintu yang tertutup rapat. Hanya tertutup tapi tidak dikunci.

‘’Astaga anak-anak ini.’’ Bunda menggeleng melihat gaya tidur keduanya. Mereka lelap sekali. Perlahan, paruh baya itu melangkah mendekat untuk membangunkan dua gadis cantik tukang molor itu.

‘’Hani, Naura, bangun makan malam dulu yuk, nanti tidurnya dilanjut lagi.’’

‘’Nanti aja Bun, Nau masih ngantuk.’’ Naura yang menjawab, sedangkan Hani masih beta dalam tidurnya dan tidak terusik sama sekali.

‘’Nggak baik loh sering ngelewatin waktu makan. Yuk bangun dulu nanti tidurnya diterusin lagi.’’

‘’Nau nggak laper Bun, mau tidur aja ya.’’

‘’Ya sudah nanti kalau laper bangun makan ya.’’

Naura tidak lagi menjawab. Rasa kantuknya masih teramat besar dan dalam sekejap, wanita itu sudah kembali mengaruhi lautan mimpi indahnya.

*****

Sudah seminggu Naura tidak bertemu Jonathan. Pria itu selalu berangkat pagi dan pulang larut malam. Jonathan juga tidak pernah lagi tidur di kamarnya. Entahlah, Naura merasa Jonathan seperti sedang menjauhnya.

Tapi kenapa? Bukankah seharusnya dia yang marah pada pria itu?

Selain Jonathan, Keisya juga pusing dengan Kevin yang belakangan ini terang terangan memperlihatkan ketertarikannya. Kevin bahkan pernah mengutarakan isi hatinya itu di depan teman-teman mereka, tanpa sama sekali ada rasa malu.

Naura tentu sudah menolak pria itu. Naura mengatakan yang sejujurnya, kalau dia sudah menyukai orang lain. Tapi, saat itu Kevin malah tersenyum, pria itu bahkan berani membelai puncak kepalanya.

‘’Perasaanku biarlah menjadi urusanku. Dan jika kau menyukai orang lain itu adalah hakmu,’’ ucap Kevin saat itu. Naura memasang wajah sendu. Dia menatap lekat manik hitam Kevin yang memancarkan ketulusan. Terlihat jelas pria itu serius dengan ucapannya.

‘’Nau, aku tidak akan berhenti. Aku juga berhak memperjuangkan perasaanku, bukan begitu?’’ Kata-kata itu yang bikin Naura diam seribu bahasa. Dia ingin menolak, tapi kata itu seakan tak mau keluar dari mulutnya. Lidahnya keluh.

Karena jam kuliah sedang kosong, Naura, Hani dan Amel memilih nongkrong di cafe yang tak jauh dari kampus. Kevin, Dika dan Rezky tidak ikut karena memang hari ini jadwal ketiga pria itu berbeda dengan mereka.

Ngomong ngomong tentang nongkrong, belakangan ini Jonathan juga tak lagi mempermasalahkan perihal mereka yang sering nongkrong ataupun berdekatan dengan lawan jenis. Hal itu tentu membuat keduanya legah. 

‘’Nau, terus kamu sama Kevin gimana?’’ Amel mengambil orange jus yang barusan di berikan pelayan dan memberikannya pada Naura dan Hani.

‘’Ya nggak gimana gimana.’’ Naura seperti tidak nyaman membicarakan hal tersebut. Hani peka dan langsung mengalihkan topik pembicaraan.

‘’Setelah lulus kuliah, apa kita masih akan seperti ini?’’ tanya Hani dengan nada yang sedikit mendrama. Bukannya menjawab, Amel malah menunjuk ke arah lain. Tepatnya pada 2 orang yang baru masuk ke cafe tersebut. 

‘’Han, itu bukannya kakakmu?’’

Naura dan Hani langsung menoleh. Disana, Lukas dan Lyodra berjalan berdampingan. Tangan Lyodra melingkar di lengan kanan Jonathan, sedangkan lengan kiri Jonathan sibuk memegang tas mewah milik Lyodra.

‘’Sosweet juga kakakmu Han. Liat deh, dia sampe rela bawain tas pacarnya. Ah, beruntung banget tuh cewek.’’ Amel heboh sendiri, tanpa tau kalau Naura sedang berusaha baik baik saja melihat semua itu. 

Matanya dan Jonathan sempat bertemu sapa, tapi pria itu langsung mengalihkan pandangan, seolah dia tidak melihat Naura disana. Naura bingung benar benar bingung dengan perubahan sikap Jonathan ini.

‘’Beib, itu bukannya adik kamu ya,’’ tunjuk Lyodra. Wanita itu menarik tangan Jonathan, untuk menghampiri ketiganya. Jonathan enggan, tapi Lyodra memaksa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!