Sinar matahari masuk melalui jendela, dan mengusik wanita itu dari tidurnya, wanita itu mengusap matanya dan memandang ke arah sekeliling, matanya kemudian menyadari saat ini dirinya tidak berada di hotel. Joella terkejut, melihat dirinya berada di ruangan, dan ada lemari disana. Ruangan ini lebih besar dari kamar hotel, dan dirinya melihat ke arah lemari yang memiliki kaca, dan jendela yang cukup besar. Joella menoleh mendapati Maxi tertidur di sebelahnya dengan cukup pulas.
Ada tatapan sendu, dari Joella, dia masih mencintai, oh bukan hanya mencintai tapi sangat mencintai sosok lelaki itu. Tapi fakta yang menamparnya membuatnya tersadar, tidak seharusnya dia memiliki Maxi, lelaki itu sudah memiliki keluarga. Joella memalingkan wajahnya, hendak bangkit dari tempat tidurnya, tapi seketika tubuhnya tertarik hingga berbaring di tempat tidurnya, tangan kekar itu memeluknya seakan menahan Joella agar tidak pergi kemanapun. Joella menoleh, mendapati Maxi ternyata sudah terbangun.
“Mau kemana ??” Tanya Maxi dengan suara serak karena baru terbangun, matanya melirik ke arah Joella.
“Aku akan pergi, jauh darimu.”
“Dan aku akan mengikatmu dengan rantai, agar kau tidak bisa pergi dariku.”
Joella memandangi wajah lelaki itu.
“Maxi...”
“Aku tidak menerima penolakan, nanti sore kita akan melangsungkan pertunangan.” Ujar Maxi dengan tegas, Joella menggelengkan kepalanya.
“Maxi, aku mohon ini tidak benar. Kau memiliki istri, kau juga punya anak.” Ujar Joella dengan sakit, saat mengatakan fakta jika kekasihnya memiliki istri dan anak, sakit tentu saja.
Keinginan Joella menikah dan memiliki keluarga bahagia dengan Maxi, hancur seketika saat fakta menamparnya. Di saat itu pula, keinginan Joella untuk bersama dengan Maxi menghilang tapi dalam hatinya masih sangat mencintai Maxi. Entah apakah Joella akan sanggup menanggung rasa sakit akibat rasa cintanya ataukah tidak.
“Joella... Aku mohon jangan tinggalkan aku, biarkan aku jelaskan semuanya..” Ujar Maxi memeluk bahkan menyembunyikan wajahnya pada cengkuk leher Joella, tangannya memeluk Joella semakin erat seakan enggan kehilangan sosok wanita itu, hidungnya menghirup aroma dari tubuh Joella.
“Aroma tubuhmu seperti obat yang memabukkanku, dan tubuhmu adalah bentuk terindah yang pernah aku lihat. Joella kau adalah obat bagiku, segalanya bagiku.” Bisik Maxi di telinga Joella, membuat wanita itu membulatkan matanya, seketika dia teringat akan seseorang, dan seseorang itu memiliki nada bicara dan kata-kata yang hampir mirip dengannya.
“Maxi, jawab aku dengan jujur. Kau mencintaiku, atau terobsesi padaku ??”
Maxi menarik wajahnya dari leher Joella, dia kemudian berada tepat di hadapan Joella, menjawab pertanyaan itu sembari menyeringai dengan licik.
“Both.. Aku mencintaimu, tapi aku juga terobsesi padamu, jadi jangan pernah berfikir untuk lari dariku, sayang~” Ujar Maxi menyeringai dengan licik, Joella terdiam sejenak.
Maxi mendekatkan wajahnya mencium bibir kekasihnya dengan singkat, “Don't forget morning kiss, My Sweet~”
Setelah itu, terdengar ketukan di pintu kemudian terdengar suara dari luar, yang ternyata itu adalah suara dari Alban.
Tok...tok... Tok...
“Tuan Maximillian, anda diminta untuk turun dan ikut sarapan bersama.” Ujar Alban.
Maximillian menghela nafasnya, dan memutar matanya malas. Dia paling tidak menyukai sarapan bersama di keluarga ini, kecuali jika ayahnya memintanya untuk berbicara di ruang kerja. Maka Maximillian akan dengan senang hati melakukannya, tapi ini pasti keinginan dari Sophia atau..
“Siapa yang menyuruhku untuk turun ?!” Ujar Maximillian dengan kesal.
Alban terdiam sejenak, “Tuan.. Nyonya Shopia dan Isabella yang meminta anda untuk ikut turun makan. Dan Nyonya Isabella ingin berbicara dengan anda.”
Maxi kembali menghela nafasnya berat, “Hah.. J*l*** itu. Baiklah, aku akan turun !!”
“Baik, tuan.”
Joella terpaku dengan perkataan itu, bukankah Isabella adalah nama dari wanita yang menemuinya di taman, dan istri dari Maxi ?? Jangan katakan kita berada di..
“Kita berada di rumahku, dan aku akan memperkenalkanmu pada orang tuaku.” Ujar Maxi saat membaca tatapan mata kebingungan dari Joella, wanita itu terkejut bukan main.
“Dan seperti yang aku bilang, aku tidak menerima penolakan, kau akan ikut denganku.” Ujar Maximilian, membuat Joella sendiri tidak habis pikir dengan rencana atau perilaku dari kekasihnya. Bagaimana bisa, di rumah orang tuanya, dan istrinya disini, Maxi malah membawa Joella sebagai calon tunangannya. Oh astaga, bolehkan Joella pingsan atau mengubur dirinya sendiri guna menutupi rasa malunya.
“Jika mereka mempermalukanmu, maka aku akan mematahkan tangan mereka.”
“Hah.. A.. Apa ??”
“Hmm ?? Kenapa ?? Ayo, jangan membuat mereka menunggu.”
“A...aku tidak usah ikut, kau saja, kau yang di undang.”
“Sayang, pilih aku menikmati makanan sarapan, atau tubuh indahmu ??” Ujar Maxi menyeringai licik.
“Da...dasar mesum !!”
“Aku mesum khusus untukmu.”
Joella menghela nafasnya berat, dirinya tidak akan kalah bila berdebat dengan Maxi. Dia memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan ini, tapi misalnya Maxi tetap memaksanya maka Joella memilih tidak bangun dari tempat tidur ini. Maxi tidak mengatakan apapun dan bangkit dari kasurnya, Joella berfikir jika Maxi ingin bersiap-siap, cuci muka atau sikat gigi, tapi..
“Hey !! Maxi !! Turunkan aku !!”
Joella terkejut saat Maxi, menggendongnya secara langsung, membuat wanita itu terkejut, dan langsung mengalungkan kedua tangannya pada leher Maxi karena takut jika dirinya akan terjatuh.
“Pffttt.. Kekasihku lucu sekali, kau tidak akan terjatuh sayang~” Ujar Maxi menertawakan ekspresi dari Joella, dan tentu saja membuat Joella merasa cemberut kesal.
“Turunkan aku !!” Ujar Joella merengek.
“Tidak akan, kau pasti tidak akan ikut jika aku tidak menggendongmu.” Ujar Maxi dengan santai, membuka pintu kamarnya dan menggendong Joella sembari keluar dari kamar itu, dan menuju ke arah ruangan makan.
Alban yang mengetahui atasannya menggendong Joella untuk ikut sarapan pagi, hanya bisa menggelengkan kepalanya, sudah pasti akan geger besar di sana. Tapi Alban tidak mungkin akan meminta tuannya untuk tidak membawa Joella, Alban tahu seberapa keras kepala tuannya itu.
Benar saja, setelah Maximillian muncul sembari menggendong Joella masuk ke dalam ruangan makan, tiba-tiba terdengar suara yang cukup keras mengisi beberapa ruangan di sana, beberapa pelayan di rumah itu yang bekerja di dapur bahkan terpatung di tempat tidak berani berbuat atau bergerak, seakan tubuh mereka kaku dan tidak bisa di gerakkan.
“Maximillian apa-apaan ini ?!!” Suara dari Isabella menggelegar, tetapi Maximillian hanya bertingkah santai saja.
Marcelo hanya menikmati sarapan tanpa memperdulikan jeritan emosi dari Isabella, dia sempat melirik ke arah putranya itu, sembari menyeringai licik di sana.
Hmmm~ Dia berani membawa pujaan hatinya kemari, ke rumah ini.. Bahkan tidak segan menunjukkannya pada Sophia dan Isabella.. Batin Marcelo dalam hatinya.
“Cih, kau bertingkah seakan-akan aku membawa ular, atau binatang liar.” Ujar Maxi memutar matanya dengan malas.
“Kau membawa wanita sialan ini kemari ?! Apakah kau benar-benar tidak memperdulikan keluargamu !!” Ujar Sophia dengan nada emosinya. Maximillian hanya bertingkah santai, dirinya hanya akan menuruti saja perkataan dari ayahnya, tapi sepertinya ayahnya cukup terdiam dan menikmati suasana ini.
...****************...
Author gak tau, dramanya udah masuk apa belum 😅😅 Author sendiri jarang buat cerita penuh drama. Author udah dikelilingi orang yang penuh drama, jadinya malas buat cerita terlalu dramatis 😭😭
Okee sekian dari Author, semoga kalian suka ya sama cerita ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments